Jarak Antar Waktu Penelitian Terdahulu yang Relevan

12 biaya penyimpanan bahan Assauri, 2004. Dengan adanya persediaan pengaman maka tingkat titik pemesanan kembali sebagai berikut: SS dxL ROP + = Dimana: ROP = Reorder point unit d = Pemakaian bahan baku per hari unithari, pemakaian bahan baku tahunan: jumlah hari kerja tahun L = Lead time untuk pemesanan baru hari SS = Safety stock atau persediaan pengaman unit Penetapan safety stock dapat dilakukan perusahaan berdasarkan jumlah permintaan yang mungkin terjadi selama waktu keterlambatan yang dapat ditoleransi perusahaan.

2.6. Jarak Antar Waktu

Jarak antar waktu pesan adalah selisih waktu saat pemesanan yang satu dilakukan dengan pemesanan berikutnya Baroto, 2002. Jarak waktu antar pesanan dapat dihitung dengan rumus: D WQ T = Dimana: T = Jarak Waktu Antar Pesanan W = Jumlah Hari Kerja dalam Setahun Q = Jumlah Pesanan Ekonomis D = Jumlah Permintaan dalam Setahun

2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Resisca 2009 mempelajari sistem pengendalian persediaan bahan baku mie instan di PT Jakarana Tama. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan untuk bahan baku mie instan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis terhadap model pengendalian persediaan yang lebih efektif merupakan fokus utama penelitian ini. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa metode EOQ merupakan alternatif metode yang tepat untuk diterapkan perusahaan. Hal ini dikarenakan total biaya 13 persediaan yang muncul dengan perhitungan EOQ lebih rendah dari total biaya persediaan dengan metode perusahaan. Penghematan yang dapat dilakukan dengan menerapkan metode EOQ adalah Rp. 11.282.508. Akhdemila 2009 melakukan analisis pengendalian persediaan darah pada Palang Merah Indonesia PMI unit tranfusi darah cabang kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sistem pengendalian persediaan pada unit tersebut, selanjutnya diidentifikasi karakteristik penerimaan dan pemakaian darah. Peneltian ini menjadikan penetapan tingkat persediaan optimal sebagai fokus utama penelitian. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sistem pengendalian persediaan PMI UTDC masih sangat sederhana. Penelitian ini memberikan hasil bahwa pada tahun 2008 penerimaan golongan darah O rata-ratanya adalah 38 kantong per minggu, golongan darah B penerimaan rata-ratanya adalah 33 kantong per minggu, golongan darah A rata-rata penerimaannya 22 kantong, dan golongan darah AB rata-rata penerimaan sebanyak 5 kantong per minggu. Sedangkan pemakaian rata-rata untuk masing-masing darah, yaitu golongan darah O 28 kantong per minggu, golongan darah B 28 kantong per minggu, golongan darah A 20 kantong per minggu, dan golongan darah AB 4 kantong per minggu. Penelitian ini juga didapatkan lead time selama 6 hari. Untuk safety stock golongan darah O sebesar 37 kantong, golongan darah B sebanyak 46 kantong darah, golongan darah A sebanyak 35 kantong, dan golongan darah AB sebanyak 16 kantong. Yusi 2010 melakukan analisis perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada UKM Waroeng Cokelat Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mempaelajari sistem pengadaan dan sistem pengendalian bahan baku di Waroeng Cokelat, meramalkan tingkat permintaan produk Waroeng Cokelat, dan menghitung tingkat persediaan yang optimal bagi perusahaan serta mengevaluasi tingkat biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi Waroeng Cokelat. Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis ABC pada bahan baku yang terdiri dari 15 jenis bahan. Bahan baku yang termasuk klasifikasi A diramalkan dan selanjutnya dilakukan analisis manajemen persediaan dengan metode EOQ. Perbandingan dilakukan antara metode perusahaan dengan metode EOQ. hasil analisis perbandingan menghasilkan penghematan sebesar Rp 65.891 jika 14 perusahaan melakukan perencanaan dan pengendalian persediaanya dengan metode EOQ. 15

III. METODE PENELITIAN