a. Syarat Kuantitas
Menurut Slamet 2002, syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin
banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas, di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 loranghari
dengan perincian, yaitu 12 liter untuk mandi dan cuci kakus, 2 liter untuk minum, 10,7 liter untuk cuci pakaian, dan 31,4 liter untuk kebersihan rumah.
b. Syarat Kualitas
Menurut Slamet 2002, syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416MenkesPer1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari
sumber yang bersih dan aman. 1.
Syarat fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna 2.
Syarat kimia, yaitu kadar besi maksimum diperbolehkan maksimal 500mgl.
3. Syarat mikrobiologis, yaitu jumlah total koliform dalam 100 ml air yang
diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.
c. Klasifikasi Penyakit Berhubungan dengan Air
Menurut Kusnoputranto 2000 ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang
terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier. Bila air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat menyebabkan
penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Thypoid, Hepatitis, dan Dysentri Basiler.
2. Water Based Desease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain
melalui persediaan air sebagai pejamu host perantara misalnya Schistosomiasis.
3. Water Washed Desease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya: penyakit infeksi saluran pencernaan.
4. Water Related Insect Vector, yaitu vektor
– vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak
dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, Yellow fever, dan Tripanosomiasis.
2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia Jamban
Dalam kehidupan biologiknya setiap makhluk selalu membuang bahan yang tidak diperlukan atau eksreta. Manusia mmebuang bahan ini dalam bentuk
semi padat dengan apa yang disebut tinja faeces. Menurut Ehler dan Steel 1958 dalam Didik Sarudji 2010, tinja adalah bahan buangan yabg dikeluarkan
oleh tubuh, yaitu sekitar 27 gram berat kering per orang per hari, atau dengan
Universitas Sumatera Utara
rerata 150 gram berat basah per orang per hari. Tinja mengandung sekitar 2 milyar fecal coliform dan 450 juta fecal Sreptococci.
Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Umiati 2009, jamban merupakan sarana ayang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar. Sebagai
tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan tersebut
dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan, dan kesehatan. Sesuai dengan Kementerian Kesehatan 2009, jamban adalah suatu
ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
cemplung yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.
Pembuangan tinja tidak dapat dipisahkan dengan penyediaan air bersih. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene
dan sanitasi masih sangat besar yaitu tentang perilaku hidup bersih sehat PHBS` Hasil studi Indonesi Sanitation Sector Developement Program ISSDP tahun
2006, menunjukkan 47 masyarakat masih beperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun, dan tempat terbuka.
a. Pencemaran Oleh Tinja
1. Pencemaran Tanah
Menurut Ehler dan Steel 1958, penting untuk diketahui seberapa jauh organisme patogen dari saluran alat cerna menyebar dalam tanah. Apabila tinja
dibatasi pada sautu tempat tertentu seperti terlokalisasi pada kakus misalnya,
Universitas Sumatera Utara
maka tidak akan timbul bahaya kontaminasi pada air sumur, karena bisa dikendalikan dengan berbagai persyaratan dalam pembuatan kakus atau
sumurnya. Tetapi apabila tinja tidak dibuang pada tempat tertentu atau tidak diketahui pasti tempat pembuangannya, maka akan membahayakan air tanah
karena terkontaminasi, dan sulit untuk mengendalikannya 2.
Pencemaran Air Tanah Menurut Purdom 1980 yang dikuitp oleh Didik Sarudji 2010, tinja
yang disertai bakteri tinja dapat mencapai air tanah dengan dua cara 1 polutan merembas bersama air hujan di permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah dan
akhirnya mencapai air tanah; 2 penetrasi pencemar dari cesspool atau kakus, langsung ke dalam air tanah.
b. Teknik Pembuangan Tinja