Produksi Bawang Merah di Indonesia

54 adanya peningkatan pendapatan daripada pertambahan jumlah konsumen bawang merah itu sendiri. Tabel 4.4 Perkembangan Konsumsi Bawang Merah Nasional Indonesia No Tahun Konsumsi Bawang Merah Perkapita kg Jumlah Penduduk Volume Konsumsi Bawang Merah Total kg 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2,20 2,23 2,19 2,37 2,09 3,01 2,74 2,52 2,53 2,36 2,76 210.898.000 213.841.000 216.826.000 219.852.000 222.747.000 225.642.000 228.523.000 231.370.000 237.641.326 242.506.818 246.144.420 465.240.988 476.223.907 475.933.070 520.389.684 464.650.242 680.084.988 626.838.589 583.977.880 600.994.913 572.801.104 680.343.176 Sumber: Dirjen Holtikultura dan BPS diolah

4.1.3 Produksi Bawang Merah di Indonesia

Produksi bawang merah yang sangat minim juga merupakan faktor utama penyebab tingginya impor bawang merah di Indonesia. Sejarah produksi bawang merah domestik Indonesia untuk periode 1993-2012 mengalami laju perkembangan yang fluktuatif. Pada periode tersebut, terjadinya krisis perekonomian pada tahun 1998 turut berpengaruh pada produksi bawang merah di Indonesia. Namun, fokus pada periode 2002 hingga 2012, perkembangan produksi bawang merah domestik cenderung lebih stabil setiap tahunnya. Berkaitan dengan konsumsi dan kebijakan impor bawang merah yang terjadi di Indonesia, produksi bawang merah dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan konsumsi yang cukup besar sehingga menyebabkan pemerintah harus melakukan impor bawang merah. Sejarah produksi bawang merah pada periode 1993 hingga 2012, berdasarkan data yang diperoleh mencatat Universitas Sumatera Utara 55 bahwa penurunan produksi yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2011 yang tampak pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia No Tahun Produksi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 560.267 458.506 592.544 768.563 605.258 599.203 938.293 772.818 861.150 10. 11. 12. 13. 14. 15 16. 17. 18. 19. 20. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 766.572 762.795 757.399 732.610 794.931 802.810 853.615 965.164 1.048.934 893.124 964.221 Sumber: Data BPS diolah Berdasarkan data pada Tabel 4.5, produksi bawang merah domestik tertinggi terjadi pada tahun 2010 yang mencapai 1.048.934 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1994 yang hanya mencapai 458.506 ton. Peningkatan yang cukup tinggi terjadi 1999 yang sejalan dengan perbaikan kondisi perekonomian Indonesia dari masalah krisis pada tahun 1998, dimana produksi bawang merah mencapai peningkatan sebesar 339.090 ton dari tahun sebelumnya sehingga mencapai produksi sebesar 938.293 ton. Sedangkan kemorosotan pertama yang sangat tajam terjadi pada tahun 1997, dimana produksi hanya mencapai 605.258 ton yang mengalami penurunan hingga 163.305 ton bawang merah dari tahun sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 56 Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2000, dimana penurunan tertinggi terjadi hingga mencapai 165.475 ton bawang merah dari tahun sebelumnya dan diikuti penerunan produksi pada tahun 2011 yang penurunannya mencapai 155.810 ton bawang merah dari tahun sebelumnya. Fokus pada tahun 2002 hingga tahun 2012, produksi bawang merah cenderung lebih stabil dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 hingga 2010 yang tampak pada Gambar 4.3. Namun hal ini tidak bertahan pada tahun berikutnya dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan kembali hingga 14,8 persen dari tahun 2010. Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Produksi Bawang Merah Domestik Sumber: Data BPS diolah Penurunan produksi bawang merah yang terjadi di Indonesia seperti yang terjadi pada tahun 2011 tentu saja berdampak kurang baik terhadap pemenuhan kebutuhan bawang merah dalam negeri. Secara umum produksi bawang merah dipengaruhi oleh luas areal dan tingkat produktifitasnya. Pada budidaya yang kurang intensif, tingkat produksi lebih dominan ditentukan oleh luas area sedangkan pada budidaya yang intensif lebih dipengaruhi oleh produktifitasnya. 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 ton Produksi Bawang Merah Domestik Produksi Universitas Sumatera Utara 57 Penurunan produksi pada tahun 2011 tentu saja dapat dipengaruhi adanya pengurangan lahan pertanian bawang merah yang semakin banyak mengalami konversi lahan atau disebabkan menurunyan tingkat produktifitas pertaniannya misalnya permasalahan dalam pemanfaatan pupuk maupun teknologi dalam pertanian bawang merah di Indonesia. Berikut data perkembangan luas panen, produksi dan produktifitas bawang merah di Indonesia selama periode 1993-2012. Tabel 4.6 Laju Perkembangan Luas Panen, Produktifitas dan Produksi Bawang Merah di Indonesia Tahun Luas Panen Ha Laju Thn Produksi Ton Laju Thn Produktifitas Ton Ha Laju Thn 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 75.531 84.251 77.031 96.290 88.540 76.498 104.289 84.038 82.147 79.867 88.029 88.707 83.614 89.188 93.694 91.339 104.009 109.634 93.667 99.519 11,54 -8,57 25,00 -8,05 -13,60 36,33 -19,42 -2,25 -2,78 10,22 0,77 -5,74 6,67 5,05 -2,51 13,87 5,41 -14,57 6,25 560.267 458.506 592.544 768.563 605.258 599.203 938.293 772.818 861.150 766.572 762.795 757.399 732.610 794.931 802.810 853.615 965.164 1.048.934 893.124 964.221 -18,16 29,23 29,71 -21,25 -1,00 56,59 -17,64 11,43 -10,98 -0,49 -0,71 -3,27 8,51 0,99 6,33 13,07 8,68 -14,85 7,96 7,42 5,44 7,69 7,98 6,84 7,83 9,00 9,20 10,48 9,60 8,67 8,54 8,76 8,91 8,57 9,35 9,28 9,57 9,54 9,69 -26,63 41,35 3,76 -14,35 14,58 14,86 2,21 13,99 -8,44 -9,72 -1,47 2,62 1,73 -3,87 9,07 -0,71 3,01 -0,34 1,61 Rata-rata Laju Thn 2,30 4,43 2,30 Sumber : Data BPS diolah Berdasarkan data pada tabel laju perkembangan luas panen, produksi dan produktifitas bawang merah di Indonesia diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 1994 laju produksi -18,16 Tahun dan produktifitas -26,63 Tahun Universitas Sumatera Utara 58 berbanding terbalik dengan laju luas panen 11,54 Tahun. Kemudian pada tahun 1995 kebalikan peristiwa pada tahun 1994 terjadi, dimana peningkatan laju produksi 29,23 Tahun dan produktifitas 41,35 Tahun berbanding terbalik dengan laju luas panen yang mengalami penurunan sebesar 8,57 tahun. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa, mengatasi masalah produksi pada tahun 1994 tidak diatas dengan peningkatan lahan untuk pertanian bawang merah, melainkan melalui budidaya intensif yang lebih fokus pada produktifitasnya. Pada tahun 1998 disaat krisis ekonomi menimpa perekonomian Indonesia, produksi mengalami penurunun 1 Tahun yang mana tidak terlalu parah jika dibandingkan pada penurunan pada tahun 1997 yang mencapai 21,25 Tahun. Kemudian, sejalan dengan pemulihan masa-masa krisis, peningkatan produksi tertinggi pun terjadi pada tahun 1999 yang mencapai 56.59 Tahun. Hal itu sejalan dengan peningkatan luas panen yang mencapai 36.33 Tahun dan produktifitas yang mencapai 14.86 Tahun. Apabila dilihat secara rata-rata, perkembangan laju produksi, luas lahan dan produktifitas mengalami peningkatan yang masing-masing persentase peningkatannya mencapai 4.43 Tahun, 2,3 Tahun dan 2,28 Tahun. Hal itu menunjukkan, bahwa secara rata-rata peningkatan produksi dilakukan melalui budidaya intensif maupun non intensif yang seimbang. Dimana hal itu dapat dilihat dari persentase peningkatan luas lahan dan produktifitas yang hampir sama yaitu mencapai 2 Tahun. Namun peningkatan produksi rata-rata bawang merah tersebut belum maksimal dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan akan Universitas Sumatera Utara 59 bawang merah dalam negeri. Hal tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi yang tinggi masih mengharuskan Indonesia mengimpor bawang merah selama periode tersebut.

4.1.4 Pendapatan Nasional