Prasangka sosial sendiri muncul karena didasari oleh 3 hal yaitu: a.
Etnosentrisme yaitu merasa etniknya sendiri yang paling baik b.
Terlalu mudah menganalisir perilaku etnik lain dengan pengetahuan dan pengalamannya yang terbatas
c. Cenderung memilih stereotip yang mendukung kepercayaannya tentang
hubungan dan hak-hak istimewa apa yang harus dimiliki
2.3. Teori Sikap dan Perilaku
Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, telah didefenisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih
dari tiga puluh defenisi sikap Berkowitz, 1972. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut Berkowitz,
1972, dalam Azwar, 2005: 5. LaPierre 1934 dalam Allen, Guy, dan Edgley, 1980 mendefenisikan
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sebuah penelitian awal LaPiere, 1934 dalam Severin J. Werner
Tankard W. James, 2007: 199 telah menunjukan bahwa sikap mungkin tidak banyak berhubungan dengan perilaku. Satu alasan mengapa perubahan sikap
mungkin tidak secara otomatis diikuti perubahan perilaku, menurut Festinger
Universitas Sumatera Utara
1946 adalah bahwa faktor-faktor lingkungan yang menghasilkan sikap asli biasanya akan tetap berlaku setelah sikap berubah.
Perilaku adalah respon individu atau kelompok terhadap lingkungan. dalam kacamata ilmu sosial, perilaku atau perbuatan manusia merupakan
manifestasi terhadap pola-pola hubungan, dinamika, perubahan dan interaksi yang menitikberatkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan,
serta melihat individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat keluarga, kelompok sosial, kerabat, klien, suku, ras, bangsa www.conflict resolution
training.com. Teori sikap dan perilaku ini awalnya diformulasikan oleh Fishbein
Ajzen 1975 dengan nama Theory of Reasoned Action TRA. Sebelum membahas lebih lanjut, penelitian ini diawali dengan paparan mengenai TRA.
Penelitian ini akan terlebih dahulu memaparkan TRA Theory of Reasoned Action.
Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 Jogiyanto, 2007. Teori ini disususn menggunakan asumsi dasar bahwa
manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen 1980 menyatakan bahwa niat
seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap attitude towards behavior dan
yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif subjective
Universitas Sumatera Utara
norms. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi
TRA ini dengan keyakinan beliefs. Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku behavioral beliefs, sedangkan norma subjektif
berasal dari keyakinan normatif normative beliefs. Secara skematik TRA digambarkan seperti skema berikut ini:
Gambar 2.2. Theory of Reasoned Action Teori Tindakan Beralasan Fishbein Ajzen, 1980 dalam Brehm Kassin, 1990
Untuk tidak sekedar memahami, tapi juga dapat memprediksi perilaku, Icek Ajzen, Martin Fishbein mengemukakan Teori Tindakan Beralasan theory of
reasoned action Ajzen Fishbein, 1980 dalam Brehm Kassin, 1990; Ajzen, 1988. Dengan mencoba melihat atesenden penyebab perilaku volisional perilaku
yang dilakukan atas kemauan sendiri, teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi; a bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal;
b bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada; c bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan
mereka.
Sikap terhadap
perilaku
Norma- norma
subjektif Intensi untuk
berperilaku Perilaku
Universitas Sumatera Utara
Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Ke
dua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif subjective norms yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita perbuat. Ke tiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Dari Gambar 2, tampak bahwa intensi merupakan fungsi dari determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku merupakan aspek personal dan
persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan yang disebut dengan norma subjektif.
Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memendang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa
orang lain ingin agar ia melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN