24
pengaruh negatif terhadap permintaan impor itu sendiri. Dimana apabila nilai tukar semakin mahal terhadap mata uang lain Rupiah melemah maka akan
berpengaruh terhadap kenaikan harga, yang akan berpengaruh lanjut terhadap penurunan permintaan impor dan sebaliknya.
2.1.5 Proteksi Perdagangan Internasional
Proteksi perdagangan internasional adalah langkah-langkah pemerintah dalam perpajakan atau peraturan-peraturan impor yang mengurangi kebebasan
perdagangan luar negeri. Proteksi secara umum ditujukan sebagai tindakan untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap persaingan barang impor di pasaran
dalam negeri. Secara luas perlindungan ini juga mencakup untuk promosi ekspor Halwani, 2002:101. Beberapa bentuk proteksi secara umum antara lain kuota,
perdagangan oleh pemerintah State Trading Practices, kontrol devisa Exchande Control
dan larangan impor Import Prohibition. Proteksi perdagangan internasional khususnya impor biasanya dibedakan atas dua jenis , yaitu:
a. Tarif Tarif merupakan salah satu instrumen dari kebijakan perdagangan luar
negeri yang membatasi arus perdagangan internasional yang merupakan suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah pabean Tambunan, 2004:328.
Daerah pabean adalah suatu daerah geografi , dimana barang-barang bebas bergerak tanpa dikenai cukai bea pabean atau wilayah perdagangan bebas
misalnya dalam AFTA Asean Free Trade Area dan CAFTA China-Asean Free Trade Area
.
Universitas Sumatera Utara
25
Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada dua macam tarif, yaitu tarif impor dan tarif ekspor. Tarif impor import tariff adalah pajak yang dikenakan untuk
setiap komoditi yang diimpor dari negara lain dan tarif ekspor export tariff adalah pajak untuk suatu komoditi ekspor. Berdasarkan tujuannya, kebijakan tarif
impor import duty atau import tariff dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a tarif proteksi, yaitu merupakan pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk
mencegah atau membatasi barang tertentu, b tarif revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara.
Gambar 2.3 merupakan suatu ilustrasi surplus produsen dan surplus konsumen sehubungan dengan adanya kebijakan pemerintah tarif impor. Kurva
permintaan dan kurva penawaran domestik adalah D dan S, dan kurva penawaran pasar dunia adalah S
w
. Tarif impor ditetapkan antara harga dunia P
w
dan harga domestik P
e.
Penetapan tarif impor sebesar t akan menyebabkan harga impor yang semula sebesar P
w
menjadi lebih tinggi yaitu P
t
.
Harga
P
e
E P
t
N R S
w
+ tarif
P
w
M U S T S
w
0 Q Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Jumlah
Gambar 2.3 Kurva Dampak kebijakan tarif terhadap Perubahan Surplus
Produsen dan Konsumen
Sumber: Mankiw 2003:230
Universitas Sumatera Utara
26
Sebelum tarif impor ditetapkan, surplus produsen sebesar P
w
LM, dengan tarif impor maka surplus produsen meningkat menjadi P
t
LN. Sedangkan surplus konsumen berkurang dari KP
w
T menjadi KP
t
R. Dengan adanya tarif impor memberikan penerimaan pemerintah sebesar NUSR, yang merupakan hasil
penggandaan dari t tarif per satuan dengan NR jumlah impor. Selain itu, terdapat kehilangan netto dari surplus konsumen sebesar MNU dan biaya produksi
tambahan sebesar RST karena inefisiensi sebagai akibat adanya tarif. Besaran dari pengaruh yang dikemukakan diatas tergantung ukuran tarif size of the tariff ,
dan elastisitas dari kurva-kurva permintaan dan penawaran yang bersangkutan. b. Penghambat bukan tarif
Perbedaan proteksi perdagangan internasional berupa hambatan tarif dengan hambatan non tarif terletak pada sistem kebijakannya, meskipun keduanya
merupakan hambatan buatan dalam perdagangan, namun hambatan bukan tarif lebih mengarah kepada pengendalian volume, komposisi dan arah perdagangan
suatu barang. Hambatan nontarif merupakan hambatan birokrasi, yang merupakan
bagian dari fungsi khusus yang diumumkan secara resmi untuk barang impor disaat pemerintah mengenakan “tarif bayangan” shadow tariff pada pembelian
sector publik Halwani, 2002:102. Yang termasuk hambatan bukan tarif antara lain: Custom Clereance, Custom Valuation, Custom Classification, Import
Licensing, Packaging and Labelling Regulation, Foreign Exchage Contol dan
Consular Formalities .
Universitas Sumatera Utara
27
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian ekonomi yang membahas komoditi bawang merah telah banyak dilaksanakan, namun pembahasan spesifik mengenai permintaan
impor bawang merah masih sangat terbatas ditengah tingginya tingkat permintaan impor bawang merah di Indonesia saat ini. Manik 2010 melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdangangan impor bawang merah dan kentang Indonesia periode 2001-2010. Variabel yang diteliti adalah
volume impor bawang merah dan kentang Indonesia yaitu populasi negara pengkespor, populasi Indonesia, harga impor, jarak ekonomi, GDP rill Indonesia,
GDP negara pengekspor dan nilai tukar. Model estimasi pada model gravitasi untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor bawang merah
berdasarkan uji Chow adalah dengan menggunakan model efek tetap fixed effect model
yang kemudian disempurnakan dengan cross-section SUR. Sedangkan pada komoditas kentang, digunakan metode pooled least
square yang disempurnakan dengan cress-section SUR. Berdasarkan hasil
estimasi diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap volume impor bawang merah dan kentang di Indonesia adalah popoulasi Indonesia, Populasi
negara pengekspor, harga impor, jarak ekonomi, GDP rill Indonesia dan GDP rill negara pengekspor. Sedangkan variabel nilai tukar tidak mempengaruhi volume
impor bawang merah dan kentang di Indonesia. Yuliadi 2008 melakukan penelitian mengenai analisis impor indonesia
dengan persamaan simultan. Variabel yang dianalisis dalam penelitian tersebut adalah variabel-variabel ekspor, dasar tukar perdagangan term of trade, time lag
Universitas Sumatera Utara