Nilai Pendidikan Budaya Hasil Penelitian

commit to user Tak lama kemudian, tonkang-tongkang kecil merapat ke arah kami. Itulah tongkang-tongkang yang disiapkan untuk pemindahan. Kami akan pindah ke Gambela jam-jam ini juga. Dalam beberapa menit, aku telah memegang pengeras suara: memerintahkan rombongan Bima agar bersiap. Menyusul sesudahnya rombongan Lombok dan Jawa Timur Gus TF Sakai, 2005: 43.

6. Nilai Pendidikan Budaya

Meski Gus banyak menulis dengan latar belakang budaya Minang, tidak semata-mata persoalan masyarakat Minang. Minang dalam cerita Gus diposisikan sebagai pandangan orang luar. Makanya, tidak heran apabila persoalan keindonesiaan dengan baik ia sajikan www.kompas.com. Ada keterkaitan sosial-budaya dengan hasil karya yang dibuat oleh seorang aktivis sastra. Artinya, ada pembentukan watak dan style karya yang dipengaruhi oleh kedinamikaan sosial-budaya yang membentuk aktivis sastra tersebut. Oleh sebab itu tidak mengherankan semangat kedaerahan akan mewarnai hasil karya aktivis sastra, kerana daerah adalah bahagian yang tidak terpisahkan dari sosial- budaya itu sendiri. Keadaan ini berlaku juga di Malaysia. Aktivis-aktivis sastra juga membawa semangat kedaerahannya. Di antaranya terlihat dari aktivis sastra yang mempunyai hubungan dengan Minangkabau, mereka sering membawa semengat keminangkabauan dalam karya-karyanya. Minamal ada tiga simbol keminangkabauan dalam karya sastra daripada aktivis sastra, yaitu kritik sosial, pendekatan alam dan Tuhan. Ketiga-tiga hal ini, merupakan dasar falsafah dari etnik Minangkabau yang terangkum dalam adat. Falsafah ini disosialisasikan mulai dari level institusi keluarga menjadi adat, agama dan berguru kepada alam menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi mereka yang berketurunan Minangkabau. commit to user Dan di sana, ya Allah, dari perut Gambela … jemaah kami yang telah berada di dalamnya, di atas Gambela, kembali turun ke tongkang-tongkang ... dibawa kembali ke Rupit ... dalam kuyup. Dalam hujan. Aku terpana. Bagai ada palu yang dipukulkan ke ubun-ubunku dan mataku nanar. Aku ... tak kuat melihat wajah-wajah itu. Dan bagai gila, tak tentu tidak, aku berlari naik ke atas Tubuhku menggelosor di dinding sekoci Belum pernah aku memiliki perasaan sehancur ini. Sepedih ini Mungkin pernah ketika keluargaku ditembaki Angkatan Perang Republik Indonesia waktu itu. Tetapi yang ini lain. Tetapi yang ini beda ... Seseorang menepuk pundakku. Pak Thayeb. Ia mengatakan: Pemerintah Pemerintah Indonesia tetap menghendaki kami pulang. Aku menatap matanya. Dalam mata itu, kudapatkan dirinya yang juga basah. Kuyup. Masai ... Sampai jauh malam, tak kumiliki bahasa untuk menyabarkan jemaah. Di atas sajadah, mungkin aku tampak serupa onggokan lusuh. Usang. Dan aneh, aku bagai merasa kembali berada di sana: Raudah. Dan wajah Guru Muqri membayang, kembali mengingatkanku tentang cerita itu Gus TF Sakai, 2005: 44.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penciptaan Cerita Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai

Penciptaan Cerita Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai yang dimiliki pengarang, yang nantinya akan ditampilkan dalam karyanya. Latar sosial yang dimiliki pengarang ini berupa pendidikan, pekerjaan, bahasa, tempat tinggal, adat kebiasaan, agama, dan cara memandang segala sesuatu.

a. Pendidikan

Ilmu dipandang sebagai proses karena merupakan hasil kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Kemampuan seseorang berhubungan dengan keterampilan dan pengetahuan. Manusia diwajibkan untuk mencari ilmu, mengembangkan intelektual yang dimiliki. Manusia diwajibkan untuk mencari ilmu, mengembangkan intelektual yang dimiliki. Perkembangan intelektual para