2.2. Sikap Kerja
Sikap kerja adalah sikap tubuh yang menggambarkan bagaimana posisi badan, kepala badan, tangan dan kaki baik dalam hubungan antar bagian-bagian tersebut
maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertical badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat
penambahan atau penguranngan bentuk kurva tulang belakang. Sikap tubuh saat bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
dilakukan, dimana setiap posisi kerja memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Menurut Suma’mur 1996, dalam pekerja, sikap tubuh sangat dipengaruhi
oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatan.
2.2.1. Sikap Kerja Duduk
Menurut Grandjean 2000, bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain : pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan keperluan
untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Namun demikian sikap duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung
sehingga mempercepat kelelahan. Pada saat posisi duduk, otot rangka muskuloskletal dan tulang belakang
terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri dan cepat lelah. Jika posisi duduk tidak benar maka tekanan pada tulang
belakang semakin meningkat Nurmianto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Sanders McCormick 1982 memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk sebagai berikut :
1. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diukur turun dan naik. 2. Landasan kerja memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu,
dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun shoping down slightly.
3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang berlebihan.
Pekerjaan sejauh mungkin sebaiknya dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah mengurangi kelelahan pada kaki, terhindar dari sikap-
sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi, berkurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah Suma’mur,1989
2.2.2. Sikap Kerja Berdiri
Menurut Sutalaksana 2001, sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik, maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti.
Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15 dibandingkan dengan duduk.
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pekerja yang berdiri adalah sikap kepala. Dimana keadaan kepala harus member kemudahan saat bekerja. Leher yang
berada dalam keadaan fleksi atau ekstensi secara terus menerus dapat mengakibatkan kelelahan. Sudut penglihatan yang baik untuk sikap berdiri adalah antara 23°-27° kea
rah bawah dari garis horizontal.
Universitas Sumatera Utara
Manuaba 1983, Sanders McCormick 1982, Grandjean 1993 memberikan rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri
didasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai berikut ini : 1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi
pembebanan statis pada otot bagian belakang, ketinggian landasan kerja adalah 5- 10 cm di atas tinggi siku berdiri.
2. Selama kerja manual, di mana pekerja sering memerlukan ruangan untuk peralatan, material dan kontainer dengan berbagai jenis, ketinggian landasan kerja
adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri. 3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan yang kuat, ketinggian landasan
kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri. Sikap kerja yang monoton dengan posisi yang sama baik duduk maupun
berdiri dapat mengakibatkan ketidaknyamanan. Orang yang bekerja berdiri dalam waktu yang lama akan berusaha untuk menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga
mengakibatkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki sehingga akan berakibat aliran darah akan mengumpul pada anggota tubuh bagian
bawah.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Sikap Tubuh Alamiah