BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dalam tesis ini, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Adapun yang menjadi alasan-alasan mengapa pemerintah pusat melakukan
pembatalan terhadap peraturan daerah adalah karena peraturan daerah tersebut tidak memenuhi seluruh atau sebahagian landasan dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan, yaitu: landasan filosofis, landasan yuridis dan landasan politis.
2. Ada dua jalur pengawasan terhadap Perda agar tetap sesuai dengan kepentingan
umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yakni pengawasan melalui jalur eksekutif executive review dan pengawasan melalui
jalur yudikatif judicial review. Pengawasan melalui jalur eksekutif dilakukan oleh Presiden melalui Menteri terkait maupun oleh Gubernur. Dalam hal
pengawasan melalui jalur judikatif atas Perda dilakukan melalui judicial review uji materi ke Mahkamah Agung MA yang bisa diajukan oleh masyarakat atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Judicial review ini mengacu pada kesesuaian antara peraturan peruandang-udangan yang lebih rendah terhadap
perarturan perundang-undangan yang lebih tinggi sesuai dengan hierarkinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Akibat hukum dari pengawasan Pemerintah terhadap Perda adalah bahwa
Pemerintah dapat membatalkan Perda yang dianggap bertentangan dengan kepentingan umum, atau peraturan yang lebih tinggi dan atau peraturan
perundang-undangan lainnya Pasal 145 Ayat 2. Berdasarkan ketentuan Pasal 145 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di atas, terlihat bahwa
akibat hukum dari pengawasan pemerintah terhadap Perda adalah berupa pembatalan Perda. Indikator dari pembatalan Perda tersebut adalah sebagai
berikut : Pertama, Apabila bertentangan dengan kepentingan umum, Kedua, Apabila bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi; dan Ketiga, Apabila
bertentangan dengan Perda lainnya.
B. Saran
Setelah melakukan pembahasan dan analisa terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dalam tesis ini, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis
adalah sebagai berikut : 1.
Kelemahan utama dalam pelaksanaan Otonomi Daerah adalah adanya pemahaman Pemerintah Daerah bahwa kewenangan seluas-luasnya serupa dengan
konsep kewenangan negara bagian pada negara federal sehingga seringkali Pemerintah Daerah bertindak ultra vires dengan membuat berbagai Peraturan
Daerah yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional. Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia maka
disarankan adanya upaya setiap Pemerintah Daerah mengubah paradigma tersebut
Universitas Sumatera Utara
agar tercipta kesatuan dan persatuan bangsa dan memberikan kepastian hukum bagi setiap warga masyarakat.
2. Karena masih adanya persepsi yang keliru tentang mekanisme pembatalan
Peraturan Daerah, maka disarankan untuk membentuk peraturan yang bersifat operasional dan aplikatif yang merinci secara komprehensif, termasuk
kewenangan kelembagaan, tentang mekanisme atau prosedural yang sah dalam proses evaluasi dan pembatalan Peraturan Daerah. Sehingga ke depan dapat
dihindarkan adanya kesalahan prosedural dan pemerintah memiliki pedoman yang jalan tentang mekanisme tersebut.
3. Dalam menerapkan pengawasan produk hukum daerah yang bersifat represif,
meskipun terdapat kaidah hukum lex spesialis de rogat lex generalis maupun lex posterior de rogat lex priori, namun apabila mengatur hal yang sama seharusnya
Undang-Undang yang ada haruslah harmonis dan tidak saling tumpang tindih. Oleh karena masih adanya benturan peraturan perundang-undangan sehingga
menjadi kendala dalam pengimplementasiannya di lapangan, maka perlu adanya pembenahan substansial materi muatan perundang-undangan untuk memperkuat
fungsi pengawasan produk hukum daerah.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku