Relevansi Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai dengan Situasi

commit to user

2. Relevansi Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai dengan Situasi

Sosiologi Pengarang dalam Unsur Sosial Relevansi novel dengan situasi sosiologi pengarang dalam unsur sosial karya pada Gus yang suka membaca semua fenomena yang ada di masyarakat telah mempengaruhi karya-karya Gus. Ragam fenomena di masyarakat memberi inspirasi bagi Gus untuk mengupas berbagai hal yang ada dalam masyarakat dituangkan dalam karyanya. Pandangan Gus TF Sakai terhadap novel Ular Keempat, merupakan gambaran kehidupan yang percaya kepada Tuhan. Keyakinan kepada Tuhan yang terdapat pada seorang individu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agama sebagai wujud ajaran keyakinan kepada Tuhan memuat ajaran yang penting dilakukan dan ajaran yang dilarang, dengan melakukan tindakan sesuai ajaran agama dapat mempengaruhi perilaku individu pada perbuatan baik dan buruk. Dorongan untuk memaparkan simbol alam ini, merupakan satu hal yang paling biasa dipakai oleh penyair-penyair berketurunan Minangkabau. Hal ini dapat terjadi karena didorong oleh semangat hidup yang diajarkan dalam masyarakat Minangkabau alam tak ambang jadi guru alam terbentang menjadi guru. Manusia belajar pada karenah tanda-tanda yang ada dalam alam semesta ini. Alam melambangkan atau memberikan banyak simbol yang harus dimaknai oleh manusia. Pemaknaan simbol alam itu, akan menjadi indah diolah oleh para penyair-penyair dalam karyanya. Simbol alam ini banyak diangkat oleh commit to user Dharmawijaya dalam karyanya. Bahkan dalam warna maya hampir membawa simbol alam tersebut. Masalah yang menghambat perjalanan naik haji Janir dan rombongannya sebagai berikut. Pagi yang mengejutkan. Beberapa utusan mengunjungi kami para pimpinan Rupit. Kesimpulan tiba-tiba: Pemerintah Singapura tidak mengijinkan kami untuk terus di sini. Kami diinstruksikan untuk kembali ke Jakarta dan konon, pemerintah Indonesia yang meminta demikian. Tak ada ucapan yang keluar dari bibir kami. Sungguh kami tak paham. Tak mengerti. Kenapa harus dihalang-halangi? Gus TF Sakai, 2005: 17. Ketidaktahuan Janir beserta rombongan terdapat pada kalimat sungguh kami tak paham. Tak mengerti. Kenapa harus dihalang-halangi? Tidak paham mengapa dihalang-halangi dalam perjalanan naik membuat pihak yang bersangkutan merasa ada hambatan dalam perjalanan naik haji. Orang yang tidak tahu akan suatu permasalahan maka reaksinya akan diam, tak ada ucapan yang keluar dari bibir kami merupakan yang menandai adanya ketidaktahuan dalam perjalanan yang tidak lancar. Permohonan doa anggota rombongan haji terdapat pada kutipan berikut: Ketika azan subuh berkumandang di pagi hari, dan setelah semalaman aku tidak memejamkan mata dengan segenap hati bergegas menjalankan sholat subuh. Aku akan berdoa kepada Allah, hanya Allah aku memohon untuk dapat keluar dari kesulitan Gus TF Sakai, 2005: 18. Kutipan berikut ini memaparkan keadaan Janir sebagai pimpinan rombongan jemah haji. Aku tak tahu dorongan apa yang membuatku ingin bertemu dengannya. Melihat dan kembali mengenaliku, Umar tampak sangat gembira. Ia telah mendengar tentang Gembala tetapi tak menyangka kalau akulah pemimpin rombongan. Aku ditepuk-tepuknya. Dipeluknya lama Gus TF Sakai, 2005: 76 – 77. commit to user

3. Situasi Sosiologis yang Ditampilkan dalam Novel Ular Keempat Karya