27
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian ekonomi yang membahas komoditi bawang merah telah banyak dilaksanakan, namun pembahasan spesifik mengenai permintaan
impor bawang merah masih sangat terbatas ditengah tingginya tingkat permintaan impor bawang merah di Indonesia saat ini. Manik 2010 melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdangangan impor bawang merah dan kentang Indonesia periode 2001-2010. Variabel yang diteliti adalah
volume impor bawang merah dan kentang Indonesia yaitu populasi negara pengkespor, populasi Indonesia, harga impor, jarak ekonomi, GDP rill Indonesia,
GDP negara pengekspor dan nilai tukar. Model estimasi pada model gravitasi untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor bawang merah
berdasarkan uji Chow adalah dengan menggunakan model efek tetap fixed effect model
yang kemudian disempurnakan dengan cross-section SUR. Sedangkan pada komoditas kentang, digunakan metode pooled least
square yang disempurnakan dengan cress-section SUR. Berdasarkan hasil
estimasi diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap volume impor bawang merah dan kentang di Indonesia adalah popoulasi Indonesia, Populasi
negara pengekspor, harga impor, jarak ekonomi, GDP rill Indonesia dan GDP rill negara pengekspor. Sedangkan variabel nilai tukar tidak mempengaruhi volume
impor bawang merah dan kentang di Indonesia. Yuliadi 2008 melakukan penelitian mengenai analisis impor indonesia
dengan persamaan simultan. Variabel yang dianalisis dalam penelitian tersebut adalah variabel-variabel ekspor, dasar tukar perdagangan term of trade, time lag
Universitas Sumatera Utara
28
impor, dan nilai tukar mata uang yang mempengaruhi impor Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode explanatory untuk menguji hipotesis
hubungan simultan antar variabel yang diteliti, dengan mengembangkan karakteristik verifikasi penelitian. Model dalam penelitian ini menggunakan
model simultan dengan Two Stage Least Square TSLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspor, waktu lag impor, dan dasar tukar perdagangan term
of trade berpengaruh positif terhadap impor. Sementara itu, nilai tukar mata uang berpengaruh negatif.
Ariningsih dan Tentamia 2004 melakukan penilitian tentang anilisis permintaan dan penawaran bawang merah di Indonesia. Analisis ini menggunakan
model persamaan simultan dengan data sekunder time series triwulan periode 1992-2000 dengan metode Two Stage Least Square TSLS. Terdapat 32 variabel
yang dianalisis dalam penelitian tersebut yang secara umum merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran bawang merah domestik maupun
dalam perdagangan internasional yaitu ekspor-impor bawang merah. Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1 produksi bawang merah di Jawa
Tengah responsif terhadap perubahan harga pupuk tetapi tidak responsif terhadap perubahan harga bawang merah, harga cabai, dan upah tenaga kerja, 2
permintaan bawang merah responsif terhadap perubahan jumlah penduduk, tetapi tidak responsif terhadap harga bawang merah dan pendapatan per kapita, 3 baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang volume ekspor bawang merah responsif terhadap perubahan produksi bawang merah, 4 dalam jangka panjang
Universitas Sumatera Utara
29
harga bawang merah di Indonesia bersifat responsif terhadap perubahan penawaran.
Fitriana 2012, melakukan analisis dampak kebijakan impor dan faktor eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen bawang merah di
Indonesia. Variabel penelitian tersebut adalah produksi bawang merah nasional, harga bawang merah, luas areal panen, perubahan tingkat suku bunga bank
persero, permintaan bawang merah rumah tangga, jumlah penduduk Indonesia, permintaan non rumah tangga, harga rill mie, GDP masyarakat Indonesia, impor
bawang merah, permintaan bawang merah ditingkat konsumen, impor bawang merah tahun sebelumnya, harga rill bawang merah impor, harga rill bawang
merah dunia dan tarif impor bawang merah Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model persamaan
simultan ekonometrika dengan model estimasi adalah metode Two Stage Least Square TSLS
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah nasional dipengaruhi oleh harga rill bawang merah di tingkat produsen, luas areal
panen, dan perubahan tingkat suku bunga bank persero, permintaan bawang merah rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia, sedangkan
permintaan non rumah tangga dipengaruhi oleh harga rill mie instan sebagai output berbahan baku bawang merah dan GDP masyarakat Indonesia.
Selanjutnya impor bawang merah dipengaruhi oleh permintaan bawang merah ditingkat konsumen dan impor bawang merah tahun sebelumnya, harga rill
bawang merah impor dipengaruhi oleh harga rill bawang merah dunia dan tarif impor bawang merah, harga rill bawang merah di tingkat konsumen dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
30
oleh harga rill bawang merah di tingkat konsumen tahun sebelumnya, sedangkan harga rill bawang merah di Indonesia ditingkat produsen dipengaruhi oleh harga
rill bawang merah ditingkat konsumen dan harga rill bawang merah di tingkat produsen tahun sebelumnya.
Winarso 2003 melakukan analisis dinamika perkembangan harga yang mana hubungannya dengan tingkat keterpaduan antar pasar dalam menciptakan
efisiensi pemasaran komoditas bawang merah. Penelitian ini dilakukan di wilayah brebes, Jawa Tengah sebagai sentra produksi bawang merah. Pemilihan responden
dilakukan dengan simple random sampling. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah walaupun pola pemasaran
bawang merah dapat dikatakan efektif, namun eketivitas tersebut cenderung berada pada posisi mata-rantai terkhir terutama pada pasar-pasar besar. Hal ini
disebabkan karena pelaku pasar pada jalur ini lebih menguasai informasi dan selalu mengikuti perkembangan dinamika pasar baik besarnya pasokan supply
mapun meningkatnya permintaan demand yang setiap saat dapat bergejolak. Jumini 2008 melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
impor bawang putih di Indonesia. Variabel yang diteliti adalah permintaan impor bawang putih, harga bawang putih lokal, konsumsi bawang putih lokal, produksi
bawang putih dalam negeri, harga bawang putih impor, nilai tukar, pendapatan nasional, harga bawang merah lokal sebagai barang substitusi dan volume impor
bawang putih ke Indonesia pada tahun sebelumnya. Pengujian model pada penelitian tersebut dilakukan dengan OLS Ordinary Least Square.
Universitas Sumatera Utara
31
Adapun hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa harga bawang putih lokal, konsumsi bawang putih lokal, produksi bawang putih lokal dan harga
bawang putih impor berpengaruh nyata terhadap permintaan impor bawang putih ke Indonesia. Sedangkan variabel nilai tukar, harga bawang putih impor,
pendapatan nasional, harga bawang merah lokal sebagai barang substitusi dan volume impor bawang putih impor pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh
nyata terhadap permintaan impor bawang putih ke Indonesia. Priyanto 2005 dalam penelitiannya mengevaluasi kebijakan impor
daging sapi melalui analisis penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, variabel independen berpengaruh terhadap kebijakan impor daging sapi adalah
penawaran daging sapi domestik, harga rill daging sapi domestik, populasi sapi nasional, teknologi inseminasi buatan dan peubah beda kala. Sedangkan pada sisi
permintaan, variabel independen yang berpengaruh terhadap kebijakan impor daging sapi yang diteliti adalah harga rill daging sapi impor, konsumsi nasional,
tarif impor daging sapi, nilai tukar, dummy kebijakan ASPIDI dan peubah beda kala. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data time series 1981-2001
dengan metode Two Stage Least Square TSLS. Adapun hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa
teknologi Inseminasi Buatan IB belum mampu memacu perkembangan produksi daging lokal sedangkan impor daging sapi sangat nyata dipengaruhi oleh tarif
daging impor tetapi tidak nyata dipengaruhi oleh harga rill daging impor. Peningkatan penawaran daging domestik berpengaruh positif terhadap jumlah sapi
bakalan impor sedangkan faktor harga daging domestik tidak mampu merangsang
Universitas Sumatera Utara
32
kinerja usaha peternakan rakyat. Kebijakan pembebanan tarif impor cukup efektif dalam pengendalian masuknya daging impor.
2.3 Kerangka Konseptual