Pengertian Matematika Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

17 Siswa adalah organisme yang unik, berkembang sesuai tahap perkembangannya. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran meliputi latar belakang, pupil foemative experiences siswa dan sikap yang dimiliki siswa pupil properties. c. Faktor sarana dan prasarana Sarana merupakan segala sesuatu yang mendukung secara langsung kelancaran proses pembelajaran, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. d. Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa ada dua, yaitu faktor organisasi kelas yang meliputi jumlah siswa atau kelas dan faktor iklim sosial-psikologis atau keharmonisan hubungan siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

C. Tinjauan tentang Matematika di Sekolah Dasar

1. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa Latin , manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran Depdiknas dalam Ahmad Susanto, 2015: 184. Menurut kamus besar bahasa indonesia 2005: 723 matematika adalah matematika adalah ilmu yang 18 mempelajari tentang hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Berdasarkan beberapa pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat matematika merupakan ilmu yang menekankan pada aktivitas penalaran dapat dikatakan juga suatu ilmu yang berhubungan dengan bentuk, konsep, susunan yang saling berkaitan, serta dapat dijadikan sebagai pembimbing pola pikir.

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika ialah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan-pengetahuan baru guna meningkatkan penguasaan materi matematika. Zubaidah Amir dan Risnawati,2016: 8 Dalam pembelajarn matematika baik guru maupun siswa menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pemblejaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif ialah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Menurut Heruman 2010:4 Pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar, diharapkan terjadi penemuan kembali reinvention. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Meskipun penemuan itu sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Sebaiknya dalam pembelajaran di sekolah dasar materi 19 disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesainnya. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu. Menurut bruner Hudoyo, 1988:56, belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan – hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Siswa dapat memahami materi dengan mudah dan komprehensif melalui pemahaman terhadap konsep dan struktur. Siswa juga dapat lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Menurut Ruseffendi 1992: 109 Jarome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Pada proses belajar, siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda alat peraga. Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat secara langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Kemudian keteraturan tersebut oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Anak didik dalam belajar harus terlibat secara aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan dari keaktifan fisiknya. Bruner melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu: 20 1. Tahap enaktif Pada tahap ini, dalam belajar, anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret secara langsung. Anak belajar melalui benda riil. Anak dalam belajar masih menggunakan cara gerak refleks, coba-coba, dan belum harmonis. Ia melakukan manipulasi benda-benda dengan cara menyusun, menjejerkan, mengutak-atik, atau gerak lain yang bersifat coba-coba. 2. Tahap ikonik Pada tahap ini, kegiatan anak didik mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif, namun sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari objek-objek yang dimaksud. Anak telah dapat mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda riil dalam bentuk bayangan mental di benaknya. 3. Tahap simbolik Pada tahap terakhir anak dapat menyatakan bayangan mentalnya dalam bentuk simbol dan bahasa, sehingga mereka sudah memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya. Tahap ini merupakan tahap memanipulasi symbol-simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek. Dari hasil penelitian beuner ke sekolah-sekolah dalam ruseffendi 1992:110-113, dalam belajar matematika ada beberapa teori yang berlaku yang disebutnya dengan dalil. Teori tersebut antara lain adalah dalil penyusunan construction theorem, dalil notasi notation theorem, dalil pengkontrasan dan 21 keanekaragaman contrast and variation theorem, dalil pengaitan connectivity theorem. 1. Dalil penyusunan Pembelajaran suatu konsep matematika sebaiknya dilakukan dengan cara menyusun penyajiannya. Dalam hal ini siswa diajak untuk mendapatkan idepesan pelajaran melalui konstruksi yang dibuatnya sendiri berdasarkan kegiatan kontak dengan benda nyata. Siswa hendaknya dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk menguasai suatu konsep matematis hendaknya siswa mencoba dan melakukan sendiri kegiatan yang mengacu pada perumusan dan penyusunan konsep tersebut. Anak akan lebih mudah untuk mamahami ide atau konsep jika dalam proses perumusan dan penyusunan tersebut disertai bantuan objek-objek konkret. Selain itu, ide konsep tersebut lebih tahan lama dalam ingatannya. Guru hendaknya benar-benar memberi kesempatan anak untuk melaksanakan tahap enaktif. 2. Dalil notasi Dalil notasi menyatakan bahwa dalam penyajian konsep matematis, notasi memegang peranan yang sangat penting. Pengunaan notasi dalam menyatakan konsep matematis tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak didik. Penggunaan notasi-notasi sebaiknya dimulai dengan notas sederhana sampai yang kompleks. 3. Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman Penyajian konsep matematika dari yang konkret ke yang lebih abstrak sebaiknya dilakukan melalui kegiatan pengkontrasan dan keanekaragaman. Hal ini 22 karena banyak konsep matematika yang bertolak belakang, misalnya bilangan ganjil dan genap, bilangan rasional dan irasional, bilangan prima dan komposit, dan sebagainya. Pengkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari konsep konkret menjadi konsep yang lebih abstrak. Selain itu, juga diperlukan banyak contoh dan beranekaragaman sehingga anak memahami karakteristik konsep yang dipelajari. Misalnya untuk memahami konsep bilangan 2 dua diberi kegiatan membuat kelompk benda-benda yang beranggotakan 2. Selain itu juga diberi kegiatan mebuat kelompok benda yang anggotanya tidak dua untuk lebih memahami konsep bilangan 2. Pembelajaran juga dapat dilakukan dengan memilih kelompok-kelompok mana yang merupakan kelompok dua benda dan kelopok- kelompok mana yang bukan merupakan kelompok dua benda. 4. Dalil pengaitan Konsep-konsep dalam matematika saling berkaitan maka penyajian kaitan- kaitan pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat penting dan lebih diutamakan dibandingkan penyajian konsep-konsep yang terpisah-pisah. Dalil ini menyatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan konsep yang lain mempunyai kaitan yang erat, baik dari segi isi maupun dari segi penggunaan rumus-rumus. Suatu konsep digunakan untuk menjelaskan konsep yang lain. Misalnya rumus luas jajar genjang merupakan materi prasyarat untuk penemuan rumus luas segitiga yang diturunkan dari rumus luas jajargenjang. Pada penelitian ini akan menggunakan tiga tahap perkembangan mental yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik sedangkan dalil penyusunan 23 construction theorem, dalil notasi notation theorem, dalil pengkontrasan dan keanekaragaman contrast and variation theorem, dalil pengaitan connectivity theorem tidak digunakan dalam penelitian ini. Pada tahap enaktif dapat menggunakan kertas lipat, tahap ikonik dapat menggunakan gambar kertas lipat dan pada tahap simbolik siswa dapat menggunakan simbol pecahan sederhana itu sendiri.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 45

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD

0 2 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MATERI MENYEDERHANAKAN PECAHAN KELAS IV SD NEGERI 1 KARANGNANAS

0 0 11

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas Xi Di Sma Negeri 1 Ujungbatu Kabupaten Rokanhulu

0 0 15