Pada musim peralihan kondisi laut berubah-ubah namun relatif tenang Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta, 1995.
Distribusi suhu di perairan Teluk Jakarta selalu berubah di setiap musimnya dengan kisaran suhu antara 28
o
C - 32
o
C. Pada musim hujan suhu rata-rata permukaan air laut di Teluk Jakarta sebesar 28.31
o
C dan memasuki musim peralihan I suhu rata-rata naik mencapai 29.31
o
C. Pada musim kemarau suhu rata-rata turun menjadi 28.29
o
C dan naik kembali di musim peralihan II menjadi 29.29
o
C Arief, 1980. Salinitas perairan Teluk Jakarta secara umum berkisar antara 28-32
o oo
Ilahude, 1980. Perairan Teluk Jakarta mengalami variasi tahunan nilai salinitas, dimana terdapat 2 nilai maksimal dan 2 nilai minimal. Bulan November
merupakan nilai salinitas maksimal utama dan bulan Mei adalah nilai salinitas maksimal sekunder. Sedangkan bulan Januari dan Juli merupakan nilai salinitas
minimal utama dan sekunder. Perubahan nilai salinitas bergantung dari kondisi lingkungan, seperti pasang surut dan curah hujan Ilahude, 1980.
2.2 Total Suspended Solid TSS
TSS adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1 µm yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0.45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan
pasir halus serta jasad-jasad renik. Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila
terlalu tinggi akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Penyebaran TSS di perairan pantai dan estuari
dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik antara lain angin, curah hujan, gelombang, arus, dan pasang surut Effendi, 2000.
Sastrawijaya 2000 menyatakan bahwa konsentrasi TSS dalam perairan umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, limbah manusia, limbah hewan,
lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah industri. Bahan-bahan yang tersuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya
berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air Effendi, 2000.
TSS di Teluk Jakarta mengalami fluktuasi tahunan yang hampir sama. Konsentrasi TSS maksimum dicapai pada bulan Januari musim hujan dan bulan
Agustus musim kemarau, sedangkan konsentrasi TSS minimum ditemukan pada bulan Mei musim peralihan hujan - kemarau dan bulan November musim
peralihan kemarau - hujan. Konsentrasi TSS tertinggi yang pernah dicapai pada bulan-bulan maksimum tahunan Januari dan Agustus adalah 109.7 mgl dan 42.0
mgl, sedangkan pada bulan-bulan minimum tahunan Mei - November adalah 24.8 mgl dan 19.0 mgl Setiapermana dan Nontji, 1980.
2.3 Kecerahan Perairan
Kecerahan perairan bergantung pada zat-zat tersuspensi didalamnya baik organik maupun anorganik. Kecerahan atau transparansi perairan ditentukan
secara visual dengan menggunakan cakram yang disebut secchi disk berdiameter 30 cm yang pertama kali dikembangkan oleh Profesor Secchi sekitar abad 19.
Pada penggunaan secchi disk, kekeruhan perairan dikuantitatifkan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kedalaman secchi disk Jeffries dan Mills, 1996 in
Effendi, 2000. Nilai kecerahan yang dinyatakan dengan satuan meter ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan
tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah Effendi, 2000.
Kekeruhan menggambarkan suatu sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik, dan
bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991 in Effendi, 2000. Satuan kekeruhan adalah unit turbiditas
setara dengan 1 mgl SiO2. Satuan kekeruhan dengan metode Nephelometric adalah Nephelometric Turbidity Unit NTU.
Kekeruhan yang tinggi atau kecerahan yang rendah dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air dan mengakibatkan terganggunya proses
fotosintesis. Tingkat kecerahan perairan dapat menunjukkan sampai sejauh mana penetrasi cahaya matahari menembus kolom perairan. Semakin tinggi kekeruhan
perairan, maka akan semakin rendah penetrasi cahaya yang menembus kolom air, sehingga tingkat kecerahan semakin rendah Mujito et. al., 1997.
Kecerahan perairan Teluk Jakarta berkisar antara 1.5-23 m dengan kecerahan terendah berada di daerah pantai dan yang tertinggi di daerah lepas pantai.
Perbedaan kecerahan tersebut terutama karena di daerah pantai dipengaruhi oleh masukan bahan organik dan anorganik yang berasal dari sungai sehingga
mengaburkan kecerahan perairan Ilahude, 1980. Berdasarkan hasil pengamatan pada November 1991, diketahui tingkat kekeruhan dari muara ke arah lepas pantai
perairan Teluk Jakarta cenderung menurun dan memiliki kisaran antara 4-6 NTU Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan, 1992. Pada musim kemarau
tahun 1993, nilai kekeruhan rata-rata perairan Teluk Jakarta berkisar antara 1.2- 1.5 NTU Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan, 1994.
2.4 Satelit Landsat