Penyimpanan Bahan Baku
5.4 Penyimpanan Bahan Baku
Komponen pergudangan atau penyimpanan bahan baku dalam suatu industri pakan, khususnya industri dalam skala besar, merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Industri pakan skala besar melakukan proses produksi dalam jumlah yang banyak dan waktu penyimpanan yang cukup lama. Jika jumlah bahan baku pakannya banyak dan tidak habis sekali pakai, namun pemakaiannya bertahap, maka stabilitas barang tersebut harus dapat dijaga untuk menjaga kualitas. Hal ini tentunya membutuhkan sistem pergudangan dan penyimpanan yang efektif untuk bahan baku tersebut.
Pada proses penyimpanan, setiap bahan baku berpeluang akan terjadinya suatu kerusakan. Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan fisik maupun kerusakan kimia dan biologis. Kerusakan fisik dalam penyimpanan dapat menjadi pemicu untuk kerusakan secara kimia dan biologis sehingga sifat fisik bahan baku, seperti kadar air, kehalusan bahan, jumlah jamur, jumlah kontaminan, dan sebagainya, sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan penyimpanan. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya kerusakan bahan baku ini adalah dengan penerapan sistem FIFO ( first in first out ). Pada sistem FIFO, Pada proses penyimpanan, setiap bahan baku berpeluang akan terjadinya suatu kerusakan. Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan fisik maupun kerusakan kimia dan biologis. Kerusakan fisik dalam penyimpanan dapat menjadi pemicu untuk kerusakan secara kimia dan biologis sehingga sifat fisik bahan baku, seperti kadar air, kehalusan bahan, jumlah jamur, jumlah kontaminan, dan sebagainya, sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan penyimpanan. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya kerusakan bahan baku ini adalah dengan penerapan sistem FIFO ( first in first out ). Pada sistem FIFO,
Produksi pakan membutuhkan bahan baku serta feed additive . Bahan baku utama yang digunakan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan- Sidoarjo untuk memproduksi pakan unggas adalah jagung. Bahan jagung yang akan digunakan untuk memproduksi pakan unggas, harus memiliki kualitas yang baik karena mutu jagung akan mempengaruhi hasil pakan yang nantinya akan berkaitan dengan kesehatan ayam. Bahan baku lain yang digunakan antara lain adalah tepung kedelai, tepung ikan, tepung daging, tepung gandum dan minyak. Sementara itu, feed additive yang digunakan berupa bahan-bahan yang kaya akan kandungan protein, vitamin dan mineral. Berikut adalah daftar bahan baku dan feed additive yang digunakan untuk 1 bulan produksi pakan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Daftar bahan baku dan feed additive untuk 1 bulan produksi (Juni – Juli 2013).
Nama Bahan
Bahan Feed Additive Soya Bean Meal (SBM) Argentina
Bahan Baku
Copper sulfate Soya Bean Meal (SBM) Brazil
Mold Bean Corn Gluten Meal (CGM) USA
MDCP Jagung Lokal
Sodium Bicarb Jagung India
Garam DDGS
Protector Min Meat Bean Meal (MBM) USA
L-Lysine HCl Meat Bean Meal (MBM) Australia
Choline – Cl Meat Bean Meal (MBM) New Zealand
DL – Methionine Poultry Brand Pollard Meal USA
Rapseed India
Hydrolized Chicken Feather Meal USA
Wheat Bran
Tepung Batu
Biji Batu
Sumber: Plan Department PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan- Sidoarjo Tahun 2013.
Jenis jagung yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan pakan didatangkan dari dalam negeri (lokal) maupun luar negri (impor) seperti India dan Cina. Jika dibandingkan jagung lokal yang diperoleh dari Bojonegoro, Tuban dan Gorontalo menghasilkan mutu pakan lebih baik dibandingkan dengan jagung impor. Hal ini dikarenakan jagung lokal memiliki kadar air yang sesuai dengan permintaan perusahaan jika dibandingkan dengan kadar air jagung impor yaitu sebesar 15%, dimana kadar air (KA) maksimal jagung yang ideal dan dibutuhkan untuk memproduksi pakan adalah 15%. Apabila kadar air jagung melebihi 15%, maka akan menyebabkan biji jagung mudah ditumbuhi jamur yang mengakibatkan umur simpan berkurang dan mengganggu proses pengolahan serta hasil pakan karena produk pakan yang dikehendaki yaitu berupa produk kering. Kualitas jagung tersebut dapat dipertahankan dengan penyimpanan di dalam gudang ataupun silo . Terdapat 4 gudang penyimpanan bahan baku yaitu Gudang
A, Gudang B, Gudang C, Gudang D dan Gudang G serta 2 gudang penyimpanan pakan yaitu Gudang E dan Gudang F. Jagung yang dikemas dalam bentuk karung A, Gudang B, Gudang C, Gudang D dan Gudang G serta 2 gudang penyimpanan pakan yaitu Gudang E dan Gudang F. Jagung yang dikemas dalam bentuk karung
Bahan baku yang disimpan dalam gudang perlu dilakukan pengecekan suhu setiap harinya dengan menggunakan alat pengukur suhu bahan baku thermometer stick . Cara pengecekan suhu bahan baku dengan menggunakan thermometer stick dilakukan dengan cara alat dimasukkan kedalam sela-sela tumpukan karung lalu ditunggu selama 10 menit dan dicatat angka yang muncul dari layar thermometer stick. Suhu maksimal yang dikehendaki untuk
penumpukan karung yaitu 40 0
C, apabila melebihi suhu tersebut maka tumpukan karung akan dibongkar hingga suhu kembali normal atau dapat juga dilakukan dengan cara dikipas anginkan menggunakan kipas angin besar. Pengukuran suhu bahan baku dilakukan saat tengah hari dimana matahari dalam keadaan terik karena suhu gudang juga akan mengalami kenaikan suhu. Beberapa jenis bahan baku ditumpuk secara stafel , namun sebagian lainnya disusun dengan cara tiap bahan baku ditumpuk menggunakan palet. Untuk feed additive umumnya ditumpuk dengan menggunakan palet. Penumpukan jenis bahan baku secara palet
dan stafel dapat dilihat pada Gambar 5.5.
(a) (b)
(a) Penumpukan Secara Stafel ; (b) Penumpukan dengan Pallet Gambar 5.5 Gambar penumpukan jenis bahan baku (Koleksi Penulis, 2014)
Bahan baku yang diterima dalam bentuk curah, nantinya bahan tersebut akan ditumpahkan ke lantai gudang dari truk pengangkut bahan baku. Selanjutnya Bahan baku yang diterima dalam bentuk curah, nantinya bahan tersebut akan ditumpahkan ke lantai gudang dari truk pengangkut bahan baku. Selanjutnya
Ketersediaan bahan baku yang terjaga kualitasnya sangat diperlukan dalam proses produksi pakan unggas karena kualitas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi akan mempengaruhi kualitas produk pakan jadi yang dihasilkan oleh produsen pakan. Untuk menjaga kualitas bahan baku tetap baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kualitas stok bahan baku yang tersedia. Pemeriksaan stok bahan baku dilakukan oleh pihak warehouse dan kontrol kualitas bahan baku. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan identitas bahan baku, pemeriksaan pelaksanaan sistem FIFO ( First In First Out ), pemeriksaan kualitas dan temperatur bahan baku, pemeriksaan jagung dalam silo dan pemeriksaan bahan baku dalam tangki.
5.4.1 Pemeriksaan Identitas Bahan Baku Setiap bahan baku yang disimpan di dalam gudang perlu diberi identitas/label untuk mempermudah pengecekan bahan baku pakan. Identitas bahan baku diperlukan untuk mengetahui jenis dan umur bahan baku tersebut. Identitas bahan baku umumnya tercantum pada papan nama bahan baku. Informasi yang tertera pada papan tersebut antara lain nama bahan baku, tanggal kedatangan bahan baku, tanggal penggunaan bahan baku, asal/pemasok bahan baku, jumlah bahan baku, dan nama petugas yang bertanggung jawab ( QC stock control ).
5.4.2 Pemeriksaan Pelaksanaan Sistem FIFO Sistem penyimpanan bahan baku pakan yang diterapkan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sistem FIFO. Pada sistem ini, bahan baku yang pertama kali datang harus digunakan terlebih dahulu. Pemeriksaan pelaksanaan sistem FIFO dilakukan dengan cara melakukan pengecekan penggunaan bahan baku pakan secara rutin. Pengecekan penggunaan bahan baku dilakukan dengan melihat tanggal kedatangan dan tanggal penggunaan bahan baku pakan. Apabila terdapat bahan baku yang sudah tersimpan lama dan belum digunakan, maka pihak QC akan memberi tahu bagian warehouse untuk menggunakan bahan baku tersebut terlebih dahulu.
5.4.3 Pemeriksaan Kualitas dan Temperatur Stok Bahan Baku Pemeriksaan kualitas dan temperatur stok bahan baku pakan perlu dilakukan secara rutin untuk mengetahui keadaan bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi. Kualitas bahan baku yang umumnya dicek meliputi keberadaan kutu, panampakan fisik (warna dan bau, serta ada tidaknya gumpalan) dan kadar air. Ada-tidaknya kutu pada bahan baku harus selalu dicek karena keberadaan kutu dalam bahan baku dapat menurunkan kualitas bahan baku tersebut. Penampakan fisik bahan baku dicek untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan fisik pada stok bahan baku tersebut. Kadar air bahan juga perlu dicek karena kadar air yang tinggi akan menyebabkan terjadinya hotspot pada bahan baku pakan. Pengukuran pH dan RH tidak dilakukan secara langsung pada pemeriksaan kualitas stok bahan baku, tetapi acuan yang lebih diutamakan terletak pada pengujian fisik, kadar air, dan suhu. Temperatur bahan baku perlu dijaga agar perbedaan temperatur antara bahan baku dan lingkungan tidak
melebihi 5 o C atau maksimal 40
C untuk suhu bahan baku tersebut. Apabila terdapat penyimpangan pada kualitas dan temperatur bahan baku, maka pihak QC akan melaporkan hal tersebut kepada warehouse untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
5.4.4 Pemeriksaan Jagung dalam Silo PT. Japfa Comfeed Indonesia memiliki 3 buah silo yang dapat digunakan untuk menyimpan jagung curah. Jagung yang akan disimpan pada silo , harus dibedakan menurut jenisnya. Jika jagung curah berupa jagung lokal, maka didalam satu silo harus diisi dengan jagung lokal saja, tidak boleh dicampur dengan jagung impor karena mutu jagung lokal dapat berkurang. Tiap silo memiliki kapasitas penyimpanan hingga 3500 ton, dengan diameter 21,95 meter, dan ketinggian 20 meter. Jagung yang disimpan pada silo harus memiliki kadar air maksimal 15%. Jagung yang masuk kedalam silo terlebih dahulu di spray dengan MYCO CURB yaitu zat penghambat pertumbuhan jamur. Keuntungan penggunaan silo tersebut adalah selain memiliki kapasitas yang besar, mampu memperpanjang dan menjaga umur simpan jagung selama 6 bulan serta efektif untuk mengalirkan bahan langsung menuju line produksi. Umumnya umur simpannya tidak lebih dari 3 bulan. Temperatur maksimal didalam silo yaitu
C, maka blower dan fan yang terdapat didalam silo akan otomatis menyala hingga suhu kembali menjadi normal. Selain itu, juga terdapat ventilasi udara dibagian atas silo yang berguna untuk sirkulasi udara. Pengecekan suhu didalam silo dilakukan dengan menggunakan hot spot yaitu alat pengukur temperatur silo . Pengecekan suhu dilakukan pada siang hari pada saat suhu didalam silo meningkat karena untuk mengetahui silo masih berfungsi dengan baik dan suhu didalam silo normal. Selain itu, dilakukan pula pengecekan mutu jagung dalam silo , dengan cara mengambil sampel jagung dari dalam silo maksimal 2 kg, kemudian diaduk, lalu diambil sebanyak 1 kg untuk dianalisa. Pengecekan mutu jagung dilakukan 1 minggu sekali.
0 40 0 C. Jika suhu didalam silo melebihi 40
Tindakan preventif juga dilakukan untuk mencegah berkembangbiaknya kutu setiap Senin, Rabu, dan Jum'at, selain dilakukan pemeriksaan pada saat silo berisi jagung, pemeriksaan silo juga dilakukan pada saat silo kosong. Pemeriksaan yang dilakukan pada saat silo kosong umumnya berupa pengecekan kondisi silo , pembersihan silo , dan pengecekan kebocoran silo . Pengecekan lainnya terkait
screw (auger), bekas-bekas tali rafia, blower , serta tidak lupa difumigasi dalam bentuk spraying . Silo kosong umumnya dibersihkan terlebih dahulu, baru screw (auger), bekas-bekas tali rafia, blower , serta tidak lupa difumigasi dalam bentuk spraying . Silo kosong umumnya dibersihkan terlebih dahulu, baru
5.4.5 Pemeriksaan Bahan Baku dalam Tangki Pemeriksaan bahan baku dalam tangki dilakukan secara rutin oleh pihak warehouse dan QC. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan pengecekan temperatur di dalam tangki dan temperatur lingkungan di sekitar tangki. Perbedaan temperatur antara temperatur tangki dan temperatur lingkungan
maksimal 5 o C. Apabila perbedaan temperaturnya melebihi 5
C, maka pihak kontrol kualitas akan melaporkan pada warehouse untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Ada dua bentuk tangki yaitu tangki penyimpanan dam pemakaian. Untuk tangki penyimpanan pengurasan tangki minimal 6 bulan sekali, sedangkan tangki pemakaian min 1 tahun sekali. Sampel yang diambil maksimal 2 liter yang diambil dari masing masing tangki penyimpanan (PO 1 dan PO 2). Pemeriksaan yang dilakukan terkait uji fisik (bau,warna, gumpalan, benda asing), dan kimia (FFA dan POV). Pemeriksaan dilakukan minimal 2 minggu sekali
Selain dilakukan pemeriksaan terhadap isi tangki, pemeriksaan terhadap tangki itu sendiri juga dilakukan pada saat di dalam tangki sudah tidak ada lagi bahan baku. Pemeriksaan tangki kosong umumnya dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik tangki serta untuk mengetahui ada-tidaknya kerusakan di dalam tangki tersebut. Pembersihan tangki juga dilakukan pada saat tangki dalam keadaan kosong. Akan tetapi, hal ini jarang dilakukan karena pada umumnya bahan baku cair yang digunakan memiliki masa sirkulasi yang cepat akibat tingginya tingkat penggunaan bahan baku cair tersebut.