11
“semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan samapai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan..”.
Sumber daya perikanan dikelompokan ke dalam empat kelompok berdasarkan beberapa pemanfaatan sumber daya hayati sebagai mana terlihat pada
Tabel 1 berikut. Kolom satu pada Tabel 1 di bawah ini menggambarkan tipologi pemanfaatan berdasarkan proses eksploitasi, mobilitas sumber daya, struktur
kepemilikan dan klasifikasi sektor atau kelompok kegiatan Fauzi,2010.
Tabel 1. Matriks pemanfaatan sumber daya perairan
Proses Eksploitasi Hunting
berburu Gathering
mengumpulkan Husbandry Farming
Mobilitas Sumberdaya
Furgitive bergerak
Sedentary menetap
Contained dikendalikan
Struktur hak
kepemilikan Common
property Private property
Klasifikasi sektor Fishing
Aquaculture
Sumber : Ekonomi Perikanan Fauzi, 2010.
2.1.1. Tipologi Nelayan
Nelayan dibedakan menjadi empat kategori yang didasarkan sifat dan latar belakang kegiatan penangkapan perikanan tertentu Charles, 2001.
1. Subsistence fishers : menangkap sumberdaya perikanan hanya untuk
sumber makanan nya sendiri. 2.
Nativeindigenousaboroginal fishers : kelompok penduduk asli yang sering menangkap untuk menyambung kehidupan.
12
3. Recreational fishers : menangkap ikan hanya untuk kesenangan saja.
4. Commercial fishers : menangkap ikan untuk dijual baik pasar domestik
atau pasar ekspor.
2.1.2 Klasifikasi Sumber Daya Perikanan Tangkap
Sumberdaya perikanan sama seperti sumber daya pertambangan ada batasnya, namun berbeda dengan sumber daya produk pertambangan seperti
minyak bumi, sumberdaya perikanan memiliki daya reproduksi atau bersifat dapat diperbaharui, sehingga apabila dikelola dengan baik maka akan dapat digunakan
secara berkesinambungan. Dengan kata lain, apabila dilakukan pengelolaan terhadap sumber daya perikanan secara tepat, maka akan dapat memasok protein
hewani secara stabil. Pada saat yang sama, juga memiliki kontribusi ekonomi dan sosial yang besar seperti pengembangan sektor produk perikanan, penciptaan
lapangan kerja, yang jelas akan memberikan dampak pada pengurangan jumlah
kemiskinan KKP, 2009.
Ada dua rezim pengelolaan sumber daya perikanan yaitu rejim akses terbuka open access regime dan rejim pengelolaan secara terpusat centrally
planned management. Perbedaan kedua rejim ini terletak pada terkontrol tidaknya pengelolaan sumber daya dan bebas tidaknya nelayan melakukan
ekpansi penangkapan ikan baik secara teknologi, hari menangkap ikan maupun daerah penangkapan. Akses terbuka seringkali disamakan dengan milik bersama
common property namun keduanya memiliki arti yang sangat berbeda. Sumber daya milik bersama dapat saja pemanfaatannya terkelola dengan baik karena
memang ada yang memilikinya atau kepemilikan bersama co-owners. Di luar dari kelompok pemilik, pemanfaatan sumber daya tidak dapat diikutkan, akan
13
tetapi menimbulkan kesukaran bagi kelompok pemilik sumber daya exlusion. Sedangkan sumber daya akses terbuka tidak dimiliki oleh siapapun, maka tidak
ada yang bisa mengeluarkan seseorang dari mengkonsumsi suatu sumber daya sehingga lebih sering tidak tertata dalam pemanfaatannya Fox, 1992 dalam
Alimudin, 2006.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan sumber daya perikanan, tidak dapat terlepas dari pengelolaan system dinamik, karena
bagaimanapun, sumber daya perikanan merupakan sumber daya yang dinamis. Sumber daya perikanan adalah asset capital yang dapat bertambah dan berkurang
baik karena alamiah maupun intervensi manusia. Seluruh dinamika alam dan intervensi manusia ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
terhadap kondisi sumber daya perikanan tersebut sepanjang waktu Fauzi, 2005.
Pada awalnya, perikanan dikelola berdasarkan faktor biologi semata, dengan pendekatan Maximum Sustainable Yield MSY. Inti pendekatan ini
adalah bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasitas produksi surplus, sehingga apabila surplus ini dipanen tidak
lebih tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan. Namun pendekatan ini ternyata tidak dapat menjawab
permasalahan yang ada, sebab aspek sosial-ekonomi pengelolaan sumber daya
alam tidak dipertimbangkan sama sekali Fauzi, 2006.
Conrad dan Clark 1987 dalam Fauzi 2006 menyatakan bahwa
kelemahan pendekatan MSY antara lain :
1. Tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa
mengarah ke pengurangan stok.
14
2. Didasarkan pada konsep keseimbangan semata sehingga tidak berlaku
pada kondisi tidak seimbang. 3.
Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen 4.
Sulit diterapkan pada kondisi di mana perikanan memiliki ciri ragam jenis. Industri perikanan tangkap merupakan industri dengan sumber daya yang
memiliki akses terbuka sehingga dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Sifat industri perikanan yang terbuka tersebut mengakibatkan tidak adanya hambatan bagi
pelaku usaha untuk masuk dan keluar dari industri tersebut. Selain itu, tidak ada pula hambatan untuk mengeksploitasi sebanyak mungkin sumber daya perikanan
yang tersedia. Sumber daya perikanan merupakan sumber daya terbarukan. Sehingga jumlah stok ikan di laut sebenarnya akan terus berkembang hingga batas
daya dukung lingkungannya. Namun, laju penambahan jumlah populasi ikan tersebut sangat tergantung pada faktor internal ikan tersebut serta faktor eksternal
lingkungannya. Selain dua hal tersebut, faktor manusia sebagai pelaku yang mengambil manfaat dari sumber daya perikanan, akan sangat mempengaruhi.
Perilaku manusia dalam mengeksploitasi sumber daya perikanan akan turut mempengaruhi jumlah stok ikan yang berada di laut. Laju pertumbuhan populasi
akan terus meningkat dan akan menurun setelah mencapai titik optimum pertumbuhannya, sedangkan perilaku manusia dalam mengekstraksi perikanan
akan terus meningkat selama pelaku usaha masih melihat adanya keuntungan dari kegiatan penangkapan ikan. Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi ekonomi karena
pelaku usaha tidak mendapatkan keuntungan yang optimum dari kegiatan ekstraksi sumber daya perikanan. Dengan melihat kondisi sumber daya perikanan
dan perilaku pelaku usaha yang terus berupaya untuk memaksimumkan hasil
15
tangkapan, perlu dilakukan pengelolaan perikanan supaya tetap lestari dan memberikan hasil yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan terebut perlu
dilakukan pembatasan baik dari sisi output maupun input. Beberapa pembatasan dari sisi input dan output yang bisa dilakukan menurut pendapat beberapa ahli
pengelolaan perikanan antara lain : 1.
Input Control, yaitu pengaturan jumlah effort usaha yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan meliputi :
a. Limmiting entry, yaitu membatasi jumlah nelayan yang dapat
melakukan penangkapan ikan. b.
Limmiting capacity per vessel, yaitu membatasi jenis serta ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan.
c. Limmiting time and location, yaitu membatasi waktu dan lokasi
penangkapan ikan. 2.
Output Control, yaitu pembatasan hasil tangkapan setiap nelayan. Meliputi:
a. Total Allowable Catch TAC, yaitu batasan jumlah ikan maksimum
yang dapat ditangkap oleh seluruh nelayan per tahun b.
Individual Quotas, yaitu pemberian kuota penangkapan ikan kepada setiap individu yang melakukan penangkapan ikan
c. Community Quotas, yaitu pemberian kuota penangkapan ikan kepada
suatu kelompok. Metode tradisional yang sering digunakan dalam kebijakan perikanan yang
bersifat nonexclusive. Sebagai contoh Clark, 1985 :
16
1. Vassel and gear restriction, yaitu karakteristik fisik dari kapal dan alat
tangkap tipe, ukuran, dimensi, dll. 2.
Time and place restriction, seperti musim, waktu dan area dalam penangkapan.
3. Catch restriction, seperti pembatasan spesies, ukuran, jenis kelamin yang
dapat ditangkap dan dipertahankan ; restriction on by-catches, incidental kills, discards.
4. TACs : Total kuota berdasarkan spesies dan area dimana penangkapan
menjadi tertutup ketika kuota telah terpenuhi. 5.
Quality controls, seperti penggunaan es, pendingin, dan pra penyajian ; penangan ikan.
2.1.3 Sumber Daya Rajungan