Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 51
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
Diagram 3.18 Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Pendukung Siklus Hara nutrient
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Olah Data, 2016
Pendukung siklus hara nutrient di Kabupaten Grobogan, mayoritas didominasi oleh kelas sedang dengan persentase 65 dan keles tinggi 28. Dominasi kelas sedang ini
mengindikasikan bahwa Kabupaten Grobogan memiliki kualitas pendukung siklus hara nutrient yang cukup baik.
C. Produksi Primer Layanan ekosistem pendukung produksi primer ini mencakup aspek produksi oksigen,
dan penyediaan habitat spesies. Tujuan dari analisis daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup pada layanan ekosistem pendukung produksi primer yaitu menjaga konservasi hutan, tanah dan air, mengelola daerah aliran sungai DAS yang ada, serta
mengendalikan kerusakan hutan yang ada.
Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 52
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
Peta 3.19 Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Pendukung Produksi Primer
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Olah Data, 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tersebut, pendukung produksi primer dengan kelas tinggi banyak terdapat di Kabupaten
Grobogan bagian barat laut dan tengah. Untuk pendukung produksi primer kelas sedang, tersebar di Kabupaten Grobogan bagian selatan dan utara. Berikut persentase kelas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup pendukung produksi primer di Kabupaten Grobogan :
Diagram 3.19 Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Pendukung Produksi Prmer
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Olah Data, 2016
Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 53
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
Daya dukung lingkungan hidup pendukung produksi primer di Kabupaten Grobogan mayoritas pendukung produksi primer kelas tinggi sebesar 44 dan sedang 42. Dominasi
kelas ini tentunya mengindikasikan bahwa Kabupaten Grobogan memiliki potensi pada bidang pendukung produksi primer meliputi produksi oksigen dan penyediaan habitat
spesies.
D. Biodiversitas Layanan ekosistem biodiversitas ini mencakup aspek habitat perkembangbiakan flora
dan fauna daratan, lautan dan ekosistem akuatik lainnya. Tujuan dari analisis daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup pada layanan ekosistem biodiversitas yaitu menjaga kelestarian ekosistem dan konservasi hayati yang ada.
Peta 3.20 Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Pendukung Biodiversitas
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Olah Data, 2016
Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 54
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
Peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek pendukung biodiversitas, daerah yang memiliki mendukung biodiversitas dengan dengan kelas tinggi berada di
Kabupaten Grobogan bagian selatan dan timur laut seperti di Kecamatan Kedungjati, Kecamatan Karangayung, Kecamatan Geyer, Kecamatan Pulokulon, Kecamatan Kradenan,
Kecamatan Gabus, Kecamatan Wirosari, dan Kecamatan Ngaringan. Sedangkan untuk kelas sedang terletak di Kabupaten Grobogan bagian tengah dan barat laut seperti di
Kecamatan Gubug, Kecamatan, Tegowanu, Kecamatan Godong, Kecamatan Penawangan, Kecamatan Purwodadi, dan lain sebagainya. Untuk kelas rendah hanya terdapat di
sebagian kecil wilayah Kabupaten Grobogan. Berikut persentase persentase kelas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup pendukung biodiversitas di Kabupaten
Grobogan :
Diagram 3.20 Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup Pendukung Biodiversitas
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Olah Data, 2016
Sebanyak 49 lahan Kabupaten Grobogan memiliki daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup pendukung biodiversitas dengan kelas sedang, dan 37 dengan kelas tinggi. Sedangkan untuk kelas rendah sebesar 14. Hal ini berarti bahwa Kabupaten
Grobogan cukup potensial dalam mendukung keanekaragaman hayati dan ekosistem yang ada.
Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 55
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
ANALISIS ISU STRATEGIS 1.
Kemiskinan dan Pengangguran
Rendahnya kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Grobogan ditunjukkan dengan kondisi Indeks Pembangunan Manusia IPM. Indeks pembangunan Manusia adalah
angka yang digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan sumberdaya manusia di suatu wilayah. Unsur pembentuk IPM terdiri dari tiga bidang yaitu kesehatan, pendidikan
dan perekonomian. Indikator dari bidang kesehatan yaitu usia harapan hidup, sedangkan indikator dari bidang pendidikan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,
sementara dari bidang perekonomian indikator yang dipergunakan yaitu rata-rata pengeluaran perkapita.
Perkembangan IPM di Kabupaten Grobogan dalam periode 2011-2014 trennya menunjukkan peningkatan. Tahun 2010 IPM Kabupaten Grobogan sebesar 64,56,
meningkat menjadi 67,77 pada tahun 2014. Kinerja perkembangan IPM Kabupaten Grobogan sejalan dengan peningkatan perkembangan IPM di Provinsi Jawa Tengah yang
meningkat dari 66,08 menjadi 68,78 pada tahun 2014. Akan tetapi, ditahun 2014 perkembangan IPM Kabupaten Grobogan sedikit melambat. Selengkapnya dapat dilihat
pada gambar berikut.
Sumber: BPS Kab. Grobogan Tahun 2015
Berdasarkan posisi relatifnya, capaian IPM Kabupaten Grobogan pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan capaian KabupatenKota lain posisinya ada di kelompok
menengah, yakni peringkat 17 dari 35 kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah. Akan tetapi, jika dibandingkan IPM Provinsi Jawa Tengah, IPM Kabupaten Grobogan yang sebesar
67,77, masih berada di bawah IPM Provinsi Jawa tengah yang sebesar 68,78. Sementara itu, jika dibandingkan Kabupaten sekitar, IPM Kabupaten Grobogan sudah lebih baik dari
Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 56
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
IPM Kabupaten Rembang, Blora dan Pati. Posisi relatif IPM Kabupaten Grobogan selengkapnya dapat dilihat pada gambarberikut ini.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Grobogan menunjukkan pelambatan dalam dua tahun terakhir 2013-2014. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Grobogan pada tahun 2014
sebesar 4,03, masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 4,52 dan nasional sebesar 5,02. Selain itu pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Grobogan menjadi nomor 2 terendah di Provinsi Jawa Tengah. Dampak yang ditimbulkan dari perlambatan ekonomi sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri
karena persoalan daya saing yang masih kurang. Sementara itu, tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat juga mengalami penurunan karena harga jual yang meningkat.
Kemiskinan menjadi isu yang penyelesaiannya memerlukan penanganan multi sektor. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Grobogan masih menjadi isu strategis dalam
penyelenggaraan urusan pembangunan. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Grobogan dalam lima tahun terakhir 2010-2014 trennya sudah menunjukan penurunan. Namun jika dilihat
dari jumlahnya, penduduk miskin masih menunjukkan jumlah yang tinggi. Jumlah penduduk miskin selama empat tahun terakhir selalu mengalami penurunan. Kondisi tersebut dapat
dilihat dari tingkat kemiskinan pada tahun 2010 sebesar 17,86, berurutan mengalami penurunan menjadi 17,38 di tahun 2011, sebesar 16,13 di tahun 2012, sebesar 14,87
di tahun 2013 dan sebesar 13,86 ditahun 2014. Penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Grobogan sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan Provinsi dan Nasional.
Tingkat kemiskinan Kabupaten Grobogan pada tahun 2014 adalah 13,86, masih lebih besar dibandingkan dengan rata-rata nasional 10,96 dan ProvinsiJawa Tengah
13,58.Dibandingkan dengan wilayah sekitar, tingkat kemiskinan Kabupaten Grobogan lebih tinggi dari Kabupaten Blora 13,66, Kudus 7,99, Pati 12,06 dan Boyolali
12,36. Capaian ini hanya lebih rendah dari Kabupaten Sragen 14,87.
Laporan Akhir KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021
III - 57
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN GROBOGAN
2. Pelayanan Dasar dan Infrasruktur