88 dengan rata-rata 51,52. Hasil ini menandakan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SDN 1 Sribit Delanggu Klaten.
3. Hasil Turnamen dalam Model Pembelajaraan Kooperatif tipe TGT
Turnamen merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Turnamen dalam TGT
dilaksanakan untuk mengetahui kelompok terbaik. Penentuan kelompok terbaik pada dasarnya ditentukan dari nilai turnamen. Nilai tersebut
merupakan presentase jawaban benar yang diperoleh masing-masing kelompok.
Masing-masing kelompok berpeluang mempunyai nilai kelompok yang seimbang. Hal ini dikarenakan komposisi tim yang terbentuk
bersifat homogen. Berdasarkan hasil turnamen TGT yang telah dilaksanakan, maka
dapat diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 28. Hasil Turnamen Siklus
Kategori Kelompok Poin Kemajuan
Siklus I Super Team
C 30
Great Team B
20 Good Team
A Siklus II Super Team
A, B dan C 30
Dari tabel di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I kelompok yang mendapatkan kategori super team adalah kelompok C,
great team kelompok B dan good team kelompok A. Sedangkan pada siklus II semua kelompok termasuk kategori super team karena semua
89 kelompok memperoleh nilai kemajuan yang sama. Berikut ini adalah
grafik perubahan posisi kelompok dari siklus I ke siklus II.
Gambar 6. Grafik Turnamen Siswa
Poin kemajuan kelompok A dan B mengalami kenaikan pada siklus II dan kelompok C berhasil bertahan dengan poin kemajuan 30. Dengan
begitu semua kelompok berhasil memperoleh kategori super team. Pada dasarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan semua
kelompok mengalami poin kemajuan. Hal ini sendiri merujuk pada lima unsur pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie 2000:30 dalam
Ahmad Susanto 2014:208 yaitu ketergantungan positif, tanggungjawab siswa, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi serta evaluasi
proses kelompok. Ketergantungan positif terjadi karena siswa menyadari bahwa mereka saling tergantung satu sama lain dalam pencapaian tujuan,
menyelesaikan tugas, bahan ajar, peran dan hadiah. Rasa ketergantungan inilah yang menyebabkan siswa mempunyai rasa tanggungjawab yang
lebih pada siklus II. Sedangkan rasa tanggungjawab timbul karena adanya interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi antar siswa
dalam satu kelompok. Selain itu, siklus I dapat dijadikan bahan
A B
C SIKLUS I
20 30
SIKLUS II 30
30 30
20 40
Nilai
Perubahan Posisi
90 pembelajaran bagi setiap kelompok untuk mengevaluasi kekurangan
mereka agar tidak terjadi pada pembelajaran di siklus II.
C. Temuan Peneliti