BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Dalam mendeskripsikan lokasi penelitian, baik mengenai kondisi geografis maupun demografisnya, penulis menggunakan data-data Kota Medan tahun 2008.
Data tersebut penulis kutip dari buku Medan Menuju Kota Metropolitan Yayasan Potensi Pengembangan Daerah, Medan, 1979 Kota Medan dan situs Situs web
resmi: http:www.pemkomedan.go.id serta situs wikipedia ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia.
3.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun
1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli.
Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-
besaran. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi
besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan
perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang- orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama.
Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25
tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.
Pada tahun 1998, dari 4 hingga 7 Mei, Medan dilanda kerusuhan besar yang menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan besar yang kemudian terjadi di
sepanjang Indonesia, termasuk Peristiwa Mei 1998 di Jakarta seminggu kemudian. Dalam kerusuhan yang terkait dengan gerakan Reformasi ini, terjadi
pembakaran, perusakan, maupun penjarahan yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan.
Saat ini kota Medan telah kembali berseri. Pembangunan sarana dan prasarana umum gencar dilakukan. Meski jumlah jalan-jalan yang rusak,
berlobang masih ada, namun jika dibandingkan dahulu, sudah sangat menurun. Kendala klasik yang dihadapi kota modern seperti Medan adalah kemacetan
akibat jumlah kenderaan yang meningkat pesat dalam hitungan bulan, tidak mampu diimbangi dengan peningkatan sarana jalan yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Kondisi Geografis Kota Medan