Pelajar Sebagai Khalayak Media Massa

10. Emosi, berita juga harus mengandung unsur perasaan seorang manusia. Emosi merupakan salah satu sifat manusia yang didahului dengan rasa simpati sehingga selalu menarik perhatian khalayak. Faktor kedekatan media terhadap peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak juga mendudung untuk terbentuknya suatu berita, sebab keinginan untuk melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberikan keinginannya diantara berbagai jenis berita. McQuail, 1994:193.

2.1.4. Pelajar Sebagai Khalayak Media Massa

Setiap proses komunikasi selalu ditunjukkan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut Nasution 1993:20, dalam sosiologi komunikasi massa, penerima pesan adalah mereka yang menjadi khalayak tersebut diatas bersifat luas, heterogen dan anonim. Sifat khalayak yang demikian menyulitkan komunikator dalam menyebarkan pesannya dalam media massa, setiap individu dari khalayak ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis tertentu, misalnya jenis agama, pendidikan, hobi dan lain-lain. Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran target audience. Contoh, acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama Islam dan lain-lain Effendi, 1993:20. Dalam penelitian ini, pelajar kelas XI di Kabupaten Manggarai Barat dipilih untuk menjadi khalayak sasaran target audience. Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah Sinolungan, 1997. Peserta didik dalam arti sempit inilah yang disebut sebagai pelajar. Dikatakan pelajar sebab mereka mengikuti pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah. Melalui pendidikan formal inilah pelajar diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan masih banyak lagi. Diharapkan, selama mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa mampu mengembangkan dirinya baik secara sosial, emosi, intelektual, bahasa, moral dan kepribadian ke arah positif yang diinginkan semua orang. Perkembangan yang dialami pelajar berbeda-beda. Tergantung pada faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Tidak selamanya perkembangan pada diri pelajar menuju pada hal positif. Adakalanya beberapa pelajar justru menunjukkan perkembangan ke arah negatif, salah satunya aksi premanisme yang marak dilakukan oleh pelajar di berbagai daerah saat ini. Sangat disayangkan, sebab hakikat seorang pelajar adalah belajar dan menuntut ilmu. Belajar adalah suatu aktivitas yang menuju ke arah tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan itu perlu adanya faktor-faktor yang perlu diperhatikan, misalnya saja faktor bimbingan. Masalah belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab semua sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Dengan bimbingan sekolah diartikan suatu proses bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus-menerus supaya anak didika dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Drs. Ny. Singgih D. Gunarsa, 1981:25. Tujuan bimbingan dan penyuluhan bagi murid adalah untuk: 1. membantu dalam memahami tingkah laku orang lain. 2. membantu murid-murid supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial. 3. membantu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain. 4. membantu murid untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, bakat, kecakapan belajar, dan kesempatan yang ada. 5. membantu murid-murid untuk mengembangkan motif-motif intrinsic dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajuan yang berarti dan bertujuan. 6. memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan. 7. mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri self acceptance. 8. membantu murid-murid untuk memperoleh keputusan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat. http:www.pdfqueen.compdfpepengertian-pelajar diakses 14052010 10:37 AM. Seperti yang telah disebutkan pada teori komunikasi massa diatas, pesan komunikasi massa ditujukan pada khalayak yang sangat luas. Herbert Blumert menyatakan 4 karakteristik khalayak komunikasi massa: 1. Berasal dari berbagai strata sosial berbeda usia, tingkat pendidikan, jabatan dan gaya hidup. 2. Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal. 3. Karena secara fisik terpisah, hanya ada kemungkinan-kemungkinan untuk interaksi dan bertukar pengalaman sehingga kecil kemungkinan terjadi kontak fisik seperti pada crowd. 4. Tidak terorganisir sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu. Khalayak media massa tersebut mempunyai kecendrungan untuk memilih pesan mana yang diinginkan menurut Barelson, Steiner, dan Klapper dalalm buku taksonomi. Konsep komunikasi yang disusun oleh Blake dan Haroldson, kecendrungan memilih pesan dalam media massa diistilahkan sebagai selective preception, selective preception meliputi :

1. Selective exposure

Kecendrungan manusia membuka diri expose pada pesan komunikasi yang sama dan sesuai dengan kebutuhan dan pendapatnya, menghindarkan komunikasi yangtidak sesuai dengan kepentingan dan pendapatnya.

2. Selective attention

Kecendrungan manusia memperhatikan pesan yang sesuai dengan minat serta kebutuhannya.

3. Selective retention

Kecendrungan manusia untuk mengingat isi pesan yang menarik serta sesuai kebutuhan serta minatnya Blake dan Haroldson, 2005:84. DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan 3 kerangka teoritis, antara lain : 1. Perpektif perbedaan individual individual differences theory. 2. Perspektif kategori sosial social category theory. 3. Perspektif hubungan sosial. Dalam perspektif perbedaan indivual individual differences theory, memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu dalam menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana memberi makna pada stimuli tersebut Rakhmat, 2003:203-204. Atas dasar pengakuan bahwa individu tidak sama perhatiannya, kepentingan,