Toksisitas Logam Berat Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

tinggi di akhir musim panas dan musim gugur dibandingkan pada musim dingin dan musim semi. Sedangkan pada sapi, nilainya paling tinggi selama bulan-bulan paling dingin dan paling rendah selama bulan-bulan terhangat ditahun tersebut. Perbedaan nilai ini dapat pula terjadi akibat kesalahan teknik terutama yang disebabkan oleh metode pengambilan darah, tipe dan konsentrasi antikoagulan serta metode yang dipakai untuk determinasi perhitungan SDM dan SDP, konsentrasi HB dan HCT Aliambar, 1999.

2.7.4 Hemoglobin

Hemoglobin HB adalah pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah vertebrata, yang merupakan suatu protein yang kaya akan zat besi. Konsentrasi hemoglobin normal pada manusia dewasa adalah 14-16 gdl darah atau rata-rata 15 gram setiap 100 ml arah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen Pearce, 2006. Dan diperkirakan terdapat kira-kira 750 gram hemoglobin dalam seluruh darah yang beredar. Hemoglobin HB sangat penting untuk mempertahankan kehidupan sebab ia membawa dan mengirim oksigen ke jaringan-jaringan. Sekitar 400 juta molekul hemoglobin ada dalam sel darah merah dan meliputi 95 dari berat keringnya. Sedangkan sintesis hemoglobin dan proses destruksinya seimbang dalam kondisi fisiologis dan adanya gangguan pada salah satunya dapat menimbulkan gangguan hematologis yang nyata Aliambar 1999. Hemoglobin mengandung senyawa protein yang berisi globin dan heme. Setiap gram hemoglobin berisi 3,34 mg zat besi dan membawa 1,34 ml oksigen. Setiap molekul hemoglobin berisi 4 heme unti masing-masing bergabung dengan satu rangkaian globin yang mempunyai residu asam amino. Hemoglobin dilepaskan dalam bentuk bebas bila terjadi hemolisis sedangkan batas antara hemoglobin dan stroma sel darah merah mengalami kerobekan yang disebabkan oleh agen penyebab hemolisis. Kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi. Sedangkan kadar tinggi menunjukkan bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress Wells, 2005 dalam Kuswardani, 2006. III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan selama 3 tiga bulan dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2011. Untuk analisis gambaran darah dan glukosa darah dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan LKI Departemen Budidaya Perairan ,Institut Pertanian Bogor.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu : uji akut dan uji sub kronis. Ikan uji yang digunakan adalah juvenil ikan kerapu macan Epinephelus fuscogutattus berukuran 6-7 cm yang diperoleh dari Balai Benih Situbondo Jawa Timur sedangkan pakan yang digunakan adalah pelet komersil dan logam berat timbal yang digunakan adalah timbal nitrat PbNO 3 2 yang diperoleh di toko Setia Guna Bogor. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini berupa akuarium 20 x 20 x 30 cm, ukuran 30 x 30 x 30 cm, refraktometer, DO meter, pH meter, termometer dan gelas ukur.

3.3 Uji Akut

Uji akut dilakukan berdasarkan konsentrasi yang diperoleh pada uji nilai kisaran kemudian ditentukan konsentrasi untuk perlakuan uji akut berdasarkan deret angka sebagai berikut: Perlakuan A = Tanpa Perlakuan timbal Perlakuan B = 20 ppm Perlakuan C = 40 ppm Perlakuan D = 80 ppm Perlakuan E = 160 ppm Pada tahap ini digunakan 150 ekor hewan uji dengan kepadatan ikan uji 10 ekor dalam setiap unit percobaan dengan 3 kali ulangan. Selama uji akut pada akuarium diberi aerasi kecil, feses dan sisa pakan di dasar akuarium disipon setiap hari. Pengamatan terhadap tingkah laku dan mortalitas ikan uji dilakukan setiap 2 jam selama 24 jam kemudian dilanjutkan tiap 6 jam selama 96 jam. Indikator pengamatan tingkah laku ikan uji yaitu gejala Ram Jet Ventilation mulut terbuka secara terus menerus, dan tutup ikan terabduksi, frekuensi pernapasan yaitu gerak membuka dan menutup insangmulut per menit perhitungan dimulai 30 menit setelah pemberian bahan uji, dan selanjutnya dibandingkan dengan kontrol, pola gerak renang dan refleksi normal, diam di dasar, ke permukaan, tidak seimbang, terkejut-kejut atau kehilangan gerak reflex dan perubahan warna sisik. Penghitungan gerak operculum akan dimulai 30 menit setelah pemberian bahan uji, penghitungan akan dilakukan selama 1 menit dan diulangi setiap 10 menit sampai menit ke 30. Pengukuran kualitas air media pada setiap unit percobaan dilakukan pada jam ke-0, 24, 48, 72 dan ke-96.

3.4 Uji sub-kronik

Penelitian ini akan dilakukan untuk melihat pengaruh konsentrasi timbal terhadap tingkat konsumsi oksigen TKO, Kondisi hematologi, Kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan. Uji ini dilakukan dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu : Perlakuan A = Tanpa timbal sebagai kontrol Perlakuan B = 1 dari LC 50 -96 jam Perlakuan C = 5 dari LC 50 -96 jam Perlakuan D = 10 dari LC 50 -96 jam Pada tahap ini digunakan ikan uji sebanyak 240 ekor dengan masing- masing unit sebanyak 20 ekor. Percobaan dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL, Uji pengaruh logam timbal ini dilakukan selama 30 hari. Variabel yang diamati adalah : Tingkat Konsumsi Oksigen, glukosa darah, respon hematologi hematokrit, hemoglobin, eritrosit dan leukosit, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, kandungan logam berat timbal dalam daging ikan dan air laut serta pengukuran parameter kualitas air.

Dokumen yang terkait

The Effects of Home Gardening Utilization and Extension on Vegetables Consumption and Nutrient Intake

0 3 165

Physiological Responses of Tiger grouper Juveniles Epinephelus fuscoguttatus as effect of utilisation of Lemon Grass Oil in Sealed Transportation with high Density

2 20 92

Study On The Toxicity of Nickel to Oxygen Consumption, Haematological and Histopathological Condition and Secondary Stress of Juvenile Milkfish Chanos chanos [Forsskal] Juvenile

1 11 120

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

0 6 96

Fish Farmer’s Attitude Based on Production Risk of Tiger Grouper, Epinephelus fuscoguttatus Growing in Floating Net Cages in Lampung Gulf | Tajerin | Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 36 16 1 PB

0 0 8

Immunocytochemical Study on Blood and Organ Suspension of Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Infected with Field Isolate of Viral Nervous Necrosis | Lestari | Jurnal Sain Veteriner 5426 11269 1 PB

0 0 8

mn149a hatchery management of tiger grouper epin 11814

1 2 72

Degree of Compaction and its effects on

0 0 9

Keywords: Tiger Grouper, Sawdust and Dry Transportation Systems PENDAHULUAN - UJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING

0 0 7

EFFECTS OF VITAMIN C IN HIGH-ENERGY FEEDS ON GROWTH AND SURVIVAL RATE OF TIGER GROUPER SEEDS (Epinephelus fuscoguttatus)

0 0 7