Pengertian Reksa Dana Reksa Dana

3. Reksa Dana dikelola oleh Manajer Investasi. Manajer Investasi merupakan pihak yang bertanggung jawab mengenai dana yang di investasikan oleh para investor. Manajer Investasi harus memiliki ijin resmi dari OJK untuk mengelola dana dari para investor. Kinerja dari suatu Reksa Dana dapat menjadi acuan baik buruknya suatu Manajer Investasi. 4. Reksa Dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang. Pada umumnya Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari investor yang dialokasikan oleh Manajer Investasi ke dalam instrument pasar modal. Instrumen tersebut dapat berupa saham dan obligasi. Karakteristik dari instrument pasar modal adalah memiliki jangka waktu yang cukup lama, biasanya antara 1-5 tahun. Dari karakteristik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Reksa Dana merupakan instrument investasi yang berjangka menengah dan panjang. 5. Reksa Dana merupakan produk investasi yang berisiko. Instrumen investasi merupakan instrumen yang berisiko, begitu juga dengan Reksa Dana. Hal tersebut dapat dilihat dari pengalokasian dana ke pasar saham maupun obligasi yang memiliki fluktuasi harga tinggi. Dengan adanya fluktuasi harga tersebut membuat produk ini memiliki potensi risiko yang tinggi.

d. Risiko Reksa Dana

Gup 1998, mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan. Sedangkan menurut Brigham dan Gapenski 1999, berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Menurut Cahyono 2002, sebelum berinvestasi, calon investor harus mengetahui risiko Reksa Dana sebagai berikut,: a. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan UP Nilai unit penyertaan Reksa Dana bisa naik dan turun sejalan dengan kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan efek utang yang menjadi sarana investasi Reksa Dana tersebut. b. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan public Perubahan politik di suatu negara dapat mempengaruhi pandangan umum terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Akhirnya, pandangan umum tersebut bisa membuat investor melikuidasi portofolio efeknya yang akan menyebabkan penurunan nilai efek tersebut.