KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTAFET WRITING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS IX SMP.
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan gunaMemperolehGelar SarjanaPendidikan
Oleh:
Septya Nugrahanto NIM 12201244012
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
iv MOTTO
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84)
“Jika anda terlalu lama memikirkan sesuatu, anda tidak akan pernah menjalankannya.”
(Bruce Lee)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil.” (Buya Hamka)
“Proses adalah kesempatan mahal yang harus kita lewati sebagai manusia karena proseslah yang akan menentukan kualitas dan mental seseorang.”
(6)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta (Bapak Tri Asmara dan Ibu Nayutik)
Keluarga besar tercinta Teman seperjuangan
(7)
vi
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi (TAS) yang berjudul “Keefektifan Strategi Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Kelas IX SMP”. TAS ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Tri Asmara dan Ibu Nayutik yang tidak berhenti memberikan semangat, dukungan, doa, restu dan segala upaya untuk membiayai kuliah dan TAS ini hingga selesai.
2. Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Kusmarwanti, M.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan TAS.
3. Guryadi, S.Pd. M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 4 Wates yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.
4. Tri Warsiyati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 4 Wates, yang telah banyak membantu selama proses penelitian.
5. Dewi Megandari, S.Pd. M.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 4 wates, yang telah memberi inspirasi TAS saya dan
(8)
(9)
viii DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Penjelasan Istilah ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Deskripsi Teori ... 10
1. Menulis ... 10
a. Hakikat Menulis ... 10
b. Manfaat Menulis ... 11
c. Menulis Cerita Pendek ... 12
2. Cerita Pendek ... 17
a. Hakikat Cerita Pendek... 17
b. Unsur Pembangun Cerita Pendek... 17
c. Struktur Cerita Pendek ... 22
3. Strategi Estafet Writing ... 24
(10)
ix
b. Langkah Pembelajaran Strategi Estafet Writing ... 24
c. Kelebihan Strategi Estafet Writing ... 26
4. Penggunaan Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerpen ... 26
B. Penelitian yang Relevan ... 28
C. Kerangka Pikir ... 33
D. Hipotesis Tindakan... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36
A. Desain Penelitian ... 36
B. Variabel Penelitian ... 37
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
D. Subjek Penelitian ... 38
E. Prosedur Penelitian... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Instrumen ... 42
H. Analisis Data ... 47
I. Penerapan Analisis Data ... 48
J. Validitas ... 48
K. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
1. Deskripsi Data Penelitian ... 51
a. Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen ... 51
b. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol ... 53
c. Perbandingan Data Statistik Skor Pretes Kelompok Eksperimen ... 55
d. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen ... 56
e. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol ... 57
f. Perbandingan Data Skor Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 59
2. Uji Persyaratan Analisis ... 60
a. Uji Normalitas Sebaran Data ... 60
b. Uji Homogenitas Varians ... 60
3. Hasil Analisis Data untuk Pengujian Hipotesis ... 61
a. Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 61
1) Uji-t Skor Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 62
(11)
x
2) Uji-t Skor Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ... 63
b. Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 64
c. Pengujian Hipotesis ... 65
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
1. Perbedaan Keterampilan Menulis Cerpen Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 66
2. Keefektifan Strategi Estafet Writing Pembelajaran Menulis Cerpen ... 76
C. Keterbatasan Penelitian ... 79
BAB V PENUTUP ... 81
A. Simpulan ... 81
B. Implikasi ... 82
C. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
(12)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Desain Penelitian ... 36
Tabel 2 : Jadwal Penelitian ... 37
Tabel 3 : Populasi Siswa Kelas IX SMP 4 Wates ... 38
Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Menulis Cerpen Kelas IX Semester 1 KTSP ... 43
Tabel 5 : Pedoman Penilaian Teks Cerita Pendek ... 46
Tabel 6 : Kategori Berdasarkan Rentang Nilai ... 47
Tabel 7 : Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Eksperimen ... 52
Tabel 8 : Distribusi Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kelompok Eksperimen ... 52
Tabel 9 : Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Kontrol... 54
Tabel 10 : Distribusi Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kelompok Kontrol ... 54
Tabel 11 : Perbandingan Data Statistik Skor Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55
Tabel 12 : Statistik Deskriptif Skor Postes Kelompok Eksperimen ... 56
Tabel 13 : Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen ... 57
Tabel 14 : Statistik Deskriptif Skor Postes Kelompok Kontrol ... 58
Tabel 15 : Kategori Kecenderungan Skor Postes Kelompok Eksperimen ... 58
Tabel 16 : Perbandingan Data Statistik Skor Postes Skor Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 59
Tabel 17 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Keterampilan Menulis Cerpen ... 60
Tabel 18 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Keterampilan Menulis Cerpen ... 61
Tabel 19 : Uji-t Sampel Bebas Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62
(13)
xii
Tabel 20 : Uji Sampel Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 63 Tabel 21 : Uji-t Berhubungan Pretes dan Postes Keterampilan Menulis
Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 64 Tabel 22 : Perbedaan Skor Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Pretes Eksperimen ...53
Gambar 2 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kontrol ...55
Gambar 3 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Postes Eksperimen ...57
Gambar 4 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Postes Kontrol ...59
Gambar 5 : Hasil Postes Karya siswa Kelopok Eksperimen (kategori tinggi) ...71
(15)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ... 86
Lampiran 2 : Distribusi Skor Pretes dan Skor Postes ... 122
Lampiran 3 : Uji Prasyarat Analisis Data & Uji Hipotesis ... 136
Lampiran 4 : Strategi Estafet Writing & Hasil Kerja Siswa ... 152
Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian ... 154
(16)
xv
KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTAFET WRITING DALAM PEMBELAJARA MENULIS CERITA PENDEK
PADA SISWA KELAS IX SMP Oleh
Septya Nugrahanto 12201244012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan keterampilan menulis cerita pendek antara kelompok yang menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional siswa kelas IX SMP Negeri 4 Wates dan (2) keefektifan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 4 Wates.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimen desain penelitian adalah Control Group Pretest Postest Design. Pengambilan data menggunakan teknik tes yang berupa tes menulis cerita pendek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 4 Wates yang terdiri dari enam kelas. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling. Sampel penelitian terdiri atas dua kelas, yaitu IXA dan IXC. Instrumen penelitian berupa soal menulis cerita pendek. Validitas instrumen menggunakan validitas isi dengan pertimbangan ahli. Teknik analisis data menggunakan uji-t. Sebelum data dianalisis, diperlukan uji persyaratan analisis data yaitu, uji normalitas dan uji homogenitas. Pengolahan data semua dibantu dengan IBM SPSS Statistics 22.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. Pertama, ada perbedaan keterampilan menulis cerita pendek antara kelompok eksperimen yang menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok kontrol yang menggunakan strategi konvensional, ditunjukkan dengan perolehan uji-t skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p 0,000. Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p<0,05). Kedua, strategi estafet writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek, ditunjukkan dengan perolehan uji-t pretes dan postes kelompok eksperimen dengan nilai p 0,000. Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p<0,05).
Kata kunci: keefektifan, strategi estafet writing, pembelajaran menulis cerita pendek
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran menulis merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru dan pihak-pihak yang terkait dalam pembelajaran di sekolah. Kegiatan menulis adalah suatu kegiatan yang menuntut kreativitas seseorang sehingga dapat menghasilkan karya yang baik. Untuk itu, tidak seharusnya jika pembelajaran menulis hanya dititikberatkan pada pemberian teori semata, melainkan harus ada wujud kegiatan praktik dalam pembelajaran menulis. Kurangnya kegiatan praktik menulis akan membuat siswa kesulitan untuk mengembangkan ide-ide yang mereka miliki menjadi sebuah karya tulis.
Siswa sekolah tingkat menengah pertama seharusnya sudah dapat mengekpresikan perasaan, gagasan, dan pikiran mereka lewat tulisan. Namun pada kenyataanya, kegiatan menulis bukan hal yang mudah bagi mereka. Untuk merangkai ide, gagasan, dan pikiran menjadi hasil karya yang baik diperlukan latian secara terus-menerus. Suryaman (2012: 36) mengungkapkan bahwa permasalahan-permasalahan yang terbesar dan mendasar dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan kemampuan dan kebisaan menulis. Kegiatan menulis yang seharusnya mudah dan menyenangkan dapat dilakukan oleh semua orang, namun pada kenyataannya pembelajaran menulis menjadi hal yang sulit di sekolah.
(18)
2
Penyebab lain dari kurangnya kemampuan menulis siswa adalah rasa antusias dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran menulis yang rendah. Hal tersebut bisa terjadi karena media dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran dirasa kurang menarik bagi siswa. Kreativitas guru dalam memilih serta menggunakan media dan strategi pembelajaran dibutuhkan agar tercipta pembelajaran yang menarik dan efektif sehingga bisa menghasilkan hasil belajar yang baik. Bahan ajar, metode, strategi, dan media yang dipilih sebaiknya mempertimbangkan masalah kebutuhan, minat dan perhatian siswa, serta berkaitan dengan lingkungan kehidupan mereka.
Pendekatan tradisional yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis juga menjadi salah satu penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam menulis. Kegiatan ceramah dalam menerangkan materi, mencatat kemudian siswa diberikan tugas, membuat siswa kurang mendapatkan pengalaman praktik secara langsung. Kegitan tersebut membuat siswa menjadi pasif di dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui menulis karya sastra secara langsung, siswa sekaligus akan belajar tentang sastra dan tidak akan asing dengan karya sastra. Salah satu pembelajaran menulis karya sastra yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama adalah menulis cepen.
Pembelajaran menulis cerpen memerlukan suatu inovasi yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Terciptanya suasana pembelajaran di dalam kelas yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dengan penuh semangat. Agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan efektif, guru sebaiknya menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada
(19)
siswa serta guru juga harus bisa memanfaatkan media yang ada menjadi media yang mendukung proses pembelajaran dan menarik bagi siswa. Untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen, dapat dicapai dengan beberapa hal salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang cocok digunakan untuk menulis cerpen adalah strategi estafet writing, karena strategi ini berpusat pada siswa dan membuat pembelajaran menulis cerpen menjadi menyenangkan.
Dalam penelitian pembelajaran menulis cepren ini digunakan strategi estafet writing dan media gambar untuk membantu siswa dalam menulis cerpen. Penggunaan media gambar diharapkan dapat membantu siswa untuk menemukan ide-ide dan gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan. Strategi estafet writing diharapkan dapat membantu siswa dalam merealisasikan ide-ide yang siswa dapat sebelumnya ke dalam bentuk cerpen melalui diskusi dan curah gagasan dalam strategi ini.
Hamalik mengemukakan pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat, motivasi dan rangsangan belajar (Arsyad, 2011:15). Media gambar adalah salah satu media visual yang mampu menarik perhatian dan menumbuhkan minat siswa, seperti yang disampaikan Arsyad (2011:91) media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Teknik penyajian pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau teknik penyajian yang
(20)
4
dikuasai guru untuk mengajar kepada siswa agar pelajaran dapat ditangkap, dikuasai, dan digunakan siswa dengan baik (Roestiyah, 2012:1). Strategi estafet writing atau menulis berantai merupakan salah satu metode active learning atau learning by doing yang bertujuan membuat pembelajaran dikelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan (Cahyono, 2011:14). Metode estafet writing diprediksi mampu meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi kata untuk membuat sebuah karangan.
Berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen yang masih kurang dan belum efekti, diperlukan sebuah solusi yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya penelitian tentang keefektifan strategi estafet writing untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa SMP. Dipilihnya SMP dikarenakan kemampuan siswa SMP dalam menulis cerpen masih rendah. Selain itu minat dan perhatian siswa saat pembelajaran menulis cerpen masih sangat kurang. Hal tersebut mengakibatkan hasil karya cerpen siswa tidak dapat maksimal.
Siswa SMP dipilih sebagai subjek penelitian karena diduga masih rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen di sekolah. Selain itu, juga belum pernah diadakan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan strategi estafet writing untuk siswa SMP. Strategi dan media yang digunakan guru selama ini dirasa belum optimal dalam membantu siswa memproduksi cerpen. Untuk mengetahui tingkat keefektifan strategi estafet
(21)
writing jika diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMP, maka perlu dilakukan penelitian eksperimen ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang muncul sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah pengembangan bahan ajar untuk pembelajaran menulis cerpen?
(2) Bagaimanakah proses pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing?
(3) Bagaimanakah langkah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing?
(4) Apakah media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing?
(5) Siapa sajakah yang terlibat dalam proses pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen menggunakan media gambar dengan strategi estafet writing?
(6) Apa sajakah kendala yang dihadapi siswa ketika menggunakan strategi estafet writing?
(7) Apakah adaperbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP setelah penerapan strategi estafet writing?
(8) Apakah strategi estafet writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX SMP?
(22)
6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan untuk memfokuskan pembahasan ini, batasan masalah yang sesuai adalah sebagai berikut.(1) Ada tidaknya perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional. (2) Keefektifan penggunaan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalahan di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.
(1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional?
(2) Apakah penggunaan strategi estafet writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut.
(1) Mengetahui perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan
(23)
strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvesional.
(2) Menguji keefektifan strategi estafet writingdalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut.
(1) Guru
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen, sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan menarik.
(2) Peserta didik
Penggunaan strategi estafet writing dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP. (3) Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah khususnya dalam menulis cerpen.
(4) Peneliti
Penelitian ini menjadi bentuk pengabdian dan penerapan ilmu yang didapat selama belajar di universitas. Selain itu, memberikan kontribusi kepada masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.
(24)
8
G. Penjelasan Istilah
Keefektifan: suatu usaha atau perlakuan tertentu yang akan menunjukkan tingkat keberhasilan.
Menulis cerpen: kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, menemukan konflik, masalah, memberi informasi dan menghidupkan kejadian kembali secara utuh.
Strategi pembelajaran: suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar kepada siswa agar pelajaran dapat ditangkap, dikuasai, dan digunakan siswa dengan baik
Strategi estafet writing: salah satu strategi pembelajaran active learning yang melibatkan peserta didik secara aktif menulis karangan narasi dengan cara bersama-sama atau berantai yang bertujuan membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Pembelajaran menulis menjadi menyenangkan dan diminati.
Perbedaan kemampuan: suatu hal yang membuat berbeda atau membedakan kecakapan atau potensi seorang individu dengan individu lain untuk menguasai keahlian dalam melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
(25)
Strategi pembelajaran konvensional: cara-cara mengajar yang umum atau lazim dipergunakan oleh guru di sekolah, kegiatan pembelajaran dalam strategi ini masih terpusat pada guru sebagai pemberi informasi atau sumber belajar.Metode atau strategi yang sering digunakan adalah tanya jawab, penugasan, inkuiri, dan pemodelan.
(26)
10
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori
1. Menulis
a. Hakikat Menulis
Menulis adalah suatu keterampilan untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai alat dan medianya. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang sangat kompleks dalam pelaksanaannya. Kegiatan menulis dibutuhkan untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi dengan orang lain, dan menyampaikan gagasan (Fishman, 2010: 5). Nurgiyantoro (2014: 499) menjelaskan kompetensi menulis adalah kemampuan memergunakan bahasa secara tertulis untuk mengekspresikan gagasan atau menyampaikan informasi sesuai konteks dan kebutuhan.
Dalam melakukan kegiatan menulis tentunya ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, mulai dari pramenulis, menulis hingga pascamenulis. Sumardjo (1997: 69-73) menjelaskan bahwa proses menulis terdiri dari lima tahapan, mulai dari persiapan, inkubasi, inspirasi, penulisan, dan revisi. Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia menuliskannya. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang telah muncul disimpannya dan dipikirkannya matang-matang dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ketiga, saat inspirasi. Inilah saat “Eureka” yakni saat yang tiba-tiba seluruh gagasan menemukan bentuknya yang amat ideal.
(27)
Keempat, tahap penulisan. Tahap ini adalah tahap pengeluaran hasil inkubasi yang telah dilakukan, dalam tahap ini semua ide dan gagasan yang diperoleh dari pertama hingga empat dituangkan dalam tulisan. Kelima, revisi. Pada tahap terakhir ini adalah tahap di mana tulisan yang sudah berhasil dibuat kemudian dinilai dan diperiksa berdasarkan pengetahuan serta apresiasi yang dimiliki penulis. Dalam tahap ini terjadi penambahan dan pengurangan tulisan yang dianggap perlu dan tidak perlu. Selain itu, dalam tahap ini juga terjadi pemindahan tulisan yang dianggap kurang tepat sehingga bentuk akhirnya mendekati bentuk tulisan yang ideal. Di sinilah tahap disiplin diri penulis diuji karena harus mengulangi menuliskannya kembali. Terakhir jika tulisan dirasa sudah ideal selanjutnya adalah tahap kritik dan saran sebagai bahan penilaian dari orang lain yang telah membaca tulisan penulis. Hal senada disampaikan Jauhari (2013: 16) bahwa ada tiga tahapan menulis, yakni fase persiapan, fase penulisan dan fase perbaikan.
Berdasarkan beberapan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan berkomunikasi secara tulis bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan informasi sesuai konteks yang dibutuhkan. Secara garis besar menulis dibagi kedalam tiga tahapan prapenulisan (persiapan, inkubasi dan inspirasi), menulis, dan pascamenulis (revisi).
b. Manfaat Menulis
Kemahiran menulis adalah salah satu dari wujud kemahiran berbahasa, manfaat dari kemahiran berbahasa adalah melancarkan komunikasi. Keraf (2004: 11) menjelaskan bahwa kemahiran berbahasa bertujuan untuk
(28)
12
melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur dengan semua masyarakat. Kemahiran berbahasa adalah pemakaian bahasa secara baik untuk kepentingan individu di masyarakat dan untuk kebaikan umat manusia.
Jauhari (2013 :14-15) menyatakan bahwa banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari menulis antara lain pertama, menulis sebagai peningkatan kecerdasan karena pada waktu menulis daya nalar akan berjalan. Kedua, menulis dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas. Ketiga, menulis menumbuhkan keberanian karena banyak orang yang tidak berani menyampaikan gagasannya secara langsung atau lisan. Keempat, menulis dapat mendorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi.
Dari uraian di atas menulis sebagai salah satu bentuk kemahiran berbahasa memiliki beberapa manfaat selain sebagai sebuah sarana komunikasi bagi penulis, menulis juga mampu meningkatkan kecerdasan, daya kreativitas, imajinatif dan menumbuhkan rasa percaya diri serta keberanian penulis.
c. Menulis Cerita Pendek
Menulis cerpen pada hakikatnya adalah kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk kegiatan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Cerita dalam cerpen sangatlah kompleks, semua bagian dalam telisan cerpen tersebut memegang peranan pentingnya masing-masing. Tiap kata, tiap kalimat, tiap tanda baca, semuanya memberi saran yang penting untuk menggerakan jalan cerita, untuk menggambarkan watak tokoh dan melukiskan suasana cerita.
(29)
Sayuti (2009 : 8) berpendapat bahwa tulisan fiksi dibuat secara khayali atau tidak sungguh-sungguh terjadi dalam dunia nyata sehingga sering disebut juga cerita rekaan atau cerita yang direka-reka oleh pengarangnya. Menulis cerpen memiliki daya imajinasi yang tinggi, semakin tinggi imajinasi pengarang semakin bagus cerita yang dihasilkan. Pengembangan keterampilan menulis cerpen melalui beberapa tahap, yaitu mengembangkan unsur-unsur cerpen untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Tahap-tahap menulis cerpen dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Tahap Menemukan dan Menuangkan Ide Tulisan
Dalam menuangkan ide penulis harus memiliki referensi dari berbagai hal, baik membaca, melihat, atau merasakan. Penulis harus memiliki pengetahuam tentang informasi yang luas agar memiliki banyak ide dalam menulis cerpen, pengetahuan itu dapat diperoleh dari membaca koran, majalah atau buku. Selain itu harus ditopang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar kehidupan penulis agar penulis lebih peka dan tulisan yang dihasilkan sesuai dengan kehidupan manusia sekarang. Menggali ide dari realita kehidupan bagi seorang penulis merupakan sarana untuk melatih kepekaan (Sayuti, 2009 : 21).
Sayuti (2009 : 25-26) mengemukakan tahap-tahap dalam menulis adalah Pertama, tahap pramenulis. Di sini harus menggali ide, memilih ide, dan menyiapkan bahan tulisan. Kedua, tahap menulis draf. Tahap menulis draf adalah tahap menulis ide-ide kedalam bentuk tulisan yang kasar sebelum ditulis ulang dalam bentuk tulisan jadi. Ketiga, tahap
(30)
14
merevisi. Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki atau menambahkan ide-ide baru dalam karya penulis. Keempat, tahap menyunting. Tahap menyunting adalah tahap memperbaiki kesalahan pada aspek kebahasaan dan mekanik yang lain seperti kesalahan menulis huruf, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, dan kosakata.
2. Mengembangkan Alur Cerita
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat. Peristiwa itu saling berhubungan maka jika tidak ada peristiwa satu peristiwa lain tidak akan terjadi (Sayuti, 2009 : 47). Pengembangan alur tidak semudah yang dibayangkan, untuk mempermudah mengembangkan alur ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
a) Konflik harus tergarap dengan baik
Konflik yang tidak tegarap dengan baik tampak pada pengembangan alur cerita yang tidak selesai atau terlalu singkat. Tidak selesai maksudnya adalah penulis memaparkan cerita-cerita tetapi tidak sampai pada klimaks, cerita sudah diakhiri.
b) Struktur cerita harus proporsional
Beberapa kemungkinan ketidakproporsionalan struktur cerita tampak pada masalah panjang cerita dan pembuka cerita. Oleh karena itu, penulis tidak berbelit-belit dalam menulis agar tidak semakin mempersempit ruang cerita.
(31)
Akhir cerita hendaknya tidak mudah ditebak oleh pembaca, untuk memeroleh hal itu penulis harus lebih banyak berlatih sebab hal itu tidak mudah dilakukan. Akhir cerita yang mudah ditebak berawal dari ide cerita yang monoton sehingga jalan cerita mudah ditebak oleh pembaca.
3. Mengembangkan Tokoh Cerita
Dilihat dari sifatnya tokoh dibagi mejadi tokoh protagonis (baik) antagonis (buruk). Dilihat dari keterlibatan dalam cerita ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering mencul dan paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Sayuti (2009 : 58) memaparkan ada beberapa rambu pengembangan tokoh cerita antara lain sebagai berikut..
a) Penggambaran tokoh secara hidup (tidak datar)
Penggambaran tokoh tidak hanya digambarkan berdasarkan nama, bentuk fisik, pekerjaan dalam cerita. Tokoh dalam cerita harus memiliki karakter yang jelas.
b) Penggambaran tokoh bervariasi
Penokohan secara langsung menjadikan cerita tampak datar, membosankan, dan menyebabkan karakter tokoh tidak kuat. Keberhasilan penulis dalam memunculkan karakter yang kuat pada tokohnya akan membuat tokoh cerita menjadi hidup sehingga keterikatan tokoh dengan pembaca dapat terjalin baik.
c) Tokoh yang dimunculkan harus memiliki sumbangan bagi pengembangan cerita
(32)
16
Penulis memunculkan banyak tokoh tetapi tokoh tersebut tidak memiliki sumbangan dalam pengembangan cerita, hal ini menyebabkan cerita menjadi kedodoran, jalan cerita dan panjang tulisannya pendek tetapi tokoh yang disajikan terlalu banyak.
4. Menggambarkan Latar Cerita
Latar cerita merupakan unsur fiksi yang mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi sosial cerita itu terjadi. Sayuti (2009 : 71) rambu-rambu pengembangan latar cerita adalah sebagai berikut.
a) Latar tergarap dengan baik
Latar seringkali disebutkan sebagai nama, misal di kampung, di malam hari, atau pada keluarga miskin, tidak dimanfaaatkan untuk membangun cerita. Selain itu, latar tidak digambarkan secara detail yang mengakibatkan penggambaran dalam cerita kurang mendalam.
5. Diksi dan Bahasa dalam Fiksi.
Bahasa dalam fiksi lebih banyak mengandung makna konotatif. Namun, terdapat perbedaan antara puisi dan cerpen. Dalam puisi bahasa konotatif lebih banyak sedangkan dalam cerpen selain bahasa konotatif ada juga bahasa denotatif. Bahasa seperti itu dalam fiksi mengakibatkan munculnya emosi bagi pembacanya. Diksi juga diperlukan dalam menulis cerita agar menjadi menarik. Pemilihan diksi yang tepat akan membantu pembaca masuk dalam cerita sehingga dapat menikmati cerita secara langsung dan penghayatan cerita lebih mudah dicapai.
(33)
2. Cerita Pendek
a. Hakikat Cerita Pendek
Sayuti (2000 : 9) menjelaskan bahwa cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca sekali duduk dan ceritanya ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Hal yang hampir serupa juga disamapikan oleh Nurgiyantoro (2012 :10) menyatakan cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk kira-kira setengah sampai dua jam. Panjang cerpen bervariasi ada yang pendek, pendek sekali: berkisar 500 kata; cerpen yang panjangnya cukupan, serta ada cerpen yang panjang yang terdiri dari puluhan ribu kata.
Sebuah cerpen dapat dikatakan sebagai cerpen yang baik apabila memenuhi beberapa ciri-ciri sebagai berikut. Sumardjo (1997 :91) menyatakan bahwa sebuh cerpen yang baik adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan, utuh, manunggal tak ada bagian yang tak perlu, tak ada yang terlalu banyak, semua pas, integral dan mengandung satu arti.
Jadi berdasarkan uraian di atas cerpen adalah prosa pendek yang di dalamnya menceritakan tentang kehidupan kisah manusia yang memiliki satu kesatuan cerita, alur sederhana, tokoh yang terlibat di dalamnya tidak banyak dan cerita tidak terlalu panjang kira-kira hanya 3-10 halaman.
b. Unsur Pembangun Cerita Pendek
Sayuti (2000: 29) menjelaskan bahwa elemen-elemen pembangun prosa fiksi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu fakta cerita, sarana cerita, dan tema
(34)
18
1. Fakta Cerita
Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Fakta cerita meliputi antara lain plot, tokoh dan latar. Sesuatu yang akan diceritakan dirangkai ke dalam ketiga subelemen tersebut.
a) Plot
Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas (Wiyatmi, 2009 :36). Foster berpendapat bahwa plot berisi tentang kejadian-kejadian yang bersifat misterius dan intelektual, mengandung konflik yang mampu menarik bahkan mencekam pembacanya (Nurgiyantoro, 2012 :114).
Wiyatmi (2009 : 39) menjelaskan bahwa plot dibedakan menjadi plot kronologis atau plot progresif dan regresif atau flash back. Dalam plot progresif peristiwa disusun awal-tengah-akhir, sedangkan regresif disusun tidak teratur (akhir-awal-tengah). Sementara itu, Sayuti (2000 : 32 ) menjelaskan bahwa plot dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagia awal, tengah dan akhir.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau alur adalah rangkaian peristwa yang terdapat dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerita biasanya terdapat alur progesif (kronologis) atau regesif (flash back).
b) Penokohan
Nurgiyantoro (2012 :165) menjelaskan bahwa tokoh adalah menunjuk pada orang atau pelaku cerita. Watak, perwatakan, karakter adalah menunjuk pada sifat dan sikap tokoh sesuai yang ditafsirkan pembaca.
(35)
Penokohan sering disamakan dengan karakter, perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Wiyatmi (2009: 30) menyatakan tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku atau pemeran yang terdapat dalam cerita dan bertugas untuk menjalankan cerita tersebut. Penokohan adalah sifat dan karakter yang dimiliki oleh masing-masing tokoh, biasanya digambarkan dan dijelaskan langsung oleh pengarang (analitik) atau bisa juga digambarkan melalui reaksi tokoh lain dan lingkungan terhadap tokoh utama.
c) Latar
Sayuti (2000 : 126-127) menjelaskan bahwa latar adalah di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung atau landas tumpu, yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi. Secara garis besar deskripsi latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat , waktu, dan latar sosial.
Nurgiyantoro (2012 : 216) berpendapat bahwa latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi.
(36)
20
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan latar adalah gambaran suasana, tempat, waktu, sosial, budaya yang dialami oleh tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang ada di cerita.
2. Sarana Cerita
Sarana cerita adalah hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Dengan sarana cerita akan tercipta pola yang bermakna sehubungan dengan fakta yang diceritakan. Sarana cerita meliputi judul, sudut pandang, gaya dan nada (Sayuti, 2000 : 147).
a) Judul
Sayuti (2000 :147) berpendapat judul adalah hal pertama dibaca oleh pembaca fiksi, judul merupakan elemen lapisan luar fiksi. Sebagai elemen paling luar judul paling mudah dikenali oleh pembaca, biasanya judul menjadi acuan yang sejalan dengan jalan cerita.
b) Sudut Pandang
Nurgiyantoro (2012 : 248) menjelaskan bahwa sudut pandang adalah strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan ceritanya. Sementara itu, Sayuti (2000 : 158) menyampaikan bahwa sudut pandang dipergunakan pengarang untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan yang utuh.
Lebih lanjut Sayuti (2000 : 159) membagi sudut pandang ke dalam empat jenis.
(37)
Pada sudut pandang ini pencerita menjadi tokoh utama, kata ganti pemeran atau tokoh utama menggunakan kata ganti aku.
b. Sudut pandang first person-peripheral atau akuan taksertaan
Pada sudut pandang ini pencerita tidak menjadi tokoh utama melainkan sebagai tokoh pembantu,
c. Sudut pandang third-person-omniscient atau diaan maha tau
Pada sudut pandang ini pencerita berada di luar cerita dia bertugas menceritakan cerita tersebut (dalang) yang mengetahui secara detail. d. Sudut pandang third-person-limited atau diaan terbatas
Pada sudut pandang ini pencerita ada dilur cerita dan hanya menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita.
c) Gaya dan Nada
Gaya dapat didefinisikan sebagai cara pemakaian bahasa yang spesifik oleh seorang pengarang. Gaya juga merupakan cara pengungkapan yang khas dari seorang pengarang, unsur pembangun gaya antara lain diksi, imajeri, dan sintaksis (Sayuti, 2000: 173-174).
Nada dalam karya fiksi merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga terhadap pembaca karyanya. Nada bergantung pada gaya yaitu bagaimana pengarang memperlakukan bahasa yang menjadi sarananya (Sayuti, 2000: 176-177).
3. Tema
Kata tema berasal dari bahasa yunani tithenai, arti kata tema berarti “sesuatu yang sudah diuraikan”, atau “sesuatu yang sudah ditempatkan”.
(38)
22
Pengertian tema dapat dipandang dari dua sudut yaitu sudut karangan yang telah selesai dan sudut penyusunan karangan. Dilitihat dari sudut karangan tema adalah amanat yang disampaikan penulis melalui karangannya, sedangkan dilihat dari sudut penyusunan karangan tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik (Keraf, 2004:121-122).
Sayuti (2000 : 187) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi. Wujud tema dalam karya fiksi biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh.
Berdasarkan uraian di atas maka tema adalah sesuatu hal yang akan disampaikan oleh penulis dalam ceritanya kepada pembaca melalui karyanya, yang kemudian sesuatu yang ingin disampaikan penulis itu mendasarinya untuk membuat sebuah cerita.
c. Struktur Cerita Pendek
Struktur yang harus ada dalam sebuh cerpen paling tidak harus terdapat orientasi (pengenalan awal), komplikasi (timbulnya masalah) dan resolusi (penyelesaian). Orientasi adalah bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat, dan awalan masuk ke tahap berikutnya. Komplikasi adalah bagian di mana tokoh utama berhadapan dengan masalah, bagian ini menjadi inti yang harus ada , jika tidak ada masalah maka harus diciptakan. Resolusi adalah bagian yang berisi pemecahan masalah yang timbul pada komplikasi, masalah harus diselesaikan secara kreatif (Kemendikbud, 2014 :189).
(39)
Syathariah (2011 :23-24) menjelaskan bahwa struktur cerpen terdapat enam tahap yaitu permulaan, pertikaian, perumitan, klimaks, peleraian, dan akhir.
1) Tahap permulaan, berisi perkenalan tokoh, tempat, memperkenalkan peristiwa yang akan terjadi.
2) Tahap pertikaian, berisi muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan antar tokoh. Dalam tahap ini suasana emosional semakin memanas karena tokoh dalam cerita mulai terlibat konflik.
3. Tahap perumitan, berisi suasana yang semakin panas karenan konflik sudah mendekati puncaknya. Dalam bagian ini disajikan peristiwa yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan atau kesukaran yang dialami tokoh.
4. Tahap klimaks, pada tahap ini peristiwa yang terjadi dalam cerita berfungsi sebagai pengubah nasib para tokoh. Bagian ini adalah bagian yang paling mendebarkan.
5. Tahap peleraian, pada tahap ini ketegangan emosional mulai menurun, suasana panas dikembalikan pada keadaan semula sebelum timbul konflik.
6. Tahap akhir, pada tahap ini berisi tentang ketentuan final dari konflik, dan merupakan kesimpulan dari segala permasalahan yang muncul dari dalam cerita.
(40)
24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara garis besar struktur cerpen terbagi dalam tiga bagian orientasi (tahap permulaan), komplikasi (tahap pertikaian, perumitan dan klimaks), dan resolusi (tahap peleraian dan tahap akhir).
3. Strategi Estafet Writing
a. Hakikat Strategi Estafet Writing
Estafet writing atau menulis berantai merupakan metode pembelajaran active learning yang melibatkan peserta didik secara aktif menulis karangan narasi dengan cara bersama-sama atau berantai (Cahyono, 2011 : 14). Senada dengan hal tersebut, Syathariah (2011: 41-42) menyampaikan bahwa estafet writing atau menulis berantai adalah salah satu metode active learning yang bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan.
Metode inovatif ini merupakan salah satu metode yang melibatkan siswa belajar dengan cara bersama-sama, tetapi tidak secara berkelompok. Kegiatan menulis dengan menggunakan metode ini membuat siswa aktif mengembangkan daya khayal, berimajinasi, dan langsung menghasilkan sebuah produk cerpen.
Metode ini merupakan sebuah trik untuk membangkitkan motivasi menulis siswa dalam menemukan ide atau tema cerita untuk dijadikan bahan menulis cerpen. Setelah siswa terbiasa melanjutkan cerpen milik teman diharapkan ia mampu membuat cerpenya sendiri secara utuh.
(41)
b. Langkah Pembelajaran Estafet Writing
Syathariah (2011 : 42- 44) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menulis berantai atau estafet writing adalah sebagai berikut. Sebelum memulai metode estafet writing, guru menjelaskan sebuah tema dan materi yang akan diajarkan. (1) Guru meminta peserta didik membuat kelompok yang berjumlah 5-6 orang. (2) Setelah itu guru meminta peserta didik membuat satu kalimat pembuka. (3) Setelah peserta didik menulis kalimat pembuka, peserta didik itu menjadi orang pertama. Pada hitungan pertama, guru memberikan perintah untuk mengangkat tinggi buku milik peserta didik masing-masing, pada hitungan kedua guru menyuruh peserta didik menyerahkan buku miliknya ke teman sebelah kanannya. (4) Peserta didik tersebut menjadi orang ke dua yang harus melanjutkan karangan temannya dengan menambahkan satu kalimat lanjutan. Peserta didik wajib melihat kalimat sebelumnya untuk melanjutkan karangan berikutnya. (5) Setelah orang kedua selesai, guru kembali melakukan hitungan untuk diserahkan kepada teman sebelah kanannya, begitu seterusnya berputar searah jarum jam, hingga waktu yang ditentukan oleh guru. (6) Setelah waktu yang ditentukan guru selesai, buku latihan harus dikembalikan kepada pemilik awalnya. Pemilik buku membaca hasil karangan yang ditulis secara berantai dan menandai kalimat-kalimat yang sumbang atau tidak nyambung. (7) Guru menyuruh salah satu peserta didik menuliskan hasil menulis berantai dipapan tulis, (8) lalu guru dan peserta didik mengoreksi secara bersama.
(42)
26
Strategi ini merupakan salah satu strategi pembelajaran inovatif yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengembangkan imajinasi untuk menulis sebuah karangan dan menumbuhkan keberanian peserta didik untuk mulai menuangkan gagasan dan pendapatnya.
c. Kelebihan Strategi Estafet Writing
Kelebihan strategi estafet writing yaitu, (1) membuat peserta didik antusias dalam pembelajaran. (2) Membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. (3) Peserta didik menjadi lebih cepat dan cermat dalam menghasilkan sebuah cerpen. (4) Belajar berkelompok dengan strategi estafet writing dapat membantu siswa yang sulit menemukan dan mengembangkan ide dalam menulis. (5) Dalam pembelajaran menulis cerpen aktif menuangkan imajinasi dan berusaha untuk mampu melanjutkan kalimat yang dibuat oleh teman mereka sebelumnya (Syathariah, 2011 : 41)
Syathariah (2011 : 44) menjelaskan kelemahan strategi estafet writing yaitu, (1) dalam penggunaan strategi estafet writing waktu pembelajaran siswa dalam memproduksi cerpen dibatasi. (2) Peserta didik terkesan terburu-buru dalam menulis cerpen karena waktu menulis dibatasi. (3) Suasana kelas menjadi gaduh akibat keatifan siswa dalam strategi ini. Hal ini dapat diatasi dengan cara guru harus sigap membantu siswa yang kebingungan, guru harus menjelaskan dengan rinci aturan main dalam pembelajaran di kelas agar siswa dapat tepat waktu dalam menyelesaikan karyanya.
(43)
4. Penggunaan Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMP dengan mengadopsi strategi estafet writing seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya diperlukan sedikit modifikasi dalam penerapan strategi tersebut. Selain strategi hal lain yang dapat membantu keefetifan pembelajaran menulis cerpen adalah adanya media yang tepat yang mampu membantu siswa dalam mengembangkan tema dan imajinasinya.
Sebelum melakukan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing ada beberapa hal, seperti materi dan media yang harus disiapkan oleh guru. Ada beberapa media yang bisa digunakan dalam merangsang ide siswa dalam menulis cerpen seperti media gambar, media vidio (film), contoh cerpen dan masih banyak media lain yang bisa dimanfaatkan guru untuk memunculkan ide cerita.
Dalam menulis cerpen menggunakan strategi estafet writing ada beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh. Langkah awal yang harus dilakukan dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu. (1) menjelaskan tentang materi cerpen dan unsur-unsur pembangun cerpen meliputi: alur, tokoh dan penokohan, latar (setting), sudut pandang (point of fiew), gaya (bahasa), dan tema. (2)Guru menentukan tema cerpen yang harus ditulis oleh siswa, guru juga memberikan contoh cerpen, gambar atau vidio (film) untuk merangsang ide siswa untuk mengawali tulisannya. (3) Setelah siswa menemukan ide menulis mereka, guru menjelaskan aturan main dari strategi estafet writing. strategi ini bisa dilakukan
(44)
28
secara kelompok atau satu kelas, apabila dilakukan secara berkelompok guru membagi kelas kedalam 4 atau 5 kelompok.
(4) Guru meminta masing-masing siswa membuat satu kalimat atau paragraf pembuka. (5) Setelah siswa membuat kalimat atau paragraf pembuka berarti mereka adalah pemilik ceritanya masing-masing sekaligus sebagai orang pertama, kemudian guru memberi hitungan satu, pada hitungan satu siswa diminta mengangkat bukunya. Kemudian pada hitungan dua siswa memberikan bukunya pada teman yang berada disamping kanannya. (6) Siswa tersebut menjadi orang kedua yang harus melanjutkan cerpen dari orang pertama. Mereka harus menambahkan satu kalimat atau satu paragraf untuk menyambung cerpen dari orang pertama, mereka harus membaca dan memperhatikan kalimat sebelumnya agar kalimat yang ditambahkan sesuai dan menyambung dengan kalimat sebelumnya. (7) Setelah orang kedua selesai guru kembali melanjutkan hitungan untuk diserahkan pada siswa selanjutnya yang berada disebelah kanan, begitu seterusnya searah jarum jam dan setiap siswa wajib melanjutkan cerita yang sudah dibuat oleh teman sebelumnya hingga waktu yang ditetapkan selesai. (8) Setelah selesai cerpen harus dikembalikan kepada pemilik awalnya, selanjutnya pemilik membaca cerpen dari hasil menulis berantai dan menandai kalimat atau paragraf yang tidak sesuai. (9) Setelah kalimat-kalimat yang tidak sesuai diperbaiki guru meminta siswa membacakan atau menuliskan ke depan hasil karyanya. (10) Guru membahas hasil cerpen siswa dari strategi menulis berantai ini, baik dari kesulitan yang dialami siswa maupun kekurangan hasil cerpen mereka.
(45)
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tetang keefektifan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerita pendek pada siswa kelas IX SMP ini mengacu pada sejumlah penelitian yang relevan sebagai berikut.
1.Penelitian skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang oleh Anjani Yekti Mahanani pada tahun 2015 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Memproduksi Teks Pantun Secara Tulis dengan Metode Tulis Berantai Melalui Media Kartu Pintar pada Peserta Didik Kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 10 Semarang.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan memproduksi teks pantun secara tulis dengan metode tulis berantai melalui media kartu pintar pada peserta didik kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 10 Semarang sebesar 11,87%. Nilai rerata kelas siklus I sebesar 2,97 menajdi 3,38 pada siklus II. Setelah digunakan metode tulis berantai dan media kartu pintar perubahan perilaku belajar peserta didik ke arah yang positif. Peserta didik yang sebelumnya malas, kurang aktif, tidak berkonsentrasi, dan tidak bersemangat, menjadi aktif, antusias, bersemangat, dan berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan agar guru menggunakan metode tulis berantai dan media kartu pintar sebagai alternatif pembelajaran memproduksi teks pantun secara tulis. Bagi peserta didik hendaknya mengikuti kegiatan pembelajaran memproduksi teks pantun secara tulis dengan aktif, bersemangat dan berperilaku positif sehingga peserta didik dapat
(46)
30
memproduksi teks pantun secara tulis dengan baik. Bagi peneliti lain hendaknya menggunakan metode dan media yang berbeda dalam memproduksi teks pantun secara tulis sehingga dapat menambah metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternaitf dalam pembelajaranmemproduksi teks pantun secara tulis
2. Penelitian skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta oleh Praeska Andre Rosaliana pada tahun 2014 yang berjudul Keefektifan Metode Estafet Writing dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan yang signifikan prestasi belajar keterampilan menulis bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara yang diajar menggunakan metode estafet writing dan yang diajar menggunakan metode konvensional, (2) keefektifan penggunaan metode estafet writing dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen. Desain penelitian ini adalah pre-test and post-test control group design. Hasil analisis data menggunakan uji-t menghasilkan thitung 2,573 lebih besar dari ttabel 2,000 dengan taraf signifikansi α = 5%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bobot keefektifannya adalah 8,3%. Nilai rata-rata akhir kelas eksperimen sebesar 65,162 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 62,902. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode estafet writing efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman.
(47)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Wulandari yang berjudul Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Metode Menulis Berantai (estafet Writing) pada Siswa Sekolah Menengah Atas, yang dimuat dalam BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya volume 1 nomer 1, April 2012.
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan adanya tahab persiapan dan pelaksanaan tindakan. Tahab persiapan tindakan meliputi kegiatan sharing ideas dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X-3 SMA Negeri Gondangrejo untuk mendapatkan berbagai pertimbangan mengenai penerapan metode menulis berantai dalam pembelajaran menulis puisi. Tahab aplikasi tindakan dalam pelaksanaan PTK ini mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 3 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Hasil dari penelitian ini penerapan metode menulis berantai dalam pembelajaran menulis puisi puisi pada siswa kelas X-3 SMA Negeri Gondangrejo dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan motivasi siswa. Persentase siswa yang termotivasi mengikuti pembelajaran menulis puisi terus mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase motivasi siswa sebanyak 64,70%, pada siklus II persentase motivasi siswa mencapai 75,30%, dan motivasi siswa ini meningkat menjadi 88,48% pada siklus III. Selain itu indikator keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Keaktifan siswa pada siklus I hanya 61,18%, persentase tersebut terus
(48)
32
mengalami peningkatan yaitu sebesar 75,88% pada siklus II dan 89,70% pada siklus III. Metode menulis berantai dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan persentase nilai menulis siswa setiap siklusnya. Pada siklus I persentase keberhasilan siswa sebanyak 55,88%, pada siklus II persentase tersebut naik mencapai 70,59%, dan pada siklus III mencapai 87,88%. Persentase ini dihitung dari banyaknya siswa yang telah mencapai nilai KKM sebesar 65 yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.
4. Penelitian tesis Program Megister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2016 yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah berjudul Efektifikas Metode Picture and Picture dengan Metode Estafet Writing dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas 3 MIN Malang. Hasil analisis data menunjukan bahwa (1) hasil uji pada kelas eksperimen menunjukan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga diputuskan Ho ditolak. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X (metode pembelajaran) terhadap Y (keterampilan menulis karangan narasi) berdasarkan dari nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran picture and picture dengan estafet writing. Dapat dikatakan bahwa pengaruh metode pembelajaran picture and picture dengan estafet writing terhadap peningkatan rata-rata nilai siswa menunjukan keefektifan metode pembelajaran yang digunakan. (2) Penerapan metode pembelajaran picture and picture dengan estafet writing berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan keterampilan menulis karangan narasi
(49)
siswa. Hal tersebut didukung oleh hasil posttest kelas eksperimen yang unggul 23,6% daripada kelas kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode pembelajaran picture and picture dengan estafet writing cenderung menghasilkan penguasaan keterampilan menulis karangan narasi yang lebih baik dibandingkan hasil pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
C. Kerangka Pikir
Kegiatan menulis seringkali dianggap menjadi kegitan yang dirasa kurang menarik bagi siswa dan sulit untuk dilakukan. Permaslahan yang biasanya sering muncul dalam pembelajaran menulis cerpen adalah siswa kesulitan dalam mengembangkan ide atau gagasan yang akan dikembangkan menjadi sebuah cerita. Siswa juga mengalami kesulitan dalam merangkai kalimat-kalimat menjadi urutan cerita yang baik. Hal tersebut disebkan karena guru hanya mengunakan strategi konvensional seperti tanya jawab, pemodelan, ceramah, dan penugasan.
Strategi estafet writing diasumsikan baik diterapkan selama proses pembelajaran di kelas dibandingkan dengan menggunakan strategi konvensional yang selama ini digunakan di sekolah. Diharapkan dengan strategi ini dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Penggunaan strategi ini dapat menghidupkan suasana di kelas dan proses belajar mengajar menjadi menarik. Strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Strategi estafet writing adalah metode active learning yang bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan. Strategi ini membantu siswa untuk menghasilkan sebuah cerpen dengan cara
(50)
34
bersama-sama atau berantai. Setelah tema di tentukan oleh guru, masing-masing siswa harus membuat paragraf pembuka yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh teman-teman mereka secara berantai sehingga menjadi sebuah cerpen yang utuh. Setelah itu pemilik cerpen pertama bertugas meneliti dan memperbaiki kalimat yang tidak sesuai yang dibuat oleh temannya.
Strategi ini dipilih karena pembelajarannya menyenangkan bagi siswa dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional, selain itu strategi ini diharapkan mampu memberikan perubahan terhadap kemampuan siswa menulis cerpen ke arah yang lebih baik apabila dibandingkan dengan penggunaan strategi konvensional yang selama ini digunakan oleh guru di sekolah.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1. Hipotesis Nol (Ho)
a) Tidak ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.
b) Strategi estafet writing tidak lebih efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX SMP daripada penggunaan strategi konvensional.
(51)
2. Hipotesis Kerja (Ha)
a) Ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.
b) Strategi estafet writing lebih efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX SMP daripada penggunaan strategi konvensional.
(52)
36 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data yang disajikan dalam bentuk skor. Penggunaan kuasi eksperimen dalam penelitian ini dikarenakan menggunakan manusia (peserta didik) sebagai subjek penelitian untuk diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah penerapan strategi estafet writing pada kelompok eksperimen. Sebagai pembanding terdapat kelompok kontrol untuk menguji efektivitas perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah random sampling dengan model desain grup kontrol pre tesdan pos tes.
Tabel 1: Desain Penelitian
Kelompok Tes Awal Variabel Bebas Tes Akhir
E O1 X O2
K O3 - O4
Keterangan
E : Kelompok eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan strategi estafet writing)
K : Kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan strategi estafet writing atau dengan strategi konvensional)
O1 : Skor awal (pretes) menulis cerpen kelompok eksperimen O2 : Skor akhir (postes) menulis cerpen kelompok eksperimen O3 : Kemampuan awal (pretes) menulis cerpen kelompok kontrol O4 : Kemampuan akhir (postes) menulis cerpen kelompok kontrol X : Perlakuan dengan menggunakan strategi estafet writing.
(53)
B. Variabel Penelitian
Variabel bebas : merupakan variabel yang menjadi penyebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas adalah penggunaan strategi estefet writing dalam menulis cerpen.
Variabel terikat : variabel yang menjadi akibat variabel bebas. Variabel terikat adalah kemampuan siswa menulis cerpen.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 4 Wates Kulonprogo. Alasan pemilihan tempat, dikarenakan sekolah memiliki jumlah siswa cukup memadai untuk diberi perlakuan. SMPN 4 Wates juga memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai dan mendukung dilakukannya penelitian. Penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran bahasa Indonesia dengan kesepakatan dari guru mata pelajaran behasa Indonesia dan disesuaikan dengan kondisi di kelas. Proses penelitian dilaksanakan pada bulan agustus 2016, dengan jadwal penelitian sebagai berikut.
Tabel 2. Jadwal Penelitian
No. Hari, Tanggal Kegiatan
1. Selasa, 9 Agustus 2016 Pretes kelompok eksperimen 2. Rabu, 10 Agustus 2016 Pretes kelompok kontrol
3. Kamis, 11 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan I kelompok eksperimen
4. Kamis, 11 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan I kelompok kontol
5. Jum’at, 12 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan II kelompok eksperimen
6. Sabtu, 13 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan II kelompok kontol
7. Selasa, 16 Agustus 2016 Postes kelompok eksperimen 8. Kamis, 18 Agustus 2016 Postes kelompok kontrol
(54)
38
D. Subjek Penelitian 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi adalah siswa kelas IX SMPN 4 Wates yang berjumlah enam kelas sebanyak 165 siswa.
Tabel 3 : Populasi siswa kelas IX SMP 4 Wates
NO. Kelas Jumlah Siswa Keterangan
1. Kelas IX A 28 Kelompok Kontrol
2. Kelas IX B 28
3. Kelas IX C 28 Kelompok Eksperimen
4. Kelas IX D 28
5. Kelas IX E 26
6. Kelas IX F 27
Jumlah 165
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu penentuan sampel populasi dengan cara acak, setiap populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Setelah melakukan random sampling, terpilih kelas IX C sebagai kelompok eksperimen, dan IX A sebagai kelompok kontrol.
E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Praeksperimen
a. Sebelum penelitian terlebih dulu dilakukan penyamaan persepsi tentang strategi estafet writing yang akan digunakan untuk pembelajaran menulis cerpendengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
(55)
b. Menyiapkan materi ajar dan media ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Membuat RPP untuk panduan kegiatan belajar mengajar selama penelitian.
c. Sebelum melakukan sebuah eksperimen dilakukan pengambilan nilai atau pretes kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes yang diberikan berupa tes keterampilan menulis cerpen dengan tema bebas. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam menulis cerpen sebelum dilakukan sebuah perlakuan.
d. Hasil cerpen siswa selanjutnya dianalisis. Nilai yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan uji-t untuk mengetahui adakah perbedaan kemampuan awal menulis cerpen pada kelompok eksperimen dan kontrol.
2. Tahap Eksperimen
Setelah mendapatkan hasil dari pretes kelompok eksperimen dan kontrol, langkah selanjutnya adalah pemberian perlakuan dengan memberikan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerpen pada kelompok eksperimen sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan menggunakan strategi pembelajaran yang biasa digunakan guru di sekolah.
Adapun tahap-tahap eksperimen sebagai berikut a. Kelompok eksperimen
Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan strategi estafet writing. siswa diminta menulis sebuah cerpen dengan menggunakan strategi estafet writing sehingga proses menulis cerpen menjadi mudah dan
(56)
40
menyenangkan selain itu siswa mudah mendapatkan ide, kemudian proses pengembangan ide menjadi tulisan menjadi lebih cepat.
Langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan tentang materi cerpen dan unsur-unsur pembangun cerpen meliputi: alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya (bahasa), dan tema.
2) Guru menentukan tema cerpen yang harus ditulis oleh siswa, guru juga memberikan contoh cerpen, gambar atau vidio (film) untuk merangsang ide siswa untuk mengawali tulisannya.
3) Setelah siswa menemukan ide menulis mereka, guru menjelaskan aturan main dari strategi estafet writing. Strategi ini bisa dilakukan secara kelompok atau satu kelas, apabila dilakukan secara berkelompok guru membagi kelas kedalam 4 atau 5 kelompok.
4) Guru meminta masing-masing siswa membuat satu kalimat atau paragraf pembuka.
5) Setelah siswa membuat kalimat atau paragraf pembuka berarti mereka adalah pemilik ceritanya masing-masing sekaligus sebagai orang pertama, kemudian guru memberi hitungan satu, pada hitungan satu siswa diminta mengangkat bukunya. Kemudian pada hitungan dua siswa memberikan bukunya pada teman yang berada disamping kanannya. 6) Siswa tersebut menjadi orang kedua yang harus melanjutkan cerpen dari
(57)
paragraf untuk menyambung cerpen dari orang pertama, mereka harus membaca dan memperhatikan kalimat sebelumnya agar kalimat yang ditambahkan sesuai dan menyambung dengan kalimat sebelumnya. 7) Setelah orang kedua selesai guru kembali melanjutkan hitungan untuk
diserahkan pada siswa selanjutnya yang berada disebelah kanan, begitu seterusnya searah jarum jam dan setiap siswa wajib melanjutkan cerita yang sudah dibuat oleh teman sebelumnya hingga waktu yang ditetapkan selesai.
8) Setelah selesai cerpen harus dikembalikan kepada pemilik awalnya, selanjutnya pemilik membaca cerpen dari hasil menulis berantai dan menandai kalimat atau paragraf yang tidak sesuai.
9) Setelah kalimat-kalimat yang tidak sesuai diperbaiki guru meminta siswa membacakan atau menuliskan kedepan hasil karyanya.
10)Guru membahas hasil cerpen siswa dari strategi menulis berantai ini, baik dari kesulitan yang dialami siswa maupun kekurangan hasil cerpen mereka.
b. Kelompok Kontrol
Kelompok Kontrol mendapatkan pembelajaran dengan strategi konvensional yaitu strategi yang sudah biasa diterapkan oleh guru disekolah. 1) Langkah awal guru memberikan materi tentang cerpen.
2) Guru dan siswa melakukan diskusi tentang materi yang sudah diberikan. 3) Setelah semua siswa paham guru memberikan sebuah tema pada siswa dan
(58)
42
3. Tahap Pascaeksperimen
Pada tahap ini dilakukan pengambilan nilai akhir dengan melakukan tes pada siswa atau postes yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tes menulis cerpen dengan tema yang sudah ditentukan.
Dari hasil pascaeksperimen ini, dapat diketahui perbedaan skor atara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Perbedaan skor diperoleh setelah dilakukan perbandingan skor pretes dengan pascates, kemudian dilihat apakah ada pengkatan, menurun, atau sama saja.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperoleh dari tes. Tes yang digunakan adalah tes menulis cerpen. Tes tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis cerpen baik kelas kontrol maupun eksperimen. Penilaian tes cerpen mencakup penilaian proses dan penilaian hasil kerja siswa. Penilaian proses didapat dari pengamatan minat dan respon siswa selama pembelajaran. Sementara itu, penilaian hasil didapatkan dari cerpen yang telah dibuat siswa. G. Instrumen penelitian
1. Kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen tes menulis cerpen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
(59)
Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Menulis Cerpen Kelas IX Semester 1 dengan KTSP
Nama Sekolah : SMPN 4 Wates Kulonprogo
Standar Kompetensi : 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasan, dan pengalaman dalam cerita pendek.
Kompetensi Dasar : 8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
Indikator : 1. Mampu mendata peristiwa-peristiwa yang dialami 2. Mampu menentukan konflik yang ada dalam
peristiwa yang dipilih
3. Mampu menentukan alur cerita
4. Mampu menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami
5. Mampu menyunting cerita pendek
No. Materi Pokok Indikator No.
Soal
Soal
1. Teks cerpen : teks fiksi yang selesai dibaca dalam sekali duduk, memiliki alur serta konflik, memuat cerita yang menyebabkan efek tertentu bagi pembaca. Unsur intrinsik cerpen: 1. Tema : ide pokok
cetita
2. Alur : rangkaian peristiwa yang dialami tokoh
3. Tokoh dan
penokohan : pemeran dalam cerita dan memiliki sifat sesuai rekaan
4a. Latar tempat : tempat atau gambaran tempat peristiwa terjadi
4b. Latar waktu: segala
sesuatu yang
menunjukan kapan peristiwa terjadi
4c. Latar Sosial: berkaitan dengan kondisi sosial budaya dalam
1. Mampu mendata
peristiwa-peristiwa yang dialami
2. Mampu menentukan konflik yang ada dalam peristiwa yang dipilih 3. Mampu menentukan alur
cerita
1. Tulislah sebuah cerpen !
(60)
44
cerita
5. Amanat: pesan yang disampaikan penulis dalam cerita
6. Judul: Kepala cerita yang mewakili isi cerita 7. Sudut pandang: cara penulis memposisikan diri dalam cerita
8. Gaya dan Nada : gaya bahasa dan sikap emosi yang digunakan dalam cerita
2. Tahap-tahap menulis cerpen adalah sebagai berikut.
1. Tahap pramenulis: menemukan ide untuk bahan menulis. 2. Tahap menulis draf:
membuat kerangka apa yang akan dituliskan.
3. Tahap menulis cerpen:
mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah paragraf.
4. Tahap revisi : menambah atau mengurangi bagian cerpen yang dirasa
kurang atau
berlebihan.
5. Tahap menyunting: memperbaiki
kesalahan tulis dan aspek kebahsaan. 6. Tahap publikasi:
membacakan cerpen yang sudah selesai kedepan kelas.
4. Mampu menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami 5. Mampu menyunting cerita
(61)
2. Soal Menulis teks Cerpen
Soal menulis cerpen terdiri atas pretes dan postes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Bentuk soal adalah sebagai berikut.
A. Soal Pretes Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Buatlah sebuah cerpen bertema bebas, dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tulislah nama, presensi, kelas dan kelompok di bagian kanan atas lembar kerja!
b. Gunakanlah bahasa yang baik (pilihan kata, penulisan, ejaan dan tanda baca) harus tepat!
c. Panjang cerpen satu-dua halaman!
B. Soal Postes Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Buatlah sebuah cerpen bertema “persahabatan” dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tulislah nama, presensi, kelas dan kelompok di bagian kanan atas lembar kerja!
b. Gunakanlah bahasa yang baik (pilihan kata, penulisan, ejaan dan tanda baca) harus tepat!
(62)
46
Tabel 5: Pedoman Penilaian Teks Cerita Pendek
Aspek Kriteria Indikator Skor
IS
I
Isi tulisan apabila memenuhi kriteria:
1. kebaruan ide 2. kreatif dalam
mengembangkan ide sesuai tema cerita
3. kesesuaian tema
Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria
23-30 Teks cerpen yang cukup baik
memenuhi 2 kriteria
14-22 Teks cerpen yang kurang baik
hanya memenuhi 1 kriteria
8-13
ORGANIS
ASI
Organisasi tulisan yang baik harus memenuhi kriteria:
1. menampilkan fakta cerita (alur, tokoh, latar, dan amanat)
2. menampilkan sarana cerita (judul, sudut pandang, tema, gaya&nanda)
3. unsur cerita ditulis padu
Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria
16-20 Teks crpen yang cukup baik
memenuhi 2 kriteria
11-15 Teks cerpen yang kurang baik
memenuhi 1 kriteria
6-10
KO
S
AKATA
Kosakata yang baik apabila memenuhi kriteria:
1. paragraf padu
2. pilihan kata tepat dan komunikatif
3. penempatan kata penghubung tepat
Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria
16-20 Teks cerpen yang cukup baik
memenuhi 2 kriteria
11-15 Teks cerpen yang kurang baik
memenuhi 1 kriteria
6-10 PENGG UN AA N B AHASA
Penggunaan bahasa yang baik apabila memenuhi kriteria:
1. penggunaan kalimat efektif 2. penggunaan bahasa yang
benar (urutan kata, artikel, preposisi, pronomina) 3. makna kalimat jelas, tidak
ambigu
Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria
13-15 Teks cerpen yang baik cukup
memenuhi 2 kriteria
10-12
Teks cerpen yang kurang baik memenuhi 1 kriteria
7-9
M
E
KANIK
Secara mekanis tulisan peserta didik baik apabila memenuhi kriteria:
1. penulisan ejaan tepat 2. penggunaan tanda baca
sesuai
3. tulisan tangan rapi dan dapat dibaca
Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria
13-15 Teks cerpen yang cukup baik
memenuhi 2 kriteria
10-12 Teks cepen yang kurang baik
memenuhi 1 kriteria
7-9
(63)
Penelitian ini menggunakan skala seratus (1-100). Pengkategorian kemampuan menulis terdiri dari lima tingkat kemampuan, yaitu 1) amat baik, 2) baik, 3) cukup, 4) kurang baik dan 5) Sangat kurang.
Tabel 6: Kategori Berdasarkan Rentang Nilai
No Skor Kualifikasi
1. 90-100 Amat baik
2. 80-89 Baik
3. 70-79 Cukup
4. 50-69 Kurang baik
5. 10-49 Gagal
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas Sebaran Data a. Uji Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus kolmogorov smirnov (Uji K-S) dilakukan menggunakan program IBM Statistics SPSS 22.0. Interpretasi hasil uji normalitas dapat diketahui dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikansi Alpha 5% (Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Namun apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi Alpha 5% (Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas secara lengkap disajikan dalam Lampiran 3a.
(64)
48
b. Uji Homogenitas varian
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan kemampuan sampel yang diambil. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel yang diambil dari populasi, yang memiliki varian sama atau tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Interpretasi hasil uji homogenitas dapat diketahui dengan melihat Sig. Jika signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi Alpha 5% (Sig. < 0,05), maka varian berbeda secara signifikan atau tidak homogen. Namun apabila signifikan lebih besar dari taraf signifikansi Alpha 5% (Sig. > 0,05), maka varian tidak berbeda secara signifikan atau homogen. Hasil uji homogenitas penelitian ini disajikan secara lengkap dalam Lampiran 3b
I. Penerapan Analisis Data
Tenik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t (t- tes). T-tes bertujuan menguji apakah nilai rata-rata dari kelompok eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan signifikan atau tidak. Teknik analisis menggunakan program IBM SPSS Statistic 22.0. Penafsiran uji-t dengan melihat nilai Sig. (2-tailed), dibandingkan dengan nilai signifikansi 0,05.
J. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Uji validitas yang digunakan adalah expert judment. Instrumen yang telah dibuat, dikonsultasikan kepada pihak yang kompeten di bidang yang bersangkutan. Expert judgement yang dilakukan oleh Bapak Dr. Nurhadi, M.Hum. selaku dosen PBSI dan Ibu Tri Warsiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran bahasa
(65)
Indonesia SMPN 4 Wates. Validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen telah mencerminkan isi yang dikehendaki atau belum. Instrumen dalam penelitian ini berpedoman pada KTSP dan sesuai dengan materi menulis cerpen yang di ajarkan pada kelas IX SMPN 4 Wates. Selanjutnya, instrumen yang disetujui dinyatakan valid dan siap digunakan pada penelitian. Selanjutnya instrumen yang sudah disetujui dinyatakan valid diberikan saat penelitian (ditunjukan pada Lampiran 1b)
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes dapat mengukur secara konsisten keterampilan menulis cerpen pada siswa.Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, karena tes yang diberikan mempunyai skor berskala. Artinya, prosedur uji reliabilitas ini diterapkan pada hasil pengukuran berjenjang, misalnya: 1-4, 1-5, 1-6 atau yang lain tergantung maksud penyusunannya. Perhitungan rumus alpha cronbach dihitung menggunakan bantuan komputer SPSS versi 22.0. Adapun kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel yakni jika koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,6. Untuk uji reliabilitas soal menulis cerpen dalam penelitian sebesar 0,620 (reliabel). Perhitungan reliabilitas soal dengan SPSS 22.0 disajikan pada Lampiran 1d.
K. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik sering disebut sebagai hipotesis nol (Ho). Hipotesis nol merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel X terhadap Y dan variabel Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut.
(66)
50
Ho =μ1 = μ2 Ha =μ1 ≠ μ2 Keterangan :
Ho : hipotesis nihil. Tidak ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMPN 4 Wates antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.
Ha : hipotesis alernatif. Ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMPN 4 Wates antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.
Ho =μ1 = μ2 Ha =μ1 = μ2 Keterangan:
Ho : hipotesis nihil. Strategi estafet writing tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMPN 4 Wates.
Ha : hipotesis alernatif. Strategi estafet writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMAN 4 Wates.
(67)
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan menulis cerpen antara kelompok yang menggunakan strategi estafet writing dan kelompok yang menggunakan strategi konvensional di SMPN 4 Wates sekaligus untuk menguji keefektifan strategi estefet writing dalam pembelajaran menulis cerpen kelas IX SMPN 4 Wates. Data dalam penelitian ini meliputi skor pretes dan skor postes menulis cerpen dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil perhitungan data selengkapnya disajikan sebagai berikut.
a. Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen
Keterampilan menulis cerpen kelompok eksperimen diuji menggunakan pretes. Statistik deskriptif skor pretes kelompok eksperimen ditunjukan pada Tabel 7. Tabel distribusi skor pretes kelompok eksperimen dan histogram skor pretes ditunjukan pada Lampiran 2a.
(68)
52
Tabel 7 Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Eksperimen
N Valid 28
Missing 0
Mean 68,07
Std. Error of Mean ,966
Median 68,50
Mode 74
Std. Deviation 5,113
Variance 26,143
Skewness -,446
Std. Error of
Skewness ,441
Kurtosis -,708
Std. Error of Kurtosis ,858
Range 17
Minimum 58
Maximum 75
Sum 1906
Kecenderungan perolehan skor pretes keterampilan menulis cerpen kelompok eksperimen dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan kategori kecenderungan nilai ditunjukan dalam Lampiran 2g. Distribusi kategori kecenderungan skor pretes keterampilan menulis cerpen kelompok eskperimen disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kelompok Eksperimen
No. Kategori Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1. Rendah < 63,7 5 17,8
2. Sedang 63,7 s.d. 69,3 11 39, 3
3. Tinggi >69,3 12 42,8
(69)
Tabel distribusi kategori kecenderungan perolehan skor dapat digambarkan dalam Pie Chart pada Gambar 1
Gambar 1. Pie Chart Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Eksperimen
b. Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol
Keterampilan awal menulis cerpen kelompok kontrol diuji menggunakan pretes. Perhitungan statistik deskriptif skor pretes akan ditunjukan Tabel 9. Tabel distribusi skor pretes kelompok kontrol dan histogram skor pretes ditunjukan Lampiran 2b.
18%
39% 43%
Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Eksperimen
Rendah Sedang Tinggi
(1)
Perlakuan Kelompok Eksperimen Perlakuan Kelompok Eksperimen
Postes Kelompok Kontrol Postes Kelompok Eksperimen
(2)
156
LAMPIRAN 6
Surat Izin Penelitian(3)
(4)
(5)
(6)