Prinsip dan Model Pengorganisasian
berinisiatif, musyawarah sebagai media komunikasi pengambilan
keputusan dan menghindari intervensi, berwawasan ekosistem, dan praxis.
Pengorganisasian komunitasmasyarakat adalah pengembangan yang mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian
potensi pengetahuan lokal komunitasmasyarakat. Pengorganisasian komunitasmasyarakat mengutamakan pengembangan komunitas
masyarakat berdasarkan dialog atau musyawarah yang demokratis. Usulan komunitas merupakan sumber utama gagasan yang harus ditindak lanjuti
secara kritis, sehingga partisipasi masyarakat dalam merencanakan, membuat keputusan dan melaksanakan program merupakan tonggak yang
sangat penting. Pengorganisasian komunitasmasyarakat bergerak dengan cara
menggalang masyarakat kedalam suatu organisasi yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Suara dan kepentingan
masyarakat lebih utama dari pada kepentingan kaum elit. Pengorganisasian komunitas masyarakat juga memaklumi arti penting
pembangunan sarana-sarana fisik yang dapat menunjang kemajuan masyarakat, namun titik tekan pembangunan itu ialah pengembangan
kesadaran masyarakat sehingga mampu mengelola potensi sumber daya mereka.
Secara umum metode yang dipergunakan dalam pengorganisasian masyarakat adalah penumbuhan kesadaran kritis, partisipasi aktif,
pendidikan berkelanjutan, pembentukan dan penguatan pengorganisasian 16
masyarakat. Semua itu bertujuan untuk melakukan transformasi sistem sosial yang dipandang menghisap masyarakat dan menindas represif.
Tujuan pokok pengorganisasian masyarakat adalah membentuk suatu tatanan masyarakat yang beradab dan berperi kemanusiaan civil society
yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis, adil, terbuka, berkesejahteraan ekonomis, politik dan budaya.
Ada tiga model yang dipergunakan dalam pengorganisasian komunitas, yaitu sebagai berikut :
1. Locality Development. Model ini lebih menekankan pada peran serta
seluruh masyarakat untuk mandiri. Prinsipnya adalah keterlibatan langsung masyarakat, melayani sendiri, membantu diri sendiri dalam
penyelesaian masalah, dan mengembangkan keterampilan individualkelompok dalam proses pemecahan masalah. Peran perawat
komunitas dalam model ini adalah sebagai pendukung, fasilitator, dan pendidik guru.
2. Social Planning. Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakaan birokrasi. Keputusan komunitas didasarkan
pada fakta data yang dikumpulkan, dibuat keputusan secara rasional. Penekanan pada penyelesaian masalah bukan proses pengambilan
keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan hasil. Model ini menggunakan pendekatan langsung perintah dalam rangka untuk
megubah masyarakat, dengan penekanan pada perencanaan. Peran perawat dalam model ini adalah sebagai fasilitator, pengumpulan
17
faktadata, serta menganalisis dan melaksanakan program implementasi.
3. Social Action. Model ini lebih fokus pada korban. Fokus pada model ini adalah mengubah komunitas pada risasi pemusatan isu yang ada di
komunitas dengan menggunakan konflikkonfrontasi antara penduduk dan pengambilan keputusankebijakan. Penekanan pada proses atau
tujuan. Fokus utamanya mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok. Peran perawat sebagai aktivis, penggerak dan negosiator.