18
siswa, serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut Suyitno, Amin, 2004: 2.
Pembelajaran matematika di sekolah perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika sekolah yaitu pembelajaran
matematika bertahap berjenjang, pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif, pembelajaran matematika mengikuti model spiral, dan
pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
2.1.5. Penilaian Hasil Belajar Matematika
Penilaian hasil belajar matematika harus dilakukan dalam rangka mengukur perkembangan hasil belajar siswa berupa pencapaian kompetensi
matematika siswa yaitu: pemahaman konsep; penalaran dan komunikasi; dan pemecahan masalah.
Indikator bahwa siswa yang memahami konsep ditunjukkan oleh kemampuan:
1 Menyatakan ulang sebuah konsep
2 Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya 3
Memberi contoh dan non contoh dari konsep 4
Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5
Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep 6
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu 7
Mengaplikasikan konsep dan algoritma ke pemecahan masalah Tim
PPPG Matematika,
2005: 78
19
Indikator keberhasilan
melakukan penalaran dan komunikasi ditunjukkan oleh kemampuan:
1 Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram
2 Mengajukan dugaan
3 Melakukan manipulasi matematika
4 Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasanbukti terhadap
kebenaran solusi 5
Menarik kesimpulan dari pernyataan 6
Memeriksa kesahihan suatu argumen 7
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
Tim PPPG
Matematika, 2005:
78 Indikator keberhasilan memecahkan masalah ditunjukkan oleh
kemampuan: 1
Menunjukkan pemahaman masalah 2
Mengorganisir data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah
3 Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat
4 Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu
masalahmenyelesaikan masalah yang tidak rutin Tim
PPPG Matematika,
2005: 78
20
2.1.6. Model Pembelajaran Ekspositori
Menurut Poerwadarminto 1999: 522 konvensional adalah menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, menerapkan model pembelajaran ekspositori.
Model pembelajaran ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal yang disertai tanya jawab. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya kepada temannya, atau dapat
diminta guru untuk mengerjakannya di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru, tetapi dominasi guru sudah
banyak berkurang Suyitno, Amin, 2004: 4. Kelemahan model pembelajaran ekspositori diantaranya sebagai berikut:
a. Kegiatan belajar mengajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima.
b. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses.
2.1.7. Model Pembelajaran
Numbered-Heads-Together
NHT
Menurut Spencer Kagan dalam Ibrahim, 2000: 18 Numbered-Heads- Together NHT yaitu suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan
struktur sederhana dan terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mengulang kembali fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi
para siswa. Menurut Mohammad Nur 2005: 2 model pembelajaran Numbered- Heads-Together NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi
21
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Model ini juga dapat digunakan untuk pemecahan
masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. Model pembelajaran Numbered- Heads-Together NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model pembelajaran Numbered-Heads-Together NHT juga mendorong siswa untuk
meningkatkan kerjasama antar siswa. Model
pembelajaran Numbered-Heads-Together NHT mempunyai
empat tahap dalam pelaksanaannya yaitu: Tahap I Penomoran
Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang. Setiap kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Tahap II Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Pertanyaan
dapat sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Tahap III Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengenai jawaban itu.
Tahap IV Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai dengan yang dipanggil oleh guru, mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Dalam memanggil suatu
nomor, guru secara acak menyebut nomor 1 sampai x x adalah banyaknya
22
siswa dalam kelompok. Anak yang terpilih dari tahap 4 adalah anak yang diharapkan menjawab untuk mewakili kelompoknya.
2.1.8. Model Pembelajaran