26
pembagian. Misalnya sehelai kain yang panjangnya 3 meter akan dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, hal tersebut mengilustrasikan situasi yang
akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu . 3. Pecahan sebagai perbandingan rasio
Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah perbandingan. Contohnya dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang
bersampul biru. Rasio buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang bersampul biru dari keseluruhan buku.
Dari ketiga situasi tersebut semuanya dikenalkan kepada siswa dengan urutan kelas yang berbeda. Untuk tahap pertama konsep pecahan dikenalkan dengan
memunculkan situasi yang pertama yaitu pecahan sebagai bagain dari keseluruhan.
Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului dengan menggunakan objek-objek nyata seperti : apel, tomat, kue dan lain-lain. Peraga
selanjutnya dapat berupa daerah-daerah bangun datar beraturan misalnya persegi, lingkaran, dan persegi panjang yang akan membantu dalam memperagakan
konsep pecahan.
D. Karakteristik Peserta Didik
1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Heruman 2007: 1-2 mengemukakan bahwa umur siswa sekolah dasar berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Mereka berada pada fase
operasioanal konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir dengan objek yang bersifat konkret. Siswa SD masih
27
terikat dengan objek konkret yang ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, proses pembelajarannya dapat melalaui
tahapan konkret, semi konkret, semi sbstrak dan selanjutnya abstrak. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami oleh
siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.
Menurut Syamsu Yusuf 2007:24-25 pada masa sekolah dasar anak-anak relatif lebih muda dididik daripada masa sebelumnya dan sesudahnya. Masa ini
dipernci lagi menjadi dua fase, yaitu: 1 Masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau7 tahun sampai umur 9 atau
10 tahun. Beberapa sifat khas anak pada masa ini anatar lain: a Hubungan positif yang tinggi antar jasmani dan prestasi,
b Memiliki sifat yang tunduk terhadap peraturan permainan tradisional, c Senang memuji diri sendiri,
d Sering membandingkan dirinya sendiri dengan anak yang lain, e Apabila tidak dapat menyelesaikan soal, maka soal tersebut dianggap tidak
penting, dan f Menghendaki nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas
diberi niai baik atau tidak. 2 Masa kelas tinggi sekolah dasar kira-kira usai 9 atau 10 tahun sampai umur 12
atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak pada masa ini antara lain: a Adanya minat terhadap kehidupan sehari-hari yang konkret,
b Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar,
28
c Memiliki minat terhada hal-hal atau mata pelajaran khusus, mulai menonjolkan bakat-bakat khusus,
d Anak mulai beruasaha untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara mandiri, e Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah,
f Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama dan tidak terikat oleh peraturan tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Menurut Piaget dalam Zubaidah Amir dan Risnawati 2016: 62-64 seorang anak maju, melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa.
Tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap sensorimotor umur 0 -2 tahun
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan.
Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat satu reaksi langsung
dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera sensori dan tindakan –
tindakan motor, anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi
yang tetap. 2. Tahap persiapan operasional 2
– 7 tahun Operasi adalah suatu proses berfikir logis, dan merupakan aktifitas mental
bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi
– operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan.
Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu
29
dengan bentuk yang lain Dina Indriana dalam Zubaidah Amir dan Risnawati, 2016: 63.
3. Tahap operasi konkret 7 – 11 tahun
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa
– peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berfikir pada barang
– barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
4. Tahap operasi formal 11 tahun keatas Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif
secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia Mimi Haryani dan Mely Andriani dalam Zubaidah Amir dan Risnawati, 2016: 64.
Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas III SD berada pada tahap operasinal konkret karena pada umumnya siswa kelas III SD berumur 7
– 11 tahun. Pada tahap operasi konkret, siswa SD dapat menerima konsep
– konsep matematika melalui peristiwa langsung . Karena itulah dalam pembelajaran matematika di SD
diperlukan metode yang mendukung dan bermakna dalam proses pembelajaram. Dengan penggunaan model kooperatif, proses pembelajaran menjadi lebih
menarik sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
30
2. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar