Konsumsi Bawang Merah Dalam Negeri

51 Berdasarkan data pada tabel perkembangan produksi, permintaaan dan impor bawang merah periode 2001-2010 diatas dapat kita lihat bahwa impor yang dilakukan selalu diatas kekurangan kebutuhan bawang merah itu sendiri atau selisih antara permintaan dengan produksi bawang merah domestik. Selisih antara impor terhadap permintaan impor yang tertinggi terjadi pada tahun 2006. Dimana kekurangan pasokan produksi dalam memenuhi permintaan bawang merah domestik hanya 62.761 ton sedangkan impor yang dilakukan mencapai 79.840 ton sehingga terjadi kelebihan pasokan mencapai 17.079 ton. Kemudian kelebihan pasokan bawang merah impor yang tinggi juga terjadi pada tahun 2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 12.314 ton dan 12.759 ton. Namun hal baik terjadi pada tahun 2010 yang mana kelebihan pasokan bawang merah mengalami penurunan lebih dari setengah dari tahun 2009. Apabila kelebihan pasokan dapat dikurangi dengan impor yang lebih efektif tentu akan berpengaruh baik pada perkembangan ekonomi bawang merah selanjutnya namun apabila kelebihan pasokan tersebut terakumulasi dan semakin berlimpah, tentu akan membawa dampak buruk bagi produksi bawang merah dalam negeri bahkan mengancam kestabilan harga bawang di Indonesia.

4.1.2 Konsumsi Bawang Merah Dalam Negeri

Konsumsi agregat yang lebih besar dari produksi agregat mendorong suatu negara untuk memenuhi kekurangan produksi itu dengan kebijakan peningkatan produksi dalam negeri maupun kebijakan impor. Konsumsi pada umumnya dipengaruhi berbagai faktor. Terutama faktor jenis barang tersebut Universitas Sumatera Utara 52 sesuai dengan tingkat kebutuhannya, misalnya apakah dia barang primer, sekunder atau tersier. Konsumsi bawang merah di Indonesia merupakan konsumsi primer dan menjadi salah satu konsumsi produk holtikultura yang cukup tinggi di Indonesia. Permintaan bawang merah merupakan permintaan inelastis terhadap harga karena bawang merah termasuk bahan pokok yang menjadi konsumsi sehari hari masyarakat. Permintaan bawang merah cukup tinggi di Indonesia selain karena sangat dibutuhkan dalam konsumsi sehari-hari masyarakat sebagai bahan makanan, juga dibutuhkan sebagai bahan baku industri olahan turunannya. Konsumsi bawang merah perkapita di Indonesia berdasarkan data selama periode 2002 hingga 2012 mencapai rata-rata diatas 2 kg perkapita. Tabel 4.3 Perkembangan Konsumsi Bawang Merah Perkapita di Indonesia No Tahun Konsumsi Bawang Merah Perkapita kg 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2,20 2,23 2,19 2,37 2,09 3,01 2,74 2,52 2,53 2,36 2,76 Rata-rata tingkat konsumsi 2002-2012 2.22 Sumber: BPS diolah Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, perkembangan konsumsi bawang merah pada tahun 2002 hingga 2012 mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Peningkatan konsumsi yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 3,01 kg bawang merah perkapita. Namun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2008 konsumsi bawang merah perkapita di Indonesia mengalami penurunan menjadi Universitas Sumatera Utara 53 2,74 kg. Angka tersebut mulai stabil pada tahun berikutnya yang berada pada kisaran rata-rata 2 kg bawang merah perkapita. Rata-rata konsumsi bawang merah perkapita secara real selama periode 2002 hingga 2012 tersebut mencapai 2,2 kg per kapita dan laju perkembangannya tampak pada Gambar 4.2. Pada gambar grafik konsumsi rata-rata bawang merah perkapita dibawah, kisaran konsumsi bawang merah perkapita di Indonesia adalah 2 kg sampai 3 kg perkapita setiap tahunnya. Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Rata-rata Bawang Merah Perkapita Sumber: Data BPS diolah Selanjutnya, untuk melihat perilaku konsumsi secara total, apabila pendapatan bawang merah perkapita dikalikan dengan jumlah penduduk di Indonesia akan diperoleh volume konsumsi total bawang merah di Indonesia. Volume konsumsi total bawang merah di Indonesia periode 2002 hingga 2012 tetap mengalami fluktuasi mengikuti fluktuasi tingkat konsumsi bawang merah perkapita walaupun jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya Tabel 4.4. Hal ini menunjukkan bahwa volume konsumsi bawang merah di Indonesia lebih dipengaruhi perilaku konsumsi individu akibat pengaruh 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 K il o g ra m Laju Konsumsi Rata-rata Bawang Merah Perkapita di Indonesia Konsumsi Rata-rata Bawang Merah Perkapita Universitas Sumatera Utara 54 adanya peningkatan pendapatan daripada pertambahan jumlah konsumen bawang merah itu sendiri. Tabel 4.4 Perkembangan Konsumsi Bawang Merah Nasional Indonesia No Tahun Konsumsi Bawang Merah Perkapita kg Jumlah Penduduk Volume Konsumsi Bawang Merah Total kg 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2,20 2,23 2,19 2,37 2,09 3,01 2,74 2,52 2,53 2,36 2,76 210.898.000 213.841.000 216.826.000 219.852.000 222.747.000 225.642.000 228.523.000 231.370.000 237.641.326 242.506.818 246.144.420 465.240.988 476.223.907 475.933.070 520.389.684 464.650.242 680.084.988 626.838.589 583.977.880 600.994.913 572.801.104 680.343.176 Sumber: Dirjen Holtikultura dan BPS diolah

4.1.3 Produksi Bawang Merah di Indonesia