1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Materi tentang hukum adalah materi dasar yang ada dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di tingkat Sekolah Menengah
Pertama SMP baik kelas VII maupun kelas VIII, hal tersebut dapat dilihat dalam kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran RPP oleh BapakIbu guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam materi pendidikan kewarganegaraan kelas VII Bab 1
terdapat materi tentang pengertian hukum dari beberapa tokoh, penggolongan hukum, arti penting hukum bagi warga negara, serta sikap kesadaran hukum.
Selanjutnya dalam materi kelas VIII disebutkan juga materi tentang hukum meskipun materi yang disajikan adalah materi konstitusi, materi konsitusi ada
di dalam Bab II, sehingga diharapkan kesadaran siswa terhadap hukum dari awal mulai terbentuk. Namun, kenyataannya pada jenjang pendidikan, baik di
dalam maupun di luar sekolah, kesadaran hukum siswa belum sepenuhnya ditegakkan. Dari beberapa pengamatan guru dan media masa beberapa
pelanggaran masih dilakukan oleh para siswa. Berbagai pelanggaran yang dilakukan para siswa menunjukkan bahwa kesadaran hukum para siswa masih
sangat rendah. Para siswa sebagai kaum terpelajar sangat tidak layak apabila melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma hukum. Disinilah
peran guru, keluarga, lingkungan masyarakat, sangat dibutuhkan dalam upaya
2 menyadarkan para siswa untuk tidak melakukan perbuatan yang melawan
hukum. Di SMP Negeri 1 Rajagaluh masih belum tumbuhnya kesadaran
hukum dapat dilihat dalam buku harian catatan pelanggaran siswa dari mulai bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011, banyak siswa yang
melanggar peraturan sekolah berupa datang terlambat, memakai sepatu putih, tidak mengikuti upacara bendera, tidak memakai seragam sekolah sesuai
jadwal, hampir di tingkatan kelas ada siswa yang melakukan pelanggaran rata- rata lebih dari tiga kali pelanggaran terhadap peraturan sekolah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebetulnya kesadaran hukum siswa masih belum tumbuh maksimal.
Di Majalengka berdasarkan data dari Poilisi Resort Polres Majalengka pada tahun 2010 telah terjadi tindak kriminalitas sebanyak 429
kasus. Dari jumlah tersebut kasus yang sudah diselesaikan berjumlah 264 kasus, sementara sisanya berjumlah 165 kasus belum terselesaikan. Dari 429
kasus kriminalitas tersebut terbagi menjadi 42 jenis tindak kriminal dimana pelaku dan korban masih tergolong pada anak-anak berusia sekolah.
Dalam data kriminalitas resmi Polres Majalengka pada tahun yang sama yaitu 2010 tercatat jenis kejadian kriminal berupa persetubuhan dengan
anak di bawah umur sebanyak 2 dua kasus tepatnya pada bulan Januari dan bulan April 2010. Kasus tersebut sampai dengan sekarang belum terselesaikan.
Selanjutnya jenis kasus yang melibatkan anak adalah pelanggaran terhadap Undang-Undang UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3 sebanyak 18 kasus terjadi dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember
2010 dan sudah terselesaikan sebanyak 17 kasus, 1 kasus belum terselesaikan Sumber Data Crime Total dan Penyelesaian Tahun 2010 Polres Majalengka.
Dari data kriminalitas tersebut di atas terlihat jelas bahwa kesadaran hukum perlu ditingkatkan bagi setiap individu tidak terkecuali bagi anak usia
sekolah maupun anak dibawah umur dengan berbagai usaha, minimalnya membiasakan diri untuk hidup tertib dan teratur sejak dini dalam lingkungan
keluarga sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejahatan yang mungkin akan muncul dari akibat rendahnya kesadaran hukum setiap individu.
Banyak prilaku siswa sangat jauh menyimpang terhadap norma atau kaidah hukum diantaranya yang akhir-akhir ini terjadi adalah seperti halnya di
Kediri Jawa Timur telah terjadi peristiwa yang menggemparkan publik berupa kasus pembuatan dan pengedaran video asusila oleh si pelaku yang masih
belum dewasa masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kemudian korban masih duduk di bangku sekolah dasar. Sungguh ironis memang apabila
kita hidup dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana dalam kita bertingkah laku ada hukum dasar yang mengatur, namun pada kenyataanya
banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum, terlebih lagi apabila kita kaitkan terhadap kasus yang terjadi di Kediri Jawa Timur bahwa si pelaku
adalah masih anak-anak dimana tuntutan berat maksimal 15 tahun penjara sudah menanti. Masih banyak lagi prilaku siswa yang menyimpang dengan
peraturan hukum seperti: perkelahian atau tawuran antar siswa, sikap permusuhan, minum-minuman keras, pencurian dalam kelas, mengedarkan
4 pornografis, mengotori dan merusak fasilitas umum, dan masih banyak lagi
perbuatan siswa yang dapat merugikan kepentingan pribadi dan masyarakat merupakan salah satu bukti bahwa kesadaran hukum para siswa masih
sangatlah rendah. Hukum merupakan suatu sistem aturan tertulis dan tidak tertulis
bersifat mengikat dibuat dan dikukuhkan secara resmi oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga hukum. Aturan tertulis atau hukum
tertulis tertuang dalam sebuah konstitusi negara. “Negara Indonesia adalah negara hukum”, demikian bunyi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 UUD NRI 1945 Pasal 1 ayat 3. Dalam Penjelasan UUD NRI 1945 yang dinyatakan tidak berlaku, menurut Pasal II Aturan
Peralihan Perubahan Keempat UUD NRI 1945 tahun 2002 yang dimaksud dengan negara hukum adalah bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
rechtstaat, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka machtstaat. Penjelasan selanjutnya adalah bahwa pemerintahan berdasarkan atas konstitusi hukum
dasar, tidak bersifat absolutisme kekuasaan yang tidak terbatas. Namun, pada kenyataannya kesadaran hukum masyarakat Indonesia belum optimal, hal
ini ditandai oleh munculnya berbagai pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan.
Contoh kasus menarik adalah oknum hakim bernama Syarifuddin yang tertangkap tangan menerima uang suap sebesar Rp 250 juta dari Puguh
Wirawan, seorang kurator yang menangani aset PT SCI, pada hari Rabu tanggal 1 Juni 2011 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Selain uang
5 tersebut turut diamankan sejumlah barang bukti berupa mobil Misubishi Pajero
yang digunakan Puguh Wirawan, serta mata uang asing total nilai lebih dari Rp 2 Miliar. Uang tersebut berupa 116.128 dolar AS, 245.000 dolar Singapura,
20.000 yen, dan 12.600 riel Kamboja. Selanjutnya Hakim Syarifuddin telah diberhentikan oleh Mahkamah Agung MA. Pikiran Rakyat, 6 Juni 2011.
Kasus yang tidak kalah menariknya adalah kasus yang disangkakan kepada mantan bendahara Partai Demokrat bernama Muhamad Nazarudin yang
telah kabur ke Singapura sebelum surat pencekalan terhadap Nazarudin yang dibuat oleh KPK dikeluarkan tepatnya pada tanggal 23 Mei 2011 surat
pencekalan dikeluarkan pada tanggal 24 Mei 2011. Muhamad Nazarudin dituduh oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK terlibat dalam kasus suap
pembangunan wisma atlet Sea Games yang melibatkan banyak orang di Kantor Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga Kemenpora diantaranya adalah
Sekretaris Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga Sekmempora. Selain itu pula Muhamad Nazarudin dituduh melakukan korupsi di Kemendiknas
tahun 2007. Kasus tersebut sampai dengan sekarang masih dalam proses belum sampai kepada penetapan sebagai tersangka baru sebatas pemanggilan saksi-
saksi yang terlibat di dalamnya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK berupa pemanggilan pertama dan kedua, karena pemanggilan pertama pihak
Muhamad Nazarudin tidak hadir oleh tvOne 8 Juni 2011. Selanjutnya yang sangat menarik adalah kasus hukum dengan
tersangka Gayus Tambunan yang melibatkan banyak instansi terkait instansi penegak hukum sebagai partner untuk melegalkan perbuatan yang
6 menyimpang yang ia lakukan. Beberapa oknum kepolisian, oknum hakim,
oknum jaksa, oknum pengacara, dan oknum-oknum lain yang terlibat di dalamnya dengan berbagai jenis pelanggaran dari mulai gratifikasi,
penggelapan uang negara, pencucian uang, permufakatan jahat, penyuapan teridentifikasi di dalamnya. Lebih mencengangkan lagi dalam menunggu
proses peradilan yang akan berlangsung justru si akal bulus “Gayus” dapat bebas
keluar masuk dari tahanan kepolisian untuk kepentingan pribadi melihat pertandingan tenis di Bali, wisata ke Macau Cina, Singapura, Malaysia dan masih
banyak tempat lain yang dikunjunginya perbuatan tersebut jelas-jelas menyimpang dari peraturan hukum yang berlaku.
Realita terbaru yang dapat kita cermati bersama bahwa hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur memberikan putusan hukuman kepada hakim
yang terbukti menerima suap dari oknum pegawai Ditjen pajak Gayus H. Tambunan hanya mendapatkan putusan hukuman 2 dua tahun penjara dan
denda sebesar 50 juta rupiah sumber tvOne 09 Desember 2010. Sekali lagi putusan ini dianggap ringan dan tidak adil bagi masyarakat awam jika dilihat
kerugian yang ditimbulkan dari perbuatan oknum hakim tersebut, akibat akhirnya adalah masyarakat tidak percaya lagi terhadap proses penegakan
hukum di Indonesia. Hukum belum sepenuhnya ditegakkan, sehingga negara hukum yang didambakan bakal menjadi impian belaka.
Kesadaran hukum warga negara tidak lahir dengan sendirinya, tetapi harus dibina dan perlu ditumbuhkan serta dibiasakan melalui penegakan
hukum dalam segala aspek kehidupan. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum diperlukan adanya pemahaman warga negara terhadap nilai-nilai dan norma-
7 norma yang menjadi muatan hukum. Pemahaman tersebut menjadi dasar warga
negara untuk dapat selalu menjadikan hukum sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Jika warga negara telah memahami hukum dasar dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka dengan
sendirinya ia dapat mengetahui dan mempertahankan hak-haknya yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD
NRI 1945. Selain itu, warga negara dapat berpartisipasi secara penuh terhadap penegakan hukum, baik melalui pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga
negara, berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan, maupun berperan sebagai pengontrol terhadap penyelenggaraan negara dan
pemerintahan. Warga negara dapat mencegah terjadinya penyimpangan ataupun penyalahgunaan hukum. Jika hal tersebut dilaksanakan, berarti telah
terbentuk warga negara yang sadar hukum. Kesadaran hukum sangat berpengaruh terhadap penegakan hukum,
sedangkan kesadaran hukum warga negara sangat dipengaruhi oleh rasa keadilan dalam masyarakat. Rakyat sangat mendambakan hukum dan keadilan,
tetapi saat ini terjadi krisis kepercayaan akan hukum, masyarakat tidak percaya lagi terhadap proses penegakan hukum di Indonesia, dimana masyarakat
sekarang sudah sangat kritis untuk mensikapi terhadap penyimpangan, pelanggaran, tindak pidana, korupsi, dan sebagainya yang dilakukan oleh para
oknum pejabat, orang yang paham hukum, masyarakat ekonomi kelas atas sangat berharap penegakan hukum yang maksimal, justru para pelaku
8 kejahatan tersebut dapat seenaknya mempermainkan hukum, dengan kata lain
hukum dapat dibeli. Dalam kehidupan bermasyarakat akhir-akhir ini kita sering melihat tindakan pelanggaran hukum secara nyata maupun melalui
media masa. Beberapa tayangan dan peristiwa seperti kriminalitas, kekacauananarkis, gaya hidup yang melanggar norma-norma masyarakat,
dekadensi moral semua terekam oleh masyarakat, terutama generasi muda dan para pelajar. Hal ini dapat berpengaruh buruk terhadap pola perilaku mereka
bila tanpa dibekali nilai-nilai agama, kontrol keluarga, pendidikan di sekolah, dan lingkungan pergaulan yang baik
Beberapa tingkah laku yang menyimpang dari hukum sejak dan selama bersekolah menurut Djamali 1984:131 dapat disebabkan oleh
kemungkinan adanya: “1 kurang perhatian orang tua terhadap kepentingan belajar anak, akan dapat menimbulkan pengaruh kepada teman yang dominan.
2 proses pembelajaran yang kurang tepat”. Guru dapat mengubah anak didik bertingkah laku menyimpang dari hukum bila Ia: “memperlakukan anak didik
tidak sama; disiplin terlalu keras; hukuman yang diberikan tidak menunjang pendidikan”.
Perbuatan melanggar hukum yang akhir-akhir ini terjadi, sebagian besar pelakunya adalah para siswa merupakan tantangan dan tanggung jawab
segenap pihak termasuk lembaga pendidikan. Pembinaan kesadaran hukum di sekolah menjadi sangat penting disamping pembinaan kesadaran hukum dari
orang tua, dan tokoh agama agama.
9 Kesadaran hukum di sekolah dibina melalui pembinaan, penanaman
disiplin para peserta didik serta membiasakannya untuk selalu mantaati dan mematuhi tatatertib yang berlaku di sekolah dengan pemberian contoh yang
tepat oleh guru sebagai panutan di sekolah. Hal ini ditujukan agar para siswa mampu berdiri sendiri dan terciptanya suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang berlaku. Tanggung jawab guru dalam membentuk disiplin peserta didik ialah
mengarahkan peserta didik, berbuat baik, menjadi tauladan, dengan penuh pengertian dan kesabaran. Menurut pendapat Mulyasa 2007:171 untuk
membentuk disiplin diri self discipline peserta didik, guru dapat melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut: “1 membantu peserta didik
mengembangkan perilaku untuk dirinya; 2 membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya; 3 menggunakan pelaksanan aturan
sebagai alat untuk menegakkan disiplin”. Sekolah dibangun sebagai wahana pendidikan formal dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai kehidupan secara pribadi dalam menciptakan
iklim budaya sekolah yang penuh makna. Untuk itu sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran dengan merealisasikan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan, termasuk di dalamnya adalah upaya peningkatan kesadaran hukum siswa dengan menguatkan pendidikan nilai.
Secara konseptual pendidikan nilai merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan, karena pada dasarnya tujuan akhir
10 dari pendidikan sebagaimana tersurat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 adalah “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sejalan dengan hal
tersebut Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn
secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang
berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-
dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subsatansi ide, nilai, konsep, dan
moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang
menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai content embedding values dan pengalaman belajar learning experiences dalam bentuk berbagai perilaku
yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral
11 Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara Budimansyah
dan Suryadi, 2008:68. Dengan diberikannya mata pelajaran yang bermuatan nilai, moral, dan
norma yang merupakan disiplin pendidikan kewarganegaraan, serta disertai dengan contoh keteladan sikap dan prilaku yang baik seimbang antara hak dan
kewajiban dari guru di sekolah secara terus menerus yang pada akhirnya memunculkan pembiasaan sikap siswa yang sesuai dengan hukum, ditambah
dengan pemberian contoh yang baik dari keluarga, dan lingkungan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum siswa, mencegah mereka
melakukan tindakan yang menyimpang, melanggar norma hukum, kesusilaan, kesopanan, atau norma agama.
B. Rumusan Masalah