Pengambilan Sampel ( Sampling ) Bahan Baku
5.2 Pengambilan Sampel ( Sampling ) Bahan Baku
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo menerapkan sistem pengawasan kualitas bahan baku yang ketat, mulai dari prosedur penerimaan hingga penyimpanan bahan baku pakan. Proses penerimaan bahan baku di perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem input data yang bersifat online yaitu System Application Product in data processing (SAP) yang memudahkan transfer data dari setiap bagian. Prosedur penerimaan bahan baku pada umumnya dilakukan melalui dua tahap sampling yaitu pre sampling dan unloading .
5.2.1 Pre sampling Pre sampling dilakukan di awal pada saat kedatangan/sebelum dilakukan penimbangan pertama. Pre sampling disebut juga sampling 30% karena sampling dilakukan pada masing-masing bagian karung atas, tengah, dan belakang sebanyak 30% dari total bahan baku. Dari keseluruhan sampel tersebut, lalu diambil komposit sampel sebanyak 1 hingga 3 kg, kemudian akan dibawa ke Quality Control Laboratory untuk dilakukan analisis. Proses pre sampling ini akan menentukan dibongkar atau tidaknya suatu pasokan bahan baku. Pre sampling dilakukan dengan 2 cara yaitu otomatis dan manual. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan 5.2.
Gambar 5.1 . Automatic sampler (Koleksi Penulis, 2014)
Pre sampling otomatis dilakukan khusus untuk bahan baku curah seperti jagung dan wheat brand . Sampling otomatis dilakukan dengan menggunakan mesin shelter dengan titik pengambilan sampel yang ditentukan secara otomatis oleh automatic sampling point system. Jumlah titik disesuaikan dengan jenis bahan baku dan kendaraan yang digunakan untuk memuat bahan baku tersebut. Pengambilan sampel dilakukan minimum 3 titik yang berbeda setiap 1/5 bagian truk atau total 15 titik dari seluruh bagian. Selain itu dilakukan pemeriksaan fisik pada saat pengambilan sampel (warna, kutu, jamur, gumpalan, kontaminasi, kadar air, tekstur, suhu, dan bau), selanjutnya diambil komposit sampel untuk penentuan kualitas bahan baku tersebut.
Gambar 5.2. Sampling manual (Koleksi Penulis, 2014) Pre sampling manual dilakukan untuk bahan baku dalam karung atau non curah. Pre sampling manual dilakukan oleh petugas QC dengan cara naik ke atas truk, lalu sampel diambil dengan menggunakan probe . Sampel diambil dari bagian karung yang terlihat pada bagian atas, samping, dan belakang truk tersebut. Tusukan probe minimum 2 kali pada tempat yang berlainan. Pemeriksaan fisik juga dilakukan pada saat pengambilan sampel (warna, kutu, jamur, gumpalan, kontaminasi, kadar air, tekstur, suhu, dan bau). Dari sampel tersebut, lalu diambil komposit sampel untuk penentuan kualitas bahan baku tersebut. Komposit sampel kemudian dibawa ke bagian Quality Control/Labaoratory Department untuk dilakukan analisis dengan metode quick test . Analisis yang dilakukan pada pre sampling ini meliputi pengamatan sifat fisik dan kimia sampel bahan baku.
Sifat fisik bahan baku yang diamati meliputi warna, bau, tekstur, jumlah biji rusak, biji mati, biji berjamur, biji pecah, dan benda asing. Sifat fisik bahan baku ini dianalisis melalui pengamatan visual bahan baku, screen test, dan microscopy test. Sifat kimia bahan baku yang dianalisis meliputi kadar air dan komposisi nutrien bahan baku. Sifat kimia bahan baku ini dianalisis melalui moisture test, uji NIR, dan uji aflatoksin dengan menggunakan infrared . Pengujian ini dilakukan untuk bahan baku berbentuk padat maupun cair. Hasil analisis yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan standar penerimaan bahan baku. Apabila bahan baku tersebut sesuai dengan standar, maka bahan baku tersebut diterima, kemudian dilanjutkan dengan penimbangan pertama pada truck scale
(penimbangan 1). Petugas penimbangan I akan memanggil nomor antrian untuk melakukan timbangan pertama. Petugas akan memberikan surat pengantar bongkar yang berisikan identitas pengirim bahan baku dan hasil quick test bagian Quality Control/Labaoratory Department meliputi kadar air, screen test , aflatoxin dan grade jagung. Apabila bahan baku yang dikirim tidak sesuai dengan standar, maka bahan baku ditolak dan truk keluar dari area pabrik.
5.2.2 Sampel Unloading Setelah lolos dari presampling dan dilakukan penimbangan I, kemudian dilakukan pembongkaran bahan baku di gudang yang telah disediakan oleh bagian warehouse . Pembongkaran ini diikuti dengan pengambilan sampel ke-II atau sampel unloading . Apabila bahan baku dalam bentuk bag, sampling
II dilakukan pada masing-masing karung bahan baku sehingga sampling ini disebut juga sebagai sampling 100%. Sedangkan apabila bahan baku tersebut dalam bentuk curah, maka sampling dilakukan pada setiap bagian yaitu depan, belakang, atas, samping, dan tengah dengan total sampel sebanyak 2-3 kg . Jika pada saat sampling ditemukan adanya bahan baku yang tidak memenuhi standar, maka bahan baku tersebut dapat ditolak. Penolakan bahan baku tersebut tidak dapat dilakukan untuk seluruh bahan baku yang dikirim oleh pihak pemasok sehingga sebagian bahan baku harus diterima oleh pihak perusahaan. Proses unloading dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Unloading (Koleksi Penulis, 2014) Pengambilan sampel bahan baku impor berbeda dengan bahan baku lokal. Pengambilan sampel bahan baku lokal terdiri dari 2 tahapan (sampling I dan sampling II), sedangkan pengambilan sampel bahan baku impor hanya dilakukan pada saat unloading . Bahan baku impor umumnya dikirimkan dalam bentuk curah sehingga pengambilan sampel dilakukan pada setiap bagian yaitu depan, belakang, atas, samping, dan tengah dengan total sampel sebanyak 2-3 kg . Sampel tersebut lalu dibawa oleh petugas QC ke bagian QC untuk dianalisis. Apabila kandungan nutriennya tidak sesuai dengan standar penerimaan, maka bahan baku tersebut ditempatkan pada gudang terpisah dan pihak perusahaan akan mengajukan notifikasi/klaim kepada pihak pemasok. Bahan baku yang sudah sesuai dengan standar dikemas, dilabeli dan disimpan dalam gudang bahan baku sampai nantinya digunakan untuk produksi pakan. Pengambilan sampel bahan baku impor lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Setelah proses sampling selesai dilakukan, truk lalu memasuki timbangan
II. Penimbangan ke-II ini dilakukan untuk mendapatkan total berat bahan baku yang telah dikirim oleh penyedia bahan baku. Akan tetapi, apabila analisis bahan baku pada unloading tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan, maka penimbangan ke-II ini dilakukan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang telah dibongkar, serta bahan baku yang belum dibongkar dan ditolak.
Gambar 5.4 Sampling bahan baku impor (Koleksi Penulis, 2014)
5.2.3 Sampling Bahan Baku Cair dan Feed Additive Sama halnya dengan sampling bahan baku padat, sampling bahan baku
cair juga melewati presampling dan Unloading . Semua bahan baku cair dicek kecuali enzim ROVABIO, ALIMET, BAROQ ANTIOXIDAN dan MYCO CURB yang telah mendapat lisensi khusus dari perusahaaan distributornya. Untuk bahan Palm Olein (PO) presampling dilakukan dengan mengeluarkan 1 kg PO dari kran tangki pada truk, kemudian baru diambil sampelnya minimal 200 ml. Tujuan dari pembuangan tersebut agar mengurangi atau menghilangkan kotoran, sehingga data pengujian lab dapat lebih akurat. Sampel tersebut dibawa ke ruang quality control untuk dilakukan uji fisik, bau warna dan gumpalan serta kualitas kimia melalui uji NIR. Hasil uji NIR yang diperoleh meliputi data asam lemak bebas ( free fatty acid / FFA), dan nilai POV (bilangan peroksida). Jika hasilnya tidak memenuhi standar, maka bahan baku tersebut akan ditolak. Tahapan ini juga dilakukan dalam proses sampel unloading , akan tetapi prosesnya langsung dilakukan ketika pengisian ke dalam tangki penyimpanan. Tidak lupa ditambahkan BAROQ ANTIOXIDAN , untuk mencegah oksidasi komponen minyak dalam tangki.
Bahan baku yang tidak bisa ditolak (misalnya bahan baku yang diimpor sendiri) pembongkaran dihentikan dan dilakukan pelaporan ke pihak QC Manager dan/atau bagian purchasing setempat. Tindakan selanjutnya dilakukan seleksi yang rusak pada setiap karung. Serta dilakukan pemeriksaan fisik kontainer Bahan baku yang tidak bisa ditolak (misalnya bahan baku yang diimpor sendiri) pembongkaran dihentikan dan dilakukan pelaporan ke pihak QC Manager dan/atau bagian purchasing setempat. Tindakan selanjutnya dilakukan seleksi yang rusak pada setiap karung. Serta dilakukan pemeriksaan fisik kontainer