Karakteristik Pekerja Pengangkut Sampah di Kota Medan

sikap hidup. Menurut Bustan dalam penelitian Sembiring 2011, kelompok umur dalam suatu jenis pekerjaan penting untuk diketahui karena berkaitan dengan ancaman terhadap suatu penyakit karena biasanya orang dewasa lebih kebal terhadap penyakit dibandingkan kelompok umur remaja. Disamping itu, pada umumnya pekerja-pekerja muda cenderung bekerja kurang hati-hati dan jarang menggunakan peralatan pelindung diri dibandingkan pekerja yang telah berpengalaman. Berdasarkan jenis kelamin responden, terlihat bahwa semua responden 42 orang 100 berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan bahwa dalam pengelolaan sampah di Kota Medan hanya laki-lakilah yang diizinkan untuk melakukan pengangkutan sampah sedangkan perempuan tidak ditemukan pada bagian ini. Namun pada bagian pengelolaan lainnya, pekerja perempuan bisa saja dijumpai seperti pada penyapu jalan. Berdasarkan lama bekerja responden seperti yang terlihat dari hasil penelitian, yang terbanyak adalah dengan lama bekerja 3-6 tahun sebanyak 16 orang 38.1. Hal ini kemungkinan terjadi karena pekerja pengangkut sampah yang terbanyak juga tidak berada pada kelompok umur remaja dan tua. Dengan kata lain, pekerja pengangkut sampah yang berada pada kelompok umur remaja tidak bertahan lama bekerja sebagai pekerja pengangkut sampah dikarenakan mereka yang masih berkeinginan mencari pekerja lain yang lebih pantas menurut mereka. Sedangkan pada kelompok umur tua, dikarenakan oleh faktor usia dan tenaga juga memungkinkan mereka tidak bertahan lama bekerja sebagai pekerja pengangkut sampah. Menurut Achmadi dalam penelitian Chahaya S. 2005, pengalaman kerja bagi seseorang akan berpengaruh terhadap pemaparan bahan polutan. Semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki seseorang maka ia akan lebih berhati-hati terhadap kemungkinan dampak negatif dari pekerjaannya. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan responden, tamat SMP ada sebanyak 16 orang 38.1 dan tamat SMA ada sebanyak 23 orang 54.8. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat manganggap penting dan telah memiliki kesadaran dalam menyelesaikan pendidikan minimal sembilan tahun tanpa memandang jenis pekerjaan yang akan dijalaninya. Menurut Notoatmodjo 2003 bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya yang merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Dengan demikian, pekerja pengangkut sampah dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat memperkecil terjadinya risiko gangguan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian alat pelindung diri pada responden pakerja pengangkut sampah tertinggi berada pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 34 orang 81.0. Kategori tidak memenuhi syarat yang dimaksudkan adalah jika responden, pada saat menjawab pertanyaan kuesioner yang berjumlah 16 pertanyaan, memiliki jawaban yang benar 80 atau dengan skor 38 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang pemakaian alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri yang tidak memenuhi syarat dimungkinkan oleh karena masih rendahnya tingkat kesadaran responden dan juga ketersedian yang kurang dan tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja pengangkut sampah dan juga bahan dan jenis alat pelindung diri yang kurang tepat Penelitian menunjukkan personal hygiene responden berada pada kategori baik 97.6. Kategori baik yang dimaksud adalah jika responden, pada saat menjawab pertanyaan kuesioner yang berjumlah 9 pertanyaan, memiliki jawaban yang benar ≥ 80 atau memiliki skor ≥ 22 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang personal hygiene. Personal hygiene responden berkategori baik dimungkinkan oleh karena pekerja pengangkut sampah telah memiliki pengetahuan terhadap hal tersebut. Bekerja sebagai pekerja pengangkut sampah memiliki risiko tinggi untuk mengalami kecacingan, penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kecacingan yaitu sebanyak 33 orang 78.6, jenis cacing yang menginfeksi adalah Ascariasis lumbricoides 23 54.8 dan Trichuris trichiura 10 23.8.

5.2. Alat Pelindung Diri dan Kejadian Kecacingan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada 8 responden 19.0 dengan alat pelindung diri yang memenuhi syarat dan tidak mengalami kecacingan. Sedangkan ada 33 responden 81.0 dengan alat pelindung diri yang tidak memenuhi syarat yang mengalami kecacingan dan 1 responden 2.4 dengan alat pelindung diri tidak memenuhi syarat dan tidak mengalami kecacingan. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95 atau α = 0.05 didapat nilai p = 0.00. Artinya ada hubungan bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan kecacingan pada pekerja pangangkut sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I. Hal ini sejalan dengan penelitian Widada 2001 yang menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara pemakaian alat pelindung diri dengan intensitas infeksi cacing perut. Kedekatan para pekerja pengangkut sampah tersebut dengan sampah menyebabkan mereka berisiko terhadap infeksi berbagai organisme yang dapat menyebabkan penyakit yang salah satunya adalah infeksi cacing. Dari hasil pemeriksaan kecacingan pada feses responden, yang dilakukan di laboratorium, didapati bahwa 33 responden yang mengalami kecacingan, dengan kecacingan jenis cacing Ascaris lumbricoides cacing gelang dan Trichuris trichiuria cacing cambuk yang merupakan jenis cacing dari golongan filum Nemathelmintes dan masuk dalam kelompok nematode usus. Cacing ini hidup di usus dan penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang masuk ke dalam usus. Menurut penelitian Chandra 2006 terhadap pekerja pengangkut sampah Kota Surakarta diketahui bahwa terdapat jalur pemajanan riel untuk kejadian kecacingan yang disebabkan oleh cacing Ascariasis lumbricoides dan Tricuris trichiuria juga terdapat pemajanan potensial untuk kejadian kecacingan yang disebabkan oleh cacing Anclystoma duodneale. Hal ini diketahui dikarenakan bahwa perilaku pekerja pengangkut sampah dalam membersihkan diri cukup baik serta pemakaian sepatu dan pekaian tertutup sebagai APD cukup tinggi 50,

Dokumen yang terkait

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

3 13 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 14

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 2

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 3 6

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 43

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 3

Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014

0 2 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014

0 0 18

HUBUNGAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA PEKERJA PENGANGKUT SAMPAH DI WILAYAH I KOTA MEDAN TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 12