Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

ANALISI PERSONAL HYGIENE, SARANA SANITASI DASAR,

SERTA KELUHAN KESEHATAN PADA PENYANDANG

DISABILITAS DI PANTI KARYA HEPHATA

LAGUBOTI,KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2016 Keterangan Responden

1` Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Jenis Disabilita s :

7. `Blok kamar :

I. Personal Hygiene

Kebersihan kulit

1. Berapa kali anda mandi sehari?

a. 1 kali b. 2 kali

2. Bagaimana cara anda mandi?

a. Mandi dengan air lalu menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram dengan air secukupnya

b. Mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih.

3. Bagaimana kebiasaan anda dalam penggunaan sabun? a. Memakai sabun sendiri

b. Memakai sabun bergantian dengan anggota lain Kebersihan Tangan dan Kuku

1. Bagaimana cara anda mencuci tangan?


(2)

b. Membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun dan disiram dengan air mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih. 2. Apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?

a. Ya b. tidak

3. Berapa kali anda memotong kuku? a. Sekali seminggu

b. Dipotong saat sudah panjang

Kebersihan Gigi

1. Bagaimana kebiasaan anda memakai sikat gigi?

a. Memakai sikat gigi bergantian dengan anggota lain b. Memakai handuk sendiri

2. Bagaimana anda menyimpan sikat gigi setelag dipakai? a. Disimpan di dalam ember sendiri

b. Diletakkan sembarangan

3. Apakah setiap selesai mendi anda menyikat gigi anda?? a. ya

b. tidak

Kebersihan Pakaian

1. Apakah anda mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?

a. Ya b. Tidak

Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei 1. Berapa kali anda mengganti sprei?


(3)

b. Lebih dari 2 minggu

2. Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

a. Ya b. Tidak

3. Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal? a. 2 minggu sekali

b. Lebih dari 2 minggu

II. Keluhan Kesehatan

1 . Sejak sebulan terakhir, apakah anda pernah mengalami keluhan kesehatan?

a. Ya b. Tidak

2 . Apakah anda sering mengalami keluhan kesehatan sebagai berikut?

No Keluhan YA TIDAK

1 Diare 2 Sakit gigi


(4)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI PERSONAL HYGIENE DI PANTI KARYA HEPHATA LAGUBOTI TOBA SAMOSIR TAHUN 2016

Keterangan Responden

1` Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Jenis Disabilita s :

7. `Blok kamar :

2. Keadaan tangan difabel: a. Bersih

b. Kotor

3. Keadaan kuku difabel: a. Bersih

b. Kotor

4. Keadaan gigidifabel: a. Bersih

b. Kotor

5. Keadaan pakaian difabel: a. Bersih

b. Kotor

6. Keadaan tempat tidur dan sprei difabel: a. Bersih


(5)

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

SARANA SANITASI DASAR DI PANTI KARYA HEPHATA LAGUBOTI TOBA SAMOSIR TAHUN 2016

Keterangan Kamar Blok kamar :

Tabel Penilaian Sarana Sanitasi Dasar

NO Komponen yang dinilai Kriteria Nilai Bobot

Sarana Sanitasi 25

1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada

b. Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa c. Ada, bukan milik

sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa

d. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna,dan tidak berasa

2 Jamban(Sarana

Pembuangan Kotoran)

a. Tidak ada

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai atau kolam dan tidak

sesuai untuk


(6)

c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank, tidak

sesuai untuk

penyandang disabilitas

d. Ada, leher angsa, septic tank, tidak

sesuai untuk

penyandang disabilitas

e. Ada, leher angsa, septic tank, dan sesuai untuk penyandang disabilitas

3 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman b. Ada, diresapkan tetapi

mencemari sumber air (jarak dengan sumber air<10 meter)

c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka d. Ada, diresapkan dan

tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air>10 meter)

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup


(7)

(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut 4 Sarana Pembuangan

Sampah

a. Tidak ada

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup

c. Ada, kedap air dan tidak bertutup

d. Ada, kedap air dan bertutup


(8)

KETERANGAN

Nama : Nama Responden Umur : Umur Respoden

Sex : Jenis Kelamin Responden Pendidikan : Pendidikan terakhir Responden

Disabilitas : Jenis Disabilitas yang disandang Responden Kamar : Kamar yang dihuni Respionden

K1 : Pertanyaan berapa kali anda mandi sehari? K2 : Pertanyaan bagaimana cara anda mandi?

K3 : Pertanyaan bagaimana kebiasaan anda dalam menggunakan sabun?

Sk1 : Total skor kebersihan kulit

Sk2 : Total skor kebersihan kulit setelah dikategorikan T1 : Pertanyaan bagaimana cara anda mencuci tangan?

T2 : Pertanyaan apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?

T3 : Pertanyaan berapa kali anda memotong kuku? St1 : Total skor kebersihan tangan dan kuku

St2 : Total skor kebersihan tangan dan kuku setelah dikategorikan P1 : Pertanyaan apakah anda mengganti baju yang telah dipakai

seharian sebelum tidur?

P2 : Pertanyaan apakah anda menjemur pakaian yang dicuci di bawah terik matahari?

P3 : Pertanyaan apakah anda mengganti baju setelah berkeringat? Sp1 : Total skor kebersihan pakaian

Sp2 : Total skor kebersihan pakaian setelah dikategorikan

G1 : Pertanyaan bagaimana kebiasaan anda memakai sikat gigi?

G2 : Pertanyaan bagaimana anda menyimpan sikat gigi yang telah dipakai?

G3 : Pertanyaan apakah anda menyikat gigi setiap selesai mandi? Sg1 : Total skor kebersihan gigi

Sg2 : Total skor kebersihan gigi setelah dikategorikan Tts1 : Pertanyaan berapa kali anda mengganti sprei?

Tts2 : Pertanyaan apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

Tts3 : Pertanyaan berapa kali anda menjemur kasur dan bantal? Stt1 : Total skor kebersihan tempat tidur dan sprei

Stt2 : Total skor kebersihan tempat tidur dan sprei setelah dikategorikan Ph : Skor total personal hygiene responden

PHK : Skor total personal hygiene setelah dikategorikan Dia : Keluhan kesehatan diare

Sgg : Keluhan kesehatan sakit gigi Gtl : Keluhan kesehatan gatal-gatal

Ot : Observasi kebersihan tangan responden Ok : Observasi kebersihan kulit responden


(9)

Og : Observasi kebersihan gigi responden Op : Observasi kebersihan pakaian responden


(10)

LAMPIRAN

HASIL OUPUT DATA Bagaimana cara anda mandi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 63 100.0 100.0 100.0

Bagimana kebiasaan anda dalam menggunakan sabun?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 60 95.2 95.2 95.2

salah 3 4.8 4.8 100.0 Total 63 100.0 100.0

Bagaimana cara anda mencuci tangan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 6 9.5 9.5 9.5

salah 57 90.5 90.5 100.0 Total 63 100.0 100.0

Apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 59 93.7 93.7 93.7

salah 4 6.3 6.3 100.0 Total 63 100.0 100.0

Berapa kali anda memotong kuku?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 32 50.8 50.8 50.8


(11)

Berapa kali anda memotong kuku?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 32 50.8 50.8 50.8

salah 31 49.2 49.2 100.0 Total 63 100.0 100.0

Apakah anda mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 39 61.9 61.9 61.9

salah 24 38.1 38.1 100.0 Total 63 100.0 100.0

Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci di bawah terik matahari?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 46 73.0 73.0 73.0

salah 17 27.0 27.0 100.0 Total 63 100.0 100.0

Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 6 9.5 9.5 9.5

salah 57 90.5 90.5 100.0 Total 63 100.0 100.0

Bagaimana kebiasaan anda memakai sikat gigi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(12)

Bagaimana anda menyimpan sikat gigi yang telah dipakai?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 55 87.3 87.3 87.3

salah 8 12.7 12.7 100.0 Total 63 100.0 100.0

apakah anda menyikat gigi setiap selesai mandi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 9 14.3 14.3 14.3

salah 54 85.7 85.7 100.0 Total 63 100.0 100.0

Berapa kali anda mengganti sprei?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 25 39.7 39.7 39.7

salah 38 60.3 60.3 100.0 Total 63 100.0 100.0

Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 24 38.1 38.1 38.1

salah 39 61.9 61.9 100.0 Total 63 100.0 100.0

Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid benar 31 49.2 49.2 49.2


(13)

salah 32 50.8 50.8 100.0 Total 63 100.0 100.0

skor kebersihan kulit setelah dikategorikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >= 8 (baik) 56 88.9 88.9 88.9

<8 (buruk) 7 11.1 11.1 100.0 Total 63 100.0 100.0

skor kebersihan tangan dan kuku setelah dikategorikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >=8 (baik) 2 3.2 3.2 3.2

<8 (buruk) 61 96.8 96.8 100.0 Total 63 100.0 100.0

skor kebersihan pakaian setelah dikategorikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >=8 (baik) 3 4.8 4.8 4.8

<8 (buruk) 60 95.2 95.2 100.0 Total 63 100.0 100.0

skor kebersihan gigi setelah dikategorikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >=8 (baik) 7 11.1 11.1 11.1

<8 (buruk) 56 88.9 88.9 100.0 Total 63 100.0 100.0


(14)

skor kebersihan tempat tidur dan sprei setelah dikategorikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >=8 (baik) 14 22.2 22.2 22.2

<8 (buruk) 49 77.8 77.8 100.0 Total 63 100.0 100.0

skor total personal hygiene setelah dikategorikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >=33 (baik) 18 28.6 28.6 28.6

<33 (buruk) 45 71.4 71.4 100.0 Total 63 100.0 100.0

keluhan kesehatan cacingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada 1 1.6 1.6 1.6

tidak ada 62 98.4 98.4 100.0 Total 63 100.0 100.0

keluhan kesehatan diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada 12 19.0 19.0 19.0

tidak ada 51 81.0 81.0 100.0 Total 63 100.0 100.0

keluhan kesehatan sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada 3 4.8 4.8 4.8


(15)

keluhan kesehatan sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada 3 4.8 4.8 4.8

tidak ada 60 95.2 95.2 100.0 Total 63 100.0 100.0

keluhan kesehatan gatal-gatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada 33 52.4 52.4 52.4

tidak ada 30 47.6 47.6 100.0 Total 63 100.0 100.0

observasi kebersihan tangan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid bersih 33 52.4 52.4 52.4

tidak bersih 30 47.6 47.6 100.0 Total 63 100.0 100.0

observasi kebersihan kuku responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid bersih 25 39.7 39.7 39.7

tidak bersih 38 60.3 60.3 100.0 Total 63 100.0 100.0

observasi kebersihan gigi responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(16)

observasi kebersihan gigi responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid bersih 18 28.6 28.6 28.6

tidak bersih 45 71.4 71.4 100.0 Total 63 100.0 100.0

observasi kebersihan pakaian responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid bersih 33 52.4 52.4 52.4

tidak bersih 30 47.6 47.6 100.0 Total 63 100.0 100.0

observasi kebersihan tempat tidur dan sprei responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid bersih 23 36.5 36.5 36.5

tidak bersih 40 63.5 63.5 100.0 Total 63 100.0 100.0

langit-langit asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada,kotor,sulit dibersihkan 7 77.8 77.8 77.8

ada,bersih,tidak rawan

kecelakaan 2 22.2 22.2 100.0 Total 9 100.0 100.0

dinding asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(17)

Valid semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap air

2 22.2 22.2 22.2

permanen

(tembok/pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air

7 77.8 77.8 100.0

Total 9 100.0 100.0

lantai panti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid diplester,

ubin/keramik/papan (rumah panggung)

9 100.0 100.0 100.0

jendela kamar panti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada 2 22.2 22.2 22.2

ada 7 77.8 77.8 100.0 Total 9 100.0 100.0

ventilasi kamar panti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada, luas ventilasi >10% dari

luas lantai 9 100.0 100.0 100.0

pencahayaan asrama


(18)

Valid kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal

3 33.3 33.3 33.3

terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan normal

6 66.7 66.7 100.0

Total 9 100.0 100.0

kategori penilaian kondisi fisik asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >=9 (baik) 7 77.8 77.8 77.8

<9 (buruk) 2 22.2 22.2 100.0 Total 9 100.0 100.0

sarana air bersih asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada,bukan milik sendiri,tidak

berbau,tidak berwarna,tidak berasa

9 100.0 100.0 100.0

sarana pembuangan air tinja asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada,leher angsa,septic tank,

tidak sesuai untuk difabel 9 100.0 100.0 100.0

sarana pembuangan air limbah asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ada,dialirkan ke selokan


(19)

sarana pembuangan sampah asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada 2 22.2 22.2 22.2

ada,tidak kedap air,tidak ada

tutup 7 77.8 77.8 100.0 Total 9 100.0 100.0

kategori penilaian sanitasi dasar asrama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <334 (tidak sehat) 9 100.0 100.0 100.0


(20)

(21)

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ananto, Purnomo. 2006. UKS Usaha Kesehatan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidayah. Bandung: Yrama Widya

Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber, Jakarta

Davidson G.D, Neacle J.M, Kring A.M.,2004. Psikologi Abnormal. Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Durand V.M, Barlow D.H.,2007. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Goldenson R.M, Jerume M, Charles., 1978. Disability and Rehabilitation Handbook. United States: Latures Me Graw Hill Book

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1991). Exceptional Children Introduction to Special Education. Virginia: Prentice Hall International. Inc

Handri. 2008. Scabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren. http://drhandri.wordpress.com/2008/04/24/scabies-penyakit-kulit-khas-pada-warga-pesantren/. Diakses 18 September 2016.

Harry M., 1953. An Introduction to Public Health`: The Macmillan

Irianto,Koes.2007. Menguak Dunia Mikroorganisme. CV.Bandung:Yrama Widya

Isro’in, L dan Andarmayo, S. 2012. Personal hygiene: Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Jones K, Parker J, Reed R.,2002. Water Supply and Sanitation Acces and Use

by Physically Disabled People. United Kingdom: WEDC University Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar

Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta

Kusnoputranto, Haryono, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta

Kusnoputranto,Haryono.2000.Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


(23)

Mubarak, W. I. Chayatin, N., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Adaptasi. Jakarta: Salemba Medika

Muhtaj, ME. (2007). Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University. Press. Surabaya

Nielsen, E Kim., 2012. A Disability History of The United States: Beacon Press Boston

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta

Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia. Jakarta: Pertuni

Pradopo T.S, Suharto, L.Tobing C.H., Pendidikan Anak-Anak Tunanetra. Depdikbud

Riddel, Sheila, Watson, Nick., 2003. Disability, Culture, and Identity: Pearson Preventive Hall

Sarudji H.D., 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: CV.Karya Purba Darwati. Sastrawinata E, Salim M, Sugiarto M.H., Pendidikan Anak-Anak Tunarungu.

Depdikbud

Semiawan C.R, Mangunsong F.,2010. Keluarbiasaan Ganda. Edisi pertama, Jakarta: Kencana

Slamet J.S.,1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University Press

Slamet, J. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjahmada University Press, Yogyakarta

Soemantri T S., 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.


(24)

Sumantri A, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.

Stevens, P.J.M, 2000. Ilmu Keperawatan Jilid 5 Edisi 2. EGC, Jakarta

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)., 2012. Keluhan Kesehatan: Badan Pusat Statistik.

Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahhun 2011 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251)

Wall W.D., 1979. Constructive Education for Spesific Groups Handicapped and Deviant Children. UNESCO.

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wolf, LV dkk, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika World Health Organization (2014). Visual Impairment and Blindness. Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/ diakses 03 Juni 2


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional untuk mengetahui personal hygiene, sarana sanitasi, serta keluhan kesehatan pada penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Karya Hephata Laguboti, terletak di jalan Diakonia,desa Sintong marnipi, kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Jumlah penyandang disabilitas yang ada di Panti Karya Hephata ini sebanyak 95 orang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2016 sampai September 2016. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan dan analisa data serta penyusunan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penyandang disabilitas yang tinggal di panti karya Hephata Laguboti yaitu sebabyak 63 orang.


(26)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah penyandang disabilitas yang tinggal di panti karya Hephata, Laguboti, di mana jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi (total sampling ), yaitu sebanyak 63 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan penyandang disabilitas dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Yayasan Panti Karya Hephata Laguboti yakni berupa data:

a. Profil singkat Panti Karya Hephata Laguboti

b. Jumlah penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata c. Sarana dan prasarana yang terdapat di Panti Karya Hephata 3.5 Defini Operasional

3.5.1 Personal hygiene cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan pribadinya berdasarkan observasi dan wawancara.

3.5.2 Sanitasi dasar yaitu penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah berdasarkan observasi.

3.5.3 Keluhan Kesehatan yaitu masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir tahun 2016.


(27)

3.5.4 Disabilitas adalah ketidakmampuan fisik atau mental karena adanya cedera, penyakit, atau cacat bawaan.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Personal hygiene 1. Kebersihan Kulit

Pengukuran variabel kebersihan kulit dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

1. Jawaban baik = 3 2. Jawaban buruk = 0

Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:

a. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) b. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9 2.Kebersihan Tangan dan Kuku

Pengukuran variabel kebersihan tangan dan kuku dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

3. Jawaban baik = 3 4. Jawaban buruk = 0

Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:

c. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) d. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9


(28)

3.Kebersihan Gigi

Pengukuran variabel kebersihan gigi dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

5. Jawaban baik = 3 6. Jawaban buruk = 0

Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:

e. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) f. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9 3.Kebersihan Pakaian

Pengukuran variabel kebersihan pakaian dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

7. Jawaban baik = 3 8. Jawaban buruk = 0

Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:

g. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) h. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9 5.Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Pengukuran variabel kebersihan kulit dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

9. Jawaban baik = 3 10.Jawaban buruk = 0


(29)

Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:

i. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) j. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9 3.6.2 Sarana Sanitasi Dasar

1. Sarana air bersih

a. Tidak ada memiliki nilai 0.

b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 1.

c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 2.

d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 4.

2. Jamban (sarana pemuangan kotoran) a. Tidak ada memiliki nilai 0.

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup disalurkan ke sungai/kolam, tidak sesuai untuk penyandang disabillitas, memiliki nilai 1.

c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup (leher angsa) disalurkan ke sungai/kolam, tidak sesuai untuk penyandang disabilitas memiliki nilai 2.

d. Ada,leher angsa, septic tank, tidak sesuai untuk penyandang disabilitas, memiliki nilai 3.


(30)

e. Ada, leher angsa, septic tank, dan sesuai untuk penyandang disabilitas memiliki nilai 4

3. Sarana pembuangan air limbah

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah memiliki nilai 0.

b. Ada, diresapkan mencemari sumber air (jarak dengan sumber air <10m) memiliki nilai 1.

c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka memiliki nilai 2.

d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air 10 m) memiliki nilai 3.

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut memiliki nilai 4

4. Sarana pembuangan sampah a. Tidak ada memiliki nilai 0.

b. Ada, tetapi kedap air dan tidak ada tutup memiliki nilai 1. c. Ada, kedap air dan tidak tertutup memiliki nilai 2.

d. Ada, kedap air dan tertutup memiliki nilai 3

Berdasarkan KEPMENKES RI No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang penilaian sanitasi perumahan dilakukan pengkategorian sebagai berikut:

Dikategorikan sehat apabila skor mencapai ≥334


(31)

3.6.3 Keluhan Kesehatan

Pengukuran variabel keluhan kesehatan didasarkan pada:

a. Mengalami keluhan, jika responden mengalami salah satu keluhan kesehatan.

b. Tidak mengalami keluhan, jika responden tidak mengalami keluhan kesehatan.

3.7 Analisis Data

Analis data yaitu analisis univariat dengan mendistribusikan variabel personal hygiene, sanitasi dasar, dan keluhan kesehatan di panti karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir.


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Demografi

Yayasan Panti Karya Hephata terletak di Jl.Hephata Desa Sintong Marnipi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Panti Karya Hephata berdiri pada tanggal 23 Desember 1923 oleh Tuan Robert Richtig sebagai pemekaran pelayanan kusta di Hutasalem.

Panti Karya Hephata telah melayani berbagai tingkat dan jenis diffabel yang meliputi tunanetra, tunarungu, retardasi mental (tunagrahita) dan tunadaksa. Hingga saat ini sudah ribuan yang dilayani Panti Karya Hephata baik yang sudah meninggal dunia, yang tinggal di pusat rehabilitasi, dan yang sudah kembali berbaur dan berkarya di tengah masyarakat.

Panti Karya Hephata terdiri dari 9 asrama yang dihuni oleh para diffabel yaitu asrama Philip BAK 1, asrama Philip BAK 2, asrama Philip BAK 3, asrama Rithtig 3, asrama Margareth 1, asrama Johannes putera,asrama Johannes puteri, asrama Lucius 1, dan asrama Lucius 2. Kemudian ada 2 buah guest house untuk tamu, dan 4 asrama untuk tempat tinggal staff.


(33)

4.2.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Karakteristik Penyandang Disabilitas N % Umur (tahun) 0-13 14-16 17-60 15 9 39 23,8 14,3 61,9 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 30 33 47,6 52,4 Pendidikan Tidak ada SD SMA 46 14 3 73,0 22,2 4,8 Jenis Disabilitas Tunanetra Tunarungu Tunadaksa Tunagrahita Tunaganda 10 3 4 26 20 15,9 4,8 6,3 41,3 31,7

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar berumur 17-60 tahun sebanyak 39 orang (61,9%), dengan jenis kelamin yang lebih banyak perempuan sebanyak 33 orang (52,4%). Pendidikan responden sebagian besar tidak memiliki pendidikan sebanyak 46 orang (73,0%) dengan jenis disabilitas yang lebih banyak tunagrahita yaitu sebanyak 26 orang (41,3%).


(34)

4.2.2 Personal Hygiene Responden

Tabel 4.2 Distribusi Personal Hygiene Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Benar Salah

Personal Hygiene n % n %

Kebersihan Kulit

Berapa kali mandi sehari Bagaimana cara mandi

Bagaimana kebiasaan dalam penggunaan sabun 56 63 60 88,9 100 95,2 7 0 3 11,1 0,0 4,8 Kebersihan Tangan dan Kuku

Bagaimana cara mencuci tangan Apakah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

Berapa kali memotong kuku

6 59 32 9,5 93,7 50,8 57 4 31 90,5 6,3 49,2 Kebersihan Gigi

Apakah memakai sikat gigi sendiri

Bagaimana meletakkan sikat gigi setelah digunakan

Apakah menyikat gigi setiap selesai mandi 63 55 9 100 87,3 14,3 0,0 8 54 0,0 12,7 85,7 Kebersihan Pakaian

Apakah anda mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur

Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari

Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat 39 46 6 61,9 73,0 9,5 24 17 57 38,1 27,0 90,5

Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Berapa kali mengganti sprei Sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu

Berapa kali menjemur kasur dan bantal 25 31 24 39,7 49,2 38,1 38 32 39 60,3 50,8 61,9

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa untuk kebersihan kulit, responden pada umumnya mandi 2 kali sehari yaitu sebanyak 56 orang (88,9%). Hal ini


(35)

disebabkan karena panti menetapkan jadwal mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari sebelum ibadah dan sore hari setelah gotong royong. Seluruh responden juga mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih dan pada umumnya responden mandi dengan memakai sabun sendiri yaitu sebanyak 60 orang (95,2%) hal ini disebabkan karena panti memberikan jatah sabun kepada masing-masing reponden dengan jumlah yang sama.

Untuk kebersihan tangan dan kuku responden pada umumnya tidak membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun dan disiram dengan air mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih yaitu sebanyak 57 orang (90,5%). Hal ini disebabkan karena panti tidak menyediakan wastafel atau fasilitas untuk mencuci tangan dengan air mengalir didukung juga oleh keterbatasan fisik responden yang menyebabkan responden kesulitan melakukannya. Pada umumnya responden mencuci tangan sebelum dan sesudah makan yaitu sebanyak 59 orang (93,7%)

Untuk kebersihan kuku reponden, lebih banyak responden yang memotong kuku setiap sudah panjang yaitu sebanyak 32 orang (50,8%), untuk kebersihan gigi seluruh responden memakai sikat gigi sendiri yaitu sebanyak 63 orang (100%) dan pada umumnya responden menyimpan sikat gigi di dalam ember masing-masing setiap selesai dipakai yaitu sebanyak 55 orang (87,3%), dan tidak menyikat gigi setiap selesai mandi yaitu sebanyak 54 orang (85,7%).


(36)

Untuk kebersihan pakaian responden, sebagian besar responden mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur yaitu sebanyak 39 orang (61,9%) dan menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari yaitu sebanyak 46 orang (73,0%) dan pada umumnya responden tidak mengganti baju setelah berkeringat yaitu sebanyak 57 orang (90,5%)`

Untuk kebersihan tempat tidur dan sprei responden, sebagian besar responden tidak mengganti sprei minimal dua kali seminggu yaitu sebanyak 38 orang (60,3%) dan pada umumnya responden tidak membersihkan tempat tidur dan sprei sebelum digunakan yaitu sebesar 32 orang (50,8). Responden juga sebagian besar tidak menjemur kasur dan bantal minimal dua kali seminggu sebanyak yaitu 39 orang (61,9%).

Tabel 4.3 Kategori Personal Hygiene Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Personal Hygiene N %

Kebersihan Kulit Baik Buruk 56 7 88,9 11,1 Kebersihan Tangan dan Kuku

Baik Buruk 2 61 3,2 96,8 Kebersihan Pakaian Baik Buruk 3 60 4,8 95,2 Kebersihan Gigi Baik Buruk 7 56 11,1 88,9 Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Baik Buruk 14 49 22,2 77,8


(37)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 63 orang responden pada umumnya dikategorikan baik pada kebersihan kulit yaitu sebanyak 56 orang (88,9%). Hal ini disebabkan karena responden yang pada umumnya sudah mandi 2 kali sehari, dan seluruhnya mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih dan pada umumnya responden telah memakai sabun sendiri. Responden dikategorikan buruk pada kebersihan tangan dan kuku yaitu sebanyak 61 orang (96,8%),hal ini disebabkan karena pada umumnya responden tidak menyuci tangan dengan air mnegalir dan menggosok permukaan tangan serta sela-sela jari menggunakan sabun dan disiram dengan air mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih. Pada umumnya responden dikategorikan buruk pada kebersihan pakaian yaitu sebanyak sebanyak 60 orang (95,2%), hal ini disebabkan sebagian besar responden tudak mengganti pakaian yang dikenakan setiap setelah berkeringat.

Pada kebersihan gigi pada umumnya dikategorikan buruk yaitu sebanyak 56 orang (88,9%), hal ini disebabkan karena pada umumnya responden tidak menggosok gigi setiap sehabis mandi. Seperti yang sudah ditetapkan bahwa mandi wajib 2 kali sehari, maka menyikat gigi juga seharusnya minimal 2 kali sehari.Sebagian besar responden dikategorikan buruk pada kebersihan tempat tidur dan sprei yaitu sebanyak 49 orang (77,8%), hal ini disebabkan sebagian besar responden tidak mengganti sprei minimal dua kali seminggu. Pada umumnya responden tidak membersihkan sprei sebelum digunakan, dan sebagian besar responden juga tidak enjemaur kasurndan bantal minimal dua kali


(38)

Tabel 4.4 Kategori Personal Hygiene Total Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Personal Hygiene N %

Baik Buruk

18 45

28,6 71,4

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 63 orang responden sebagian besar responden dikatakan memiliki personal hygiene yang buruk yaitu sebanyak 45 orang (71,4%). Hal ini disebabkan karena pada umumnya responden dikategorikan buruk pada kebersihan tangan dan kuku serta gigi, dan sebagian besar responden dikategorikan buruk pada kebersihan pakaian, dan tempat tidur dan sprei. Responden pada umumnya dikategorikan baik hanya pada kebersihan kulit.

Tabel 4.5` Observasi Kebersihan Tangan, Kuku, Gigi, Pakaian, dan Tempat Tidur Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Personal Hygiene Bersih Tidak Bersih

n % n %

Tangan 33 52,4 30 47,6

Kuku 25 39,7 38 60,3

Gigi 18 28,6 45 71,4

Pakaian 33 52,4 30 47,6

Tempat Tidur/sprei 23 36,5 40 63,5


(39)

Namun sebagian besar responden memiliki kebersihan kuku yang buruk yaitu sebanyak 38 orang (60,3%), hal ini disebabkan lebih banyak responden yang memotong kuku hanya setiap kuku sudah panjang dan kotor. Sebagian besar responden memiliki kebersihan gigi yang buruk juga yaitu sebanyak 45 orang (71,4%), hal ini disebabkan pada umumnya responden yang tidak menyikat gigi setiap sehabis mandi. Responden terkadang tidak menyikat gigi sama sekali dalam sehari hingga menyebabkan gigi responden tampak kotor dan dipenuhi plak. Untuk kebersihan pakaian lebih banyak responden yang kebersihan pakaiannya baik yaitu sebanyak 33 orang (52,4%) dan sebagian besar responden memiliki kebersihan tempat tidur dan sprei yang buruk yaitu sebanyak 40 orang (63,5%), hal ini disebabkan sebagian responden tidak membersihkan sprei dan tempat tidur terlebih dahulu sebelum digunakan, sebagian besar responden juga tidak menjemur kasur dan bantal minimal dua kali seminggu.


(40)

4.2.3 Sanitasi Dasar Asrama Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Tabel 4.6 Observasi Sanitasi Dasar Asrama

Sanitasi Dasar N %

Sarana Air Bersih Tidak ada

Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa

Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa

Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna,dan tidak berasa

0 0 9 0 0,0 0,0 100 0,0 Jamban/Sarana Pembuangan Kotoran

Tidak ada

Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai atau kolam

Ada, bukan leher angsa, ada tutup, dialiskan ke sungai/kolam

Ada, bukan leher angsa, septic tank Ada, leher angsa, septic tank

0 0 0 0 9 0,0 0,0 0,0 0,0 100 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman

Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air<10 meter) Ada, dialirkan ke selokan terbuka

Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air>10 meter)

Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut

0 0 9 0 0 0,0 0,0 100 0,0 0,0 Sarana Pembuangan Sampah

Tidak ada

Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup

Ada, kedap air dan tidak bertutup Ada, kedap air dan bertutup

2 7 0 0 22,2 77,8 0,00 0,00


(41)

Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 9 asrama, semua asrama (100%) memiliki sarana air bersih yang bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Semua asrama (100%) juga memiliki jamban yang leher angsa, memiliki septic tank. Semua asrama (100%) juga memiliki sarana pembuangan air limbah yang dialirkan ke selokan terbuka. Sebagian besar asrama memiliki sarana pembuangan sampah namun tidak kedap air dan tidak ada tutup yaitu sebanyak 7 asrama (77,8%).

Tabel 4.7 Kategori Sanitasi Dasar di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Sanitasi Dasar N %

Sehat ( >=334) Tidak Sehat (<334)

0 9

0,0 100

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 9 asrama, seluruh asrama dikategorikan tidak sehat yaitu sebanyak 9 asrama (100%). Hal ini disebabkan karena sumber air bersih yang tidak milik sendiri, limbah yang tidak dialirkan ke selokan tertutup untuk diolah lebih lanjut, serta tempat sampah yang tidak kedap air dan tidak memiliki tutup.


(42)

Tabel 4.8 Observasi Kondisi Fisik Asrama Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Kondisi Fisik N %

Langit-langit Tidak ada

Ada, kotor, sulit dibersihkan

Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan

0 7 2 0,0 77,8 22,2 Dinding

Bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu/ilalang)

Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap air

Permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester), papan kedap air

0 2 7 0,0 22,2 77,8 Lantai Tanah

Papan/ anyaman bambu dekat dengan tanah/ plesteran yang retak dan berdebu

Diplester/ubin/keramik/papan 0 0 9 0,0 0,0 100 Jendela kamar tidur

Tidak ada Ada 2 7 22,2 77,7 Ventilasi Tidak ada

Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai

0 0 9 0,0 0,0 100 Pencahayaan

Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca

Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal

Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan normal

0 3 6 0,0 33,3 66,7

Tabel 4.8 diketahui bahwa dari 9 asrama tidak ada yang tidak memiliki langit-langit. Sebagian besar asrama memiliki langit-langit tetapi kotor dan sulit dibersihkan, tidak ada asrama yang memiliki dinding yang bukan tembok, sebagian besar asrama memiliki dinding yang permanen yaitu sebanyak 7


(43)

asrama (77,8%) dan seluruh asrama memiliki lantai ubin sebanyak 9 asrama (100%).

Dari 9 asrama, sebagian besar memiliki jendela kamar tidur yaitu sebanyak 7 asrama (77,8%) dan semua asrama yaitu sebanyak 9 asrama (100%) yang memiliki ventilasi >10% luas lantai, dan sebagian besar asrama memiliki pencahayaan terang dan tidak silau yaitu sebanyak 6 asrama (66,6%).

Tabel 4.9 Kategori Kondisi Fisik Asrama Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Kondisi Fisik N %

Baik ( >=9) Buruk (<9)

7 2

77,8 22,2

Pada tabel 4.7 diketahui bahwa dari 9 asrama, sebagian besar asrama dikategorikan baik yaittu sebanyak 7 asrama (77,8%). Hal ini disebabkan seluruh asrama yang memiliki langit-langit, dinding tembok, dan lantai ubin. Sebagian besar asrama memiliki jendela kamar tidur dan semua asrama memiliki ventilasi >10% dari luas lantai dan pencahayaan yang terang dan tidak silau.


(44)

4.2.4 Keluhan Kesehatan Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

Tabel 4.10 Distribusi Keluhan Kesehatan Responden

Keluhan Kesehatan Ada Tidak

n % n %

Diare 12 19,0 51 81,0

Sakit Gigi 3 4,8 60 95,2

Gatal-Gatal 33 52,4 30 47,6

Pada tabel 4.10 diketahui bahwa, dari 63 responden, lebih banyak mengalami keluhan kesehatan gatal-gatal yaitu sebanyak 33 orang (52,4%), sebanyak 12 orang (19,0%) mengalami keluhan kesehatan diare, sebanyak 3 orang (4.8%) mengalami keluhan kesehatan sakit gigi.


(45)

BAB V PEMBAHASAN 1.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, jenis kelamin responden menunjukkan bahwa jenis kelamin responden di Panti Karya Hephata lebih banyak perempuan sebanyak 33 orang (52,4%) dengan kelompok umur yang sebagian besar berumur 17-60 sebanyak 59 orang (61,9%.). Responden lebih banyak mengalami tunagrahita sebanyak 26 orang (41,3%) dan sebagian besar tidak memiliki pendidikan sebanyak 46 orang (73,0%).

Personal Hygiene Responden

Personal Hygiene pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti menunjukkan bahwa dari 63 orang responden yang tinggal di sana, sebagian besar responden dikategorikan memiliki personal hygiene yang buruk sebanyak 45 orang (71,4%).

Hal ini disebabkan karena jika dilihat dari beberapa variabel personal hygiene dapat dilihat bahwa dari kebersihan kulit responden menunjukkan bahwa kebiasaan mandi penyandang disabilitas pada umumnya sudah baik karena sebanyak 56 responden (88,9%) sudah rutin mandi dua kali sehari setiap hari, namun ada juga responden yang tidak bisa mandi dua kali sehari karena mengalami gangguan kulit yang parah ditunjukkan oleh bagian punggung responden yang mengalami kebusukan, ada juga responden yang sudah lansia


(46)

di pagi hari pukul 06.00 WIB sebelum melaksanakan kegiatan ibadah kemudian di sore hari pukul 18.00 WIB setelah kegiatan gotong royong.

Seluruh responden (100%) juga sudah mandi dengan menggunakan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih, untuk penyandang disabilitas tunagrahita yang tidak bisa mandi sendiri akan dibantu oleh anggota lain yang mampu atau bahkan oleh pengasuhnya. Dan pada umumnya responden sudah menggunakan sabun sendiri karena sebanyak 60 responden (95,2%) menggunakan sabun sendiri, hal ini didukung karena pihak panti memberi jatah sabun masing-masing kepada tiap responden.

Ananto (2006) mengatakan bahwa cara membersihkan kulit secara keseluruhan umumnya dilakukan dengan mandi, karena mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan bau keringat, merangsang peredaran darah dan syaraf, serta mengebalikan kesegaran tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan kulit responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikategorikan baik karena terdapat 56 responden (88,9%) yang dikategorikan baik.

Dilihat dari kebersihan tangan dan kuku responden menunjukkan bahwa pada umumnya (90,5%) responden masih mencuci tangan dengan tidak sesuai syarat dengan hanya membasuh kedua tangan dengan air memakai wadah/mangkok lalu tangan dikeringkan dengan lap. Namun pada umumnya (93,7%) responden selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Untuk kebersihan kuku lebih banyak responden (50,8%) rutin memotong kuku sekali semingu. Karena 49,2% responden hanya memotong kukunya saat telah panjang


(47)

dan kotor disebabkan keterbatasan fisik dan mental responden yang menyebabkan responden kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Wolf (2000), tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi.

Menurut Zein (2010), tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Apabila manusia menyentuh tinja akan terkontaminas lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.

Adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit di tepi kuku dalam keadaan normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun (Stevens,2000). Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan tangan dan kuku responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya (96,8%) responden dikategorikan buruk.

Dilihat dari kebersihan gigi menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) telah menggunakan sikat gigi sendiri dan pada umumnya (87,3%) responden menyimpan sikat gigi di dalam ember masing-masing setelah digunakan. Namun hanya pada umumnya (85,7%) responden tidak rutin menyikat


(48)

Keadaan fisik sesorang mempengaruhi tingkat personal hygiene seseorang termasuk dalam kebersihan gigi dan mulut seseorang hal ini didukung oleh penelitian Aldiaman H,Adhani R,Adenan(2016) yang menyatakan bahwa penderita stroke yang seringkali mengalami disabilitas panjang sangat sulit untuk mempertahankan kebersihan mulutnya. Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya dalam menentukan keadaan kebersihan gigi da mulut seseorang. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan gigi responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya (88,9%) responden dikategorikan buruk.

Dilihat dari kebersihan pakaian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (61,9%) mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur terutama pada penyandang tunagrahita karena keterbatasan mental yang dialami sehingga menyebabkan mereka harus lebih sering mengganti pakaian disebabkan mereka yang seringkali buang air kecil bahkan buang air besar sembarangan. Sebagian besar responden (73,0%) menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari. Pada umumnya (90,5%) responden tidak mengganti baju setiap setelah berkeringa. Responden menghiraukan pakaian mereka meskipun setelah berkeringat.

Irianto (2007) mengatakan seseorang terlihat sehat dan bersih dapat melalui kebersihan pakaiannya. Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat bersih walaupun sebenarnya seluruh tubuh sudah bersih. Perlu mengganti pakaian secara teratur karena pakaian menyerap keringat dan kotoran yang dapat menyebabkan bau tidak sedap dan timbulnya berbagai penyakit. Sebaiknya ketika hendak tidur pakailah pakaian khusus tidur dan tidak


(49)

menggunakan pakaian yang digunakan sehari-hari untuk tidur. Selimut, sprei, dan sarung bantal sebaiknya dibersihkan dan diganti secara rutin. Kasur dan bantal dijemur secara rutin pulak.

Hal ini juga didukung penelitian Ananto (2006) pakaian berguna untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar, untuk membantu mengatur suhu tubuh, untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan pakaian responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya (95,2%) dikategorikan buruk.

Jika dilihat dari kebersihan tempat tidur dan sprei, lebih banyak responden (60,3%) tidak rutin mengganti sprei minimal 2 minggu sekali. Hanya 25 responden (39,7%) yang mengganti sprei minimal 2 minggu sekali khusunya pada penyandang tunagrahita diakibatkan penyandang tunagrahita yang seringkali buang air kecil bahkan buang air besar sembarangan di tempat tidur. Sprei yang digunakan sebelum tidur lebih banyak (50,8%) sprei yang tidak dibersihkan terlebih dahulu karena hanya 31 responden (49,2%) yang menggunakan sprei yang telah dibersihkan dulu sebelum tidur. Sebagian besar responden (61,9%) tidak rutin menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali. Hanya terdapat 24 responden (38,1%) yang rutin menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali sesuai jadwal rutin yang ditetapkan pihak panti.

Hal ini didukung oleh penelitian Handri (2010) yaitu kasur merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1 kali seminggu


(50)

seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah-rubah. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan kulit responden di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar (77,8%) dikategorikan buruk.

1.2 Observasi Kebersihan Tangan, Kuku, Gigi, Pakaian, dan Tempat tidur Responden

Berdasarkan observasi langsung dengan responden diketahui bahwa pada kebersihan tangan responden lebih banyak dikategorikan bersih karena 47,6% responden yang dikategorikan tidak bersih dan 52,4% dikategorikan bersih. Hal ini ditunjukkan pada tangan responden yang tidak bersih karena setelah melakukan aktivitas responden tidak mencuci tangan.

Kebersihan kuku responden sebagian besar dikategorikan tidak bersih karena 39,7% responden yang dikategorikan bersih dan 60,3% dikategorikan tidak bersih. Hal ini ditunjukkan pada kuku responden yang sebagian besar panjang dan berwarna hitam karena banyak kotoran yang lengket pada kuku responden, tidak rutinnya responden memotong kuku minimal seminggu sekali mendukung hal ini. Pada kebersihan gigi sebagian besar responden dikategorikan tidak bersih. Karena 28,6% responden yang dikategorikan bersih dan 71,4% dikategorikan tidak bersih. Hal ini dilihat pada gigi responden yang sebagian besar dipenuhi plak dan karang gigi. Menurut penelitian Aldiaman dkk (2016),mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya dalam menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang.


(51)

Pada kebersihan pakaian lebih banyak responden dikategorikan bersih karena 47,6% responden dikategorikan tidak bersih dan 52,4% dikategorikan bersih. Hal ini dapat dilihat dari pakaian responden yang bersih dan tidak menimbulkan bau tidak sedap dan tidak ada noda kotoran pada pakain responden.

Pada kebersihan tempat tidur dan sprei responden sebagian besar responden dikategorikan tidak bersih karena 36,5% dikategorikan tidak bersih dan 63,5% dikategorikan bersih.

1.3 Sarana Sanitasi Dasar Panti 1.3.1 Sarana Air Bersih

Berdasarkan observasi langsung dapat dilihat bahwa seluruh asrama (100%) memiliki sarana air bersih , namun bukan milik sendiri karena 1 sumber air dialirkan kesemua asrama. Keadaan air bersihnya sudah dalam keadaan baik secara fisik karena tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau.

Menurut WHO (2001), air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum,masak, mandi,dll). Promosi yang meningkat dari penyakit-penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun berugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah tercemar.

1.3.2 Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)


(52)

digunakan oleh penyandang disabilitas. Khusus untuk asrama Margareth putera dan Margareth Puteri jamban yang digunakan adalah wc duduk karena kedua asrama itu dihuni oleh penyandang tunagrahita yang pada umumnya masih di bawah umur.

1.3.3 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Panti Karya Hephata Laguboti seluruhnya (100%) dialirkan ke selokan terbuka. Sementara menurut Kusnoputranto (2000), air buangan dapat menjadi tempat berkembakbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga laiinya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.

1.3.4 Sarana Pembuangan Sampah

Sarana pembuangan sampah di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar (77,8%) sudah memiliki tempat sampah namun tidak kedap air dan tidak ada tutup. 2 asrama (22,2%) tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Namun keadaan panti cukup bersih karena tidak banyak ditemukan sampah berserakan di lingkungan panti. Keadaaan tempat sampah di 7 asrama lainnya juga tidak nampak penuh dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap karena sampah rutin dibuang tiap pagi dan sore ke TPS terdekat.

Dalam ilmu kesehatan lingkungan menurut Azwar (1996) suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat


(53)

berkembangbiaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

1.4 Kategori Sanitasi Dasar Panti Karya Hephata Laguboti

Sanitasi dasar yang baik tentu akan berpengaruh baik juga untuk kesehatan responden tergantung kepada personal hygiene responden dalam memaanfaatkan fasilitas sanitasi dasar yang ada. Berdasarkan hasil penelitian, kategori sanitasi dasar Panti Karya Hephata Laguboti seluruhnya dikategorikan tidak sehat.

Dilihat dari sarana air bersih asrama yang seluruhnya mendapat skor 2 karena fasilitas sumber air bersih yang tidak dibuat di masing-masing asrama, jamban yang seluruhnya mendapat skor 2 karena tidak sesuai dengan untuk penyandang disabilita, SPAL yang seluruhnya mendapat skor 2 karena hanya dialirkan ke selokan terbuka serta sarana pembuangan sampah yang sebagian besar tidak kedap air dan tidak ada tutup sehingga memungkinkan menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.

5.7 Keluhan Kesehatan Responden

Keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh responden di Panti Karya Hephata adalah keluhan kesehatan kulit yaitu gatal-gatal, hal ini dapat


(54)

bahkan perut dan punggung responden. Kemudian disusul dengan keluhan kesehatan diare sebanyak 12 orang (19,0%) dan kemudian keluhan gigi sebanyak 3 orang (4,8%).

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa besarnya keluhan kesehatan kulit/gatal-gatal pada responden berkaitan dengan personal hygiene dari responden yang buruk.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebersihan kulit pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan baik yaitu sebanyak 56 orang (88,9%)

2. Kebersihan tangan dan kuku pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 61 orang (96,8%)

3. Kebersihan gigi pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 56 orang (88,9%)

4. Kebersihan pakaian pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 60 orang (95,2%)

5. Kebersihan tempat tidur dan sprei pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 49 orang (77,8%)

6. Personal Hygiene pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar dikatakan buruk yaitu sebanyak 45 orang (714%)

7. Sarana air besih di Panti Karya Hephata Laguboti seluruhnya dikategorikan buruk

8. Keluhan kesehatan pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti lebih banyak mengalami keluhan kesehatan kulit yaitu gatal-gatal sebanyak 33


(56)

6.2 Saran

1. Bagi Yayasan Panti Karya Hephata Laguboti

a. Perawatan personal hygiene pada penyandang disabilitas terutama kepada penyandang tunagrahita dengan cara meningkatkan pengawasan khusus dalam hal personal hygiene nya, memotong kuku secara rutin, mengajarkan 7 langkah mencuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir, mengawasi jadwal menyikat gigi pada penyandang disabilitas khususnya yang masih anak-anak agar rutin minimal 2 kali sehari, menjemur pakaian di bawah sinar matahari langsung, dan rutin menjemur bantal dan sprei serta kasur yang digunakan setiap 2 minggu sekali.

b. Panti Karya Hephata Laguboti agar lebih memperhatikan sarana sanitasi dasar terutama fasilitas tempat sampah dan memperlancar serta menutup saluran pembuangan air limbah agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keluhan kesehatan pada penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti.


(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Personal Hygiene

2.1.1 Defenisi Personal Hygiene

Dalam kamus bahasa Indonesia (2014), hygiene diartikan sebagai ilmu tentang kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan.

Menurut Mustard (1953), personal hygiene adalah sebagai praktek, kebiasaan, dan tindakan pencegahan individu yang bertujuan untuk melindunginya dari penyakit dan menuntunnya mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang meliputi kebersihan pribadi, kebiasaan pola makan yang sehat, pola tidur yang cukup, keseimbangan antara istirahat dan beraktivitas, antara bekerja dan rekreasi, pikiran yang tidak terganggu, dan tindakan pencegahan untuk tidak terinfeksi penyakit dari orang lain.

Menurut Notoatmodjo (2003), personal hygiene sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya kebersihan diri ini mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian.

Menurut Depkes RI (2006), Personal Hygiene merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat anatara lain seperti


(58)

2.1.2 Jenis-jenis Personal Hygiene

Menurut Isro’in dan Andarmayo (2012), ada beberapa jenis Personal Hygiene yaitu sebagai berikut:

a. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam hygiene perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan.

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan sehat yang harus selalu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2. Mandi minimal dua kali sehari

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian 5. Menjaga kebersihan lingkungan

Menurut Achdannasich (1991), penganggulangan yang paling utama jika terdapat anggota keluarga yang terkena peyakit kulit untuk dilakukan agar tidak menimbulkan penyakit pada kulit adalah dengan menjaga kebersihan. Kasur setiap hari dijemur, handuk, sarung bantal, baju/pakaian diseduh air panas, mandi yang benar.


(59)

b. Kebersihan Rambut

Rambut atau bulu bisa mengandung bakteri. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat kelainan endokrin, suhu badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau ketakutan. Dengan selalu memelihara keberihan rambut dan kulit kepala yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu

2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pecuci rambut lainnya 3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. c. Kebersihan Mulut

Menurut Herry Sofyandi (1991), Banyaknya plak dan karang gigi pada mulut seseorang menunjukkan buruknya hygiene mulut dari orang tersebut. Plak memegang perana penting dalam proses karies gigi. Usaha pencegahan terbentuknya plak gigi dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari dan dibarengi dengan pengurangan intake gula.

Berdasarkan pendapat Mustard (1953) dapat disimpulkan bahwa, tindakan yang paling penting yang dapat dilakukan dalam memelihara kebersihan gigi adalah keseimbangan makan ibu selama kehamilan, mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang , terutama pada masa kanak-kanak harus rajin menyikat gigi sekurang-kurangnya satu kali sehari dan lebih baik jika dua kali sehari, teratur memeriksa gigi ke dokter sekurang-kurangnya sekali setahun dan lebih baik dua kali setahun serta menjalankan setiap anjuran dokter.


(60)

d. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain idah dipandang mata, tangan,kaki dan kuku yang bersih juga mengindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan 4. Mencuci kaki sebelum tidur

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene seperti:

1. Citra tubuh, yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2. Praktik sosial, yaitu seperti pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.


(61)

3. Status sosioekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,pasta gigi,sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk membelinya

4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes meulitus yang harus selalu menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya, yaitu seperti sebagian masyarakat menganggap jika individu menderita penyakit tertentu,maka individu tersebut tidak boleh mandi. 6. Kebiasaan seseorang, yaitu seperti beberapa orang memiliki kebiasaan

seperti menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sampo, sabun, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik, yaitu pada saat kondisi fisik sedang tidak bagus atau bahkan tidak dapat berfungsi dengan baik tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan dari orang lain.

2.1.4 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), apabila seseorang tidak merawat diri maka dirinya akan dengan mudah terkena penyakit. Penyakit merupakan dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang. Berikut dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:

1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik


(62)

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Bagi penyandang disabilitas,menjaga personal hygiene tentu merupakan hal yang sangat penting dilakukan, namun kesulitan tentu akan dialami jika sarana nya tidak memungkinkan untuk digunakan oleh penyandang disabilitas. Menurut Jones, Parker, Reed (2002), berikut kegiatan penyandang disabilitas dalam menjaga personal hygiene nya dan solusi yang ditawarkan bagi kemudahan mereka untuk melaksanakannya.

Kegiatan Solusi

Sarana untuk mandi -Untuk yang tidak bisa duduk, duduk menggunakan ban yang berbentuk seperti tabung, atau tambahan tali di kolam (Werner, 1987)

-Kursi pendek/bangku/ataupun box untuk mereka yang tidak mampu berdiri atau jongkok selama mandi (Werner, 1987: 346; Musenyente,2002) Pegangan bambu/tali/string dapat menjadi penuntun penyandang


(63)

tunanetra untuk sampai ke tempat pemandian (Helander et al, 1989:2) - Papan pencuci dari kayu atau bilah

bambu bagi mereka yanng mencuci berbaring (Werner, 1987)

-Rekomendasi untuk desain kamar mandi, mencuci cekungan untuk

pengguna kursi roda

(UNESCAP,1995a:Lampiran II) Kursi toilet dengan lubang dipotong membuatnya lebih muda untuk mencuci pantat dan alat kelamin saat duduk (WHO, 1996b:65)

Kegiatan mandi pribadi - Sapuan mitt, seperti sarung tangan yang terbuat dari sepotong handuk untuk mereka yang susah bergerak (WHO,1993, 1996b, 1989:37)

- Spons atau sikat atau handuk bergagang panjang dengan gagang lingkaran, bagi mereka yang gerakannya terbatas, tambahan tali pada sabun, botol pencet pada sampo


(64)

terbatas (WHO,1996) Pembersihan gigi dan pembersihan

kuku

-Sikat gigi berdiri untuk penyandang disabilitas yang tidak bisa memegang sikat gigi, kuku sikat dengan cangkir hisap(Musenyente, 2002).

Pembersihan pakaian, piring -Meja pencuci pakaian untuk pengguna kursi roda (Heleander et al,1989)

-Fasilitas mencuci dengan tambahan ruang untuk lutut di bawah bagi orang duduk (Werener, 1987)

2.2 Sanitasi Dasar

Berdasarkan Kamus Ringkas Oxford yang dikutip oleh Franceys (1992), dapat disimpulkan bahwa sanitasi mengacu pada semua kondisi yang mempengaruhi kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kotoran dan infeksi dan khusus untuk saluran air, pembuangan limbah, dan sampah dari rumah tangga.

Sanitasi dasar merupakan salah satu persyaratan dalam rumah sehat. Sarana sanitasi dasar berkaitan langsung dengan masalah kesehatan terutama masalah kesehatan lingkungan. Menurut Depkes RI (2002), sarana sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah rumah tangga.


(65)

2.2.1 Penyediaan Air Bersih

Menurut Hazel dan Bob (2005), tidak ada perbedaan mendasar yang membedakan antara pennyediaan air bersih bagi orang normal maupun bagi penyandang disabilitas. Yang penting ialah sumber air nya mudah diakses, mudah digunakan, dan memenuhi syarat kesehatan.

Menurut Permenkes 416 Tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah direbus terlebih dahulu. Air sangat penting bagi kehidupan manusia karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2007), di negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesiaa, setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bersih bagi penghuni rumah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga perlu diperhatikan dalam pendirian sarana air bersih. Menurut Waluyo (2009), apabila sarana air bersih dibuat memenuhi syarat teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka kualitas air yang diperoleh menjadi baik.

Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu syarat Kuantitas dan syarat Kualitas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan 416 Tahun


(66)

a. Syarat Kuantitas

Menurut Slamet (2002), syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas, di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 l/orang/hari dengan perincian, yaitu 12 liter untuk mandi dan cuci kakus, 2 liter untuk minum, 10,7 liter untuk cuci pakaian, dan 31,4 liter untuk kebersihan rumah.

b. Syarat Kualitas

Menurut Slamet (2002), syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman.

1. Syarat fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

2. Syarat kimia, yaitu kadar besi maksimum diperbolehkan maksimal 500mg/l.

3. Syarat mikrobiologis, yaitu jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

c. Klasifikasi Penyakit Berhubungan dengan Air

Menurut Kusnoputranto (2000) ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu :


(67)

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier. Bila air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat menyebabkan penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Thypoid, Hepatitis, dan Dysentri Basiler.

2. Water Based Desease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara misalnya Schistosomiasis.

3. Water Washed Desease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya: penyakit infeksi saluran pencernaan.

4. Water Related Insect Vector, yaitu vektor – vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, Yellow fever, dan Tripanosomiasis.

2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Dalam kehidupan biologiknya setiap makhluk selalu membuang bahan yang tidak diperlukan atau eksreta. Manusia mmebuang bahan ini dalam bentuk semi padat dengan apa yang disebut tinja (faeces). Menurut Ehler dan Steel (1958) dalam Didik Sarudji (2010), tinja adalah bahan buangan yabg dikeluarkan


(68)

rerata 150 gram berat basah per orang per hari. Tinja mengandung sekitar 2 milyar fecal coliform dan 450 juta fecal Sreptococci.

Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Umiati (2009), jamban merupakan sarana ayang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar. Sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan, dan kesehatan.

Sesuai dengan Kementerian Kesehatan (2009), jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.

Pembuangan tinja tidak dapat dipisahkan dengan penyediaan air bersih. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar yaitu tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS)` Hasil studi Indonesi Sanitation Sector Developement Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih beperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun, dan tempat terbuka.

a. Pencemaran Oleh Tinja 1. Pencemaran Tanah

Menurut Ehler dan Steel (1958), penting untuk diketahui seberapa jauh organisme patogen dari saluran alat cerna menyebar dalam tanah. Apabila tinja dibatasi pada sautu tempat tertentu seperti terlokalisasi pada kakus misalnya,


(69)

maka tidak akan timbul bahaya kontaminasi pada air sumur, karena bisa dikendalikan dengan berbagai persyaratan dalam pembuatan kakus atau sumurnya. Tetapi apabila tinja tidak dibuang pada tempat tertentu atau tidak diketahui pasti tempat pembuangannya, maka akan membahayakan air tanah karena terkontaminasi, dan sulit untuk mengendalikannya

2. Pencemaran Air Tanah

Menurut Purdom (1980) yang dikuitp oleh Didik Sarudji (2010), tinja yang disertai bakteri tinja dapat mencapai air tanah dengan dua cara (1) polutan merembas bersama air hujan di permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah dan akhirnya mencapai air tanah; (2) penetrasi pencemar dari cesspool atau kakus, langsung ke dalam air tanah.

b. Teknik Pembuangan Tinja

Dalam penyediaan pembuangan tinja ini diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air tanah dan sumber air atau sumur.

2. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan. 3. Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan. 4. Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta memenuhi syarat estetika lainnya.


(70)

c. Jenis-Jenis Jamban

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu: jamban cemplung, jamban plengsengan, jamban bor, angsalatrine (water seal latrine), jamban di atas balong (empang) , septic tank .

Menurut Endradita G (2002), toilet untuk penyandang cacat harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

- Toilet/kamar mandi harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol “penyandang cacat” pada bagian luarnya

- Harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk pengguna kursi roda

- Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda (40-50cm)

- Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang mimiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.

- Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran dan perlengkapan seperti sabun dan pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan pengguna kursi roda.


(71)

- Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Menurut Hazel dan Bob (2005), konstruksi jamban bagi penyandang disabilitas lebih dikhususkan karena disabilitas yang disandang mereka. Jika pada orang normal jamban yang biasa digunakan pada umumnya adalah jamban leher angsa. Wc jongkok, dan sebagainya maka pada penyandang disabilitas ada tambahan khusus yang perlu diperhatikan.

Gambar 2.1: WC duduk dengan pegangan untuk membantu

WC tipe ini dianjurkan untuk penyandang disabilitas yang kesulitan untuk jongkok. Cocok digunakan oleh pengguna kursi roda, tuna daksa yang tidak bisa duduk jongkok, dan dianjurkan juga untuk penyandang tunanetra karena disertai dengan dua pegangan di sisi kiri dan sisi kanan. Dudukan WC yang didesain agak tinggi menghindari penyandang tunanetra untuk terjatuh ke dalam lobang WC.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... x

RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Personal Hygiene ... 7

2.1.1 Defenisi Personal Hygiene ... 7

2.1.2 Jenis-Jenis Personal Hygiene ... 8

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene... 10

2.2 Sanitasi Dasar ... 14

2.2.1 Penyediaan Air Bersih... 15

2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban) ... 17

2.2.3 Pembuangan Air Limbah ... 23

2.2.4 Pengelolaan Sampah ... 25

2.3 Keluhan Kesehatan... 27

2.4 Penyandang Disabilitas ... 29

2.4.1 Pengertian Penyandang Disabilitas ... 29

2.4.2 Jenis-Jenis Disabilitas ... 30

2.5 Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33


(2)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5 Definisi Operasional ... 34

3.6 Aspek Pengukuran... 35

3.6.1 Personal Hygiene ... 35

3.6.2 Sarana Sanitasi Dasar ... 37

3.6.3 Keluhan Kesehatan ... 39

3.7 Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitin ... 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir ... 40

4.2 Hasil Analisa Univariat ... 41

4.2.1 Karakteristik Responden ... 41

4.2.2 Personal Hygiene Responden ... 42

4.2.2.1 Distribusi Personal Hygiene Responden ... 42

4.2.2.2 Kategori Personal Hygiene Responden ... 44

4.2.2.3 Kategori Personal Hygiene Total Responden ... 46

4.2.2.4 Observasi Kebersihan Tangan,Kuku,Gigi,dan Tempat Tidur Responden ... 46

4.2.3 Sanitasi Dasar Asrama 4.2.3.1 Observasi Sanitasi Dasar Asrama ... 48

4.2.3.2 Kategori Sanitasi Dasar Asrama ... 49

4.2.4 Keluhan Kesehatan Responden ... 52

4.2.4.1 Distribusi Keluhan Kesehatan Responden ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1 Karakteristik Responden ... 52

5.2 Personal Hygiene Responden ... 53

5.2.1 Distribusi Personal Hygiene Responden ... 53

5.2.2 Observasi Kebersihan Tangan,Kuku,Gigi,dan Tempat Tidur Responden ... 58

5.3 Sanitasi Dasar Asrama ... 59

5.3.1 Observasi Sanitasi Dasar Asrama ... 59

5.3.2 Kategori Sanitasi Dasar Asrama ... 61

5.4 Keluhan Kesehatan Responden ... 61

5.4.1 Distribusi Keluhan Kesehatan Responden ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1 Kesimpulan... 63

6.2 Saran ... 64


(3)

DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR LAMPIRAN ...


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Penyandang Disabilitas di Panti Karya

Hephata Laguboti Tahun 2016... 41

Tabel 4.2 Distribusi Personal Hygiene Responden... 42

Tabel 4.3 Kategori Personal Hygiene Responden... 44

Tabel 4.4 Kategori Personal Hygiene Total Responden... 46

Tabel 4.5 Observasi Kebersihan Tangan, Kuku, Gigi, Pakaian, dan Tempat Tidur Responden... 46

Tabel 4.6 Observasi Sanitasi Dasar Asrama...48

Tabel 4.7 Kategori Sanitasi Dasar Asrama...49

Tabel 4.10 Distribusi Keluhan Kesehatan Responden...52


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner... 65

Lampiran 2. Lembar Observasi Personal Hgiene... 68

Lampiran 3. Lembar Observasi Sanitasi Dasar... 69

Lampiran 4. Master Data...72

Lampiran 5. Output Uji Validitas... 74

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian... . 85


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gratia Henny Sihombing

Tempat/Tanggal Lahir : Porsea, 16 November 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak Ke : 1 dari 6 Bersaudara

Nama Ayah : Maruasas Sihombing

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Minda Ompusunggu

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Alamat Rumah : Jl. Silamosik Desa Silamosik II Kecamatan

Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2000-2006 : SD Negeri 174559 Siraituruk 2. Tahun 2006-2009 : SMP Negeri 2 Lumban Julu 3. Tahun 2009-2012 : SMA Negeri 1 Balige

4. Tahun 2012-2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Penghuni Tentang Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Perumahan Sehat Serta Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra USU Medan.

6 63 130

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

11 78 148

Hubungan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygine Ibu Balita dan Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare pada Balita Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

1 23 195

POLA ASUH ORANGTUA PENYANDANG DISABILITAS (TUNANETRA) TERHADAP ANAKNYA DI PANTI KARYA HEPHATA LAGUBOTI.

2 13 25

Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

0 0 15

Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

0 0 2

Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

0 0 6

Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

0 2 26

Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

0 0 3

Personal Hygiene, Sarana Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

0 0 21