Pembahasan 1. Pelaksanaan Pengawasan Reklame

Langkah berikutnya adalah menindaklanjuti laporan tersebut untuk dievaluasi agar tujuan dari pengawasan benar-benar dapat tercapai.

c. Perbaikan Penyelenggaraan Reklame

Agenda terakhir dari pengawasan yakni pengambilan tindakan. Bagian ini hanya dilaksanakan apabila pada bagian sebelumnya dipastikan telah terjadi penyimpangan. Tindakan penertiban merupakan bagian dari perbaikan, artinya tindakan yang diambil bertujuan untuk menindaklanjuti laporan-laporan mengenai penyelenggaraan reklame yang menyimpang agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan data dari Dinas Ketertiban selama tahun 2014, telah banyak terjadi pelanggaran izin penyelenggaraan reklame yang jumlahnya mencapai 202 kasus. Pelanggaran tersebut meningkat lebih dari 100 dibanding tahun sebelumnya. Sejauh ini dari hasil wawancara dan observasi, peneliti berpendapat bahwa dalam mengambil tindakan terhadap pelanggaran penyelenggaraan reklame, baik DPDPK maupun Dinas Ketertiban telah melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan regulasi yang ada. Langkah awal yaitu dengan cara mencatat temuan-temuan pelanggaran di seluruh wilayah Kota Yogyakarta. Selanjutnya temuan tersebut diproses dengan menerbitkan surat peringatan kepada pihak penyelenggara reklame untuk menurunkan atau membongkar sendiri reklamenya. Apabila tidak ditanggapi maka dalam waktu tiga hari setelah diberikan surat peringatan, dinas terkait akan melakukan tindakan tegas berupa penertiban dan pembongkaran reklame. Jika dilihat dari sifat dan waktu pelaksanaannya, pengawasan penyelenggaraan reklame yang dilakukan oleh DPDPK dan Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta termasuk pengawasan yang dilaksanakan saat proses dilakukan, artinya ketika terjadi pelanggaran di lapangan maka segera diperbaiki dengan menerbitkan surat peringatan dan proses pembongkaran. Selain itu pengawasan tersebut juga dilakukan berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan secara rutin malalui operasi keliling dan pelaporan pada setiap minggunya. Penertiban yang dilakukan oleh dinas terkait secara umum telah dilaksanakan sesuai peran dan wewenang masing-masing. Namun yang menjadi masalah selanjutnya adalah masih terlalu rendahnya pengetahuan masyarakat terkait penyelenggaraan reklame. Padahal jika dinas terkait sering mengadakan sosialisasi kepada biro jasa reklame maupun pelaku usaha di wilayah Kota Yogyakarta, hal ini pasti segera dapat teratasi. Namun pihak dinas terkait juga mempunyai alasan dengan terbatasnya anggaran untuk pengawasan reklame, sehingga sosialisasi belum dapat berjalan maksimal. Disamping masalah sosialisasi, peneliti berpendapat bahwa sanksi yang diberikan kepada pihak penyelenggara reklame yang