Sayuti 2000: 159 membagi sudut pandang menjadi empat jenis, yakni 1 sudut pandang first person-central atau akuan sertaan, tokoh sentral cerita adalah
pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. 2 Sudut pandang first person peripheral atau akuan tak sertaan, tokoh ‘aku’ biasanya hanya menjadi
pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih penting, pencerita pada umumnya hanya muncul di awal atau akhir cerita saja. 3 Sudut pandang third person
omnifisient atau diaan maha tahu, pengarang di luar cerita dan biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang maha tahu, bahkan bisa berdialog
langsung dengan pembaca. 4 Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas
hak berceritanya, di sini pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita.
2. Bahasa
Bahasa merupakan sarana utama dalam karya sastra. Penyimpangan bahasa dalam sebuah karya sastra sangatlah mungkin terjadi. Namun, penyimpangan
harus tetap menjaga fungsi komunikasi bahasa tidak hilang. Pengarang dalam menggunakan bahasa sebagai fungsi pengucap sastra tidak pernah terlepas dari
masalah stile Nurgiyantoro, 2010: 25. Stile mrujuk pada pemilihan ungkapan yang digunakan untuk
mengungkapkan gagasan pengarang. Hal tersebut tidak terlepas dari gaya bahasa. Membicarakan gaya bahasa berarti membicarakan gaya pengarang karena gaya
bahasa merupakan curahan perasaan pengarang. Gaya bahasa memancarkan dan mencerminkan perasaan pengarang. Perasaan menghidupkan kata sehingga bahasa
mampu membangun suasana cerita yang diinginkan pengarang Nurgiyantoro, 2010: 26.
3. Struktur Teks Cerita Pendek
Cerita pendek dapat menyebabkan adanya rasa senang, gembira, serta dapat menghibur para penikmat atau pembacanya. Cerita pendek juga dapat memberi
pengarahan dan pendidikan karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, cerita pendek berisi keindahan dan nilai moral
sehingga para pembaca mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinya. Cerita pendek dapat berisi ajaran agama atau ajaran lainnya yang dapat dijadikan
teladan bagi para pembacanya Kemendikbud, 2013: 177. Mengenali teks cerita pendek tidak cukup hanya lewat pengertiannya saja.
Pemodelan dan latihan-latihan secara berkala perlu dilakukan saat kegiatan pembelajaran di kelas. Semakin banyak latihan semakin mudah bagi peserta didik
mengenali sebuah teks. Struktur yang dimiliki oleh teks juga merupakan hal yang wajib diketahui oleh peserta didik. Struktur teks cerita pendek terdiri dari tiga
bagian, yaitu orientasi, komplikasi dan resolusi. Orientasi berisi bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat, dan waktu, dan awalan masuk ke tahap
berikutnya. Komplikasi berisi bagian tokoh utama berhadapan dengan masalah. Bagian ini menjadi inti teks sehingga keberadaannya harus ada di dalam sebuah
teks cerita pendek. Jika dalam sebuah cerita pendek tidak ada masalah, maka masalah harus diciptakan. Terakhir adalah resolusi, bagian ini merupakan
kelanjutan dari komplikasi, yaitu pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara yang kreatif namun tetap logis Kemendikbud, 2013: 186.
Penjelasan lebih lengkap tentang struktur teks cerita pendek dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Gambar 1. Struktur Teks Cerita Pendek
4. Metode dan Pendekatan Menulis Teks Cerita Pendek