Pengertian Komunitas dan Waria

dan bertingkah laku sebagaimana layaknya wanita. Istilah ini awalnya muncul dari masyarakat Jawa Timur yang merupakan akronim dari “wanita tapi pria” pada tahun 1983-an paduan dari kata wanita pria. Pada masyarakat Jawa Timur yang berkecimpung didunia seni Warok di Ponorogo, mereka dikenal amat sakti, jujur dan berani dan umumnya mereka memiliki beberapa ilmu yang menjadikan mereka sakti dan kebal dari senjata tajam. Agar dapat menjalankan ilmunya secara sempurna ada berbagai pengorbanan dan dan persyaratan yang harus dijalaninya. Karena sering disebut sebagai pembawaan ilmu, setiap warok Ponorogo dipastikan memiliki geblak yang bertugas untuk membantu pekerjaan rumah warok hingga memberikan kebutuhan seksual sang warok. Kebutuhan seksual ini membuat warok selalu memilih geblakan lelaki muda yang berwajah cantik dan berkulit halus. Keadaan tersebut merupakan jalan keluar bagi setiap perguruan warok yang ingin mematangkan ilmunya karena larangan untuk menggauli perempuan. Perlakuan warok terhadap para gemblak inilah yang dapat menjurus perilaku seksual gemblak tersebut menjadi seorang waria, karena si warok sering kali memperlakukan gemblakannya sebagaimana perempuan, baik dalam perilaku maupun dandanannya. Menurut Kemala Atmojo 1986: 3 - 4 Banci, bencong, wadam, waria wanita-pria adalah beberapa sebutan yang biasa ditujukan untuk seorang laki-laki yang berdandan dan berperilaku sebagai wanita dan secara psikologis mereka merasa dirinya adalah seorang wanita. 26 Wadam Wanita Adam atau Banci orang yang mengalami kepuasan diri dengan cara bertingkah laku sebagai seorang yang berjenis kelamin lain dari jenis kelaminnya sendiri. Ada 2 jenis orang banci yaitu pertama banci yang ekshibionistik yaitu banci yang melakukan homo seksualitas dan yang kedua adalah banci yang tidak ekshibionistik yaitu banci yang tidak melakukan homoseksual Suparlan dkk, 1983: 20. Pendapat lain mengenai waria adalah kecenderungan seseorang yang tertarik dan menyukai sesama jenis. Waria juga diartikan sebagai individu-individu yang ikut serta dalam sebuah komunitas khusus yang para anggotanya memahami bahwa jenis kelamin sendiri itulah yang merupakan objek seksual yang paling menggairahkan Pusat Informasi Psikologi. Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat mengenai waria adalah seseorang yang memiliki ketertarikan untuk berpenampilan dan berperilaku seperti lawan jenisnya. Seorang laki-laki yang berdandan, berpenampilan dan berperilaku seperti seorang perempuan begitu juga sebaliknya. Komunitas waria adalah sebuah perkumpulan yang didalamnya anggotanya adalah para waria yang mempunyai nasib sama, saling mengenal dan saling berinteraksi dalam satu struktur sosial yang didalamnya terdapat norma-norma tertentu.

b. Motivasi Menjadi Waria

Ismawan Nur Laksono dalam Zunly Nadia, 2005: 39 mengatakan keinginan untuk menjadi perempuan pada waria bukan terletak pada cara berpakaian semata, tetapi juga pada sikap, perilaku dan penampilannya. 27 Keinginan ini relatif melekat dan berlangsung dengan sangat hebat dengan ciri-ciri kaum waria transeksual adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi transeksual harus sudah menetap minimal 2 tahun dan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia atauberkaitan dengan kelainan interseks, genetik atau kromosom. 2. Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari lawanjenisnya, biasanya disertai perasaan risih dan ketidakserasian anatomitubunya 3. Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal danpembedaan untuk membuat jenis kelamin yang diinginkan. Bagi waria itu sendiri, apa yang menimpa mereka bukanlah sesuatu yang disebabkan faktor eksternal. Mereka lebih merasa bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga sebagian besar mereka berpendapat bahwa transeksualisme sudah diperoleh semenjak dilahirkan bakat. Bahkan, beberapa waria tegas-tegas tidak percaya kalau lingkungan bisa membentuk mereka menjadi transeksual Kemala Atmaja, 1986: 52.

c. Hubungan Waria dengan Masyarakat

Hidup sebagai waria adalah satu hasil akhir dari akumulasi konflik- konflik yang dialami semasa proses menjadi waria yang berlangsung dari masa anak-anak sampai dewasa. Namun demikian, hidup sebagai waria bukanlah suatu bentuk kehidupan yang tanpa kendala, karena tatanan sosial dan cultural belum sepenuhnya menempatkan waria sebagaimana 28