Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai Tahun 2016

(1)

73

LAMPIRAN 1

KUESIONER FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA SISWI SMP

NEGERI 1 SEI RAMPAH TAHUN 2016 A. IDENTITAS RESPONDEN

a. No Responden :

b. Nama :

c. Tempat/tgl lahir :

d. Umur :

e. Suku :

f. Kelas :

g. Alamat :

B. INDEKS MASA TUBUH RESPONDEN a. Berat badan :

b. Tinggi badan :

c. IMT :

C. POLA MENSTRUASI

a. Apakah anda sudah mengalami menstruasi ?

b. Jika iya pada umur berapa Anda mengalami menstruasi pertama : ... tahun

c. Berapakah usia menarche ibu Anda : ... tahun


(2)

74


(3)

75


(4)

(5)

77


(6)

(7)

79


(8)

(9)

81


(10)

(11)

83


(12)

(13)

85


(14)

(15)

87


(16)

(17)

89


(18)

(19)

91


(20)

(21)

93


(22)

(23)

95


(24)

(25)

97


(26)

(27)

99


(28)

(29)

101


(30)

102


(31)

103


(32)

(33)

105


(34)

(35)

107


(36)

(37)

109


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Aishah, S. 2011. Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche pada Siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyah Medan Tahun 2011. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Alison TS, MD., Jules EH, MD. 2013. Breast Cancer Risk Factors. Medscape Journal. Diakses pada 15 Februari 2016.

Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Amalia, K. 2010. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMPN 155 Jakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Amaliah, N. 2012. Status Tinggi Badan Pendek Beresiko Terhadap Keterlambatan Usia Menarche Pada Perempuan Remaja Usia 10 – 15 Tahun. Penelitian Gizi Makan 2012.

Amanda, RF. 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 Dan 2 Medan Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Andrew EG, MD. 2013. Ovarian Cancer. Medscape Journal. Diakses pada 16 Februari 2016.

Brown, EJ. 2005. Nutrition Throught the Life Cycle : Second Edition. Thomson Wadswot. USA.

Bustan, MN. 2007. Epidemilogi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.

Candra, B. 2008. Metodologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Chiang, J.W. 2008. Premaligmant Lesions of the Endometrium. Stanford University School of Medicine. Available from http://www.emedicine.medscape.com/

Ellya, ES. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. CV Trans Info Media. Jakarta.

FAO, 2001. Human Energy Requirements. Report of Joint FAO/WHO/UNU expert consultation. Rome.


(39)

69

Fidrin, ES. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Pada Siswi SMP Negeri 3 Sumbul Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Guyton, AC., Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisilogi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hawari, D.2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. FK. UI. Jakarta.

Helm, C.W. 2010. Ovarian Cyst. Loisville. Available from: http://www.medicinenet.com/ovariancysts/louisville-kycity.tm


(40)

70

Joel MD. 2011. Girls are Reaching Puberty Earlier Than Ever. Available From : http://www.diseaseproof.com/choldren-girls-are-reaching-puberty-earlier-than-ever.html. Diakses pada 19 Februari 2016.

Karapanou, O., Anatasios, P. 2010. Determinants of menarche. Reproductive Biology and Endocrinology. Http:www.rb&e.com. http://www.ncbi.nml.nih.go/pmc/articles/PMC2958977/ (Diakses 25 Februari 2016).

Kementrian Kesehatan RI , 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Khomson, A. dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Depok, Jakarta.

Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta.

Lameshow, S., David W., Hosmer Jr., Janelle K. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Lestari, TW., Elisa U., Suparmi. 2014. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi

Berbasis Kompetensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Luigi, F Rigon, dkk. 2010. Update on Age at Menarche in Italy. Toward the Leveling Off the Seculat Trend. Journal of Adolescent Health . Italia. Lusiana, SA., Dwirani, CM. 2007. Usia Menarche, Konsumsi Pangan, dan

Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan.

Manuaba, IBG. dkk. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. CV Trans Info Media. Jakarta Timur.

. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mulastin. 2011. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri di SMA Islam Hikmah Jepara. Jurnal Akbid Islam Al-Hikmah Jepara

Norwitz, E., Jhon S. 2008. Obstetrics And Gynecology At A Glance Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.


(41)

71

Proverawati A., Maisaroh. 2009. Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna. PT. Nuha Medika. Yogyakarta.

Putri, AK. 2009. Hubungan Antara Status Gizi, Status Menarche Ibu, Media Massa dan Aktivitas Olahraga Dengan Status Menarche Siswi Islam Al-Azhar Rawamangun Jakarta Timurtahun 2009. Skripsi FKM UI. Ramaiah. 2006. Gangguan Menstruasi. Digiosa Media. Yogyakarta.

Rokade, SA., Mane AK. 2009. A Study Of Age Menarche, The Secular Trend And Factors Associated With It. The Internet Journal Of Biological Antropology Volume 3 Number 2.

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Erlangga. Jakarta.

Saragih, ID. 2014. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sharkey, B.J.2003. Kebugaran dan Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta

Saryono. 2008. Biokimia Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta.

Silvana, S. 2008. Pemodelan Usia Menarche Dengan Regresi Logistik Ordinal dan Metode CHAID Pada Siswi SMP di Kota Depok. Tesis Institut Pertanian Bogor

Siti, NM. 2013. Menopause. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sri, Kusuma, dkk. 2010. Anatomi dan Fisiogi Terapan dalam Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Suparisida, IDN. 2008. Penilaian Status Nutrisi. EGC. Jakarta.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Sylvia, V. 2012. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Skrispi Universitas Lampung. Lampung.

Varney, H., Jan, MK., Carolyn, LG. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


(42)

72

Warita P. 2009. Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri di SMP Syafiatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Skripsi Universitas Sumaeta Utara.

Widyastuti, Y., Anita, R., Yuliasti, EP. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta

Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Jakarta.


(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional, yang mengukur variabel dependen dan independen secara bersamaan (Candra,B. 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sei Rampah yang berada di Jalan Stasiun Kampung Keling Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai. Alasan memilih lokasi tersebut karena belum pernah dilakukan penelitian tentang menarche di sekolah tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Juni 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah , dari kelas VII – VIII yang telah mengalami menstruasi.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah yang yang berada pada kelas VII dan VIII sudah mengalami menstruasi.

Rumus perhitungan sampel yang digunakan, Lameshow (1997), yaitu :


(44)

29

n= Dimana :

n : Besar sampel minimal

Z1-α/2 : Nilai baku distribusi normal pada tingkat kemaknaan α = 0,05, sehingga

Z1-α/2 = 1,96

Z1-β/2 : Nilai Z pada kekuatan uji β 80 %, maka Z1-β = 0,842 Po : Proporsi siswi menarche di populasi (0,5)

Pa : Perkiraan proporsi siswi menarche pada populasi yang diteliti yaitu 0,63 Pa– Po : selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi sebesar 0,13

Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas, maka : n=

=

= 114 siswi

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka didapatkan sampel penelitian sebanyak 114 responden.

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswi kelas VII-VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016


(45)

30

Jumlah sampel tiap kelas:

a. VII-1 = 28/414 × 114 = 8 siswi b. VII-2 = 21/414 × 114 = 6 siswi c. VII-3 = 26/414 × 114 = 7 siswi d. VII-4 = 20/414 × 114 = 5 siswi e. VII-5 = 22/414 × 114 = 6 siswi f. VII-6 = 20/414 × 114 = 5 siswi g. VII-7 = 20/414 × 114 = 5 Siswi h. VII-8 = 22/414 × 114 = 7 Siswi i. VII-9 = 27/414 × 114 = 8 Siswi j. VIII-1 = 26/414 × 114 = 7 siswi k. VIII-2 = 23/414 × 114 = 6 siswi l. VIII-3 = 21/414 × 114 = 6 siswi m. VIII-4 = 22/414 × 114 = 6 siswi n. VIII-5 = 18/414 × 114 = 5 siswi o. VIII-6 = 22/414 × 114 = 6 Siswi p. VIII-7 = 21/414 × 114 = 6 Siswi q. VIII-8 = 23/414 × 114 = 6 Siswi r. VIII-9 = 32/414 × 114 = 9 Siswi 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden

2. Siswi yang telah mengalami menstruasi 3. Siswi yang ibu kandungnya masih hidup 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian, meliputi umur menarche siswi, umur menarche ibu, status gizi, pola makan dan aktifitas fisik. Pengumpulan data status gizi dilakukan melalui pengukuran tinggi badan dengan menggunakan mikrotoice dan penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan analog. Pengumpulan data umur menarhe,


(46)

31

umur menarche ibu, aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara sedangkan untuk pola makan siswi dilakukan melalui proses wawancara dengan menggunakan formulir food frequency.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sekolah tempat dilakukannya penelitian yaitu dari daftar nama siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 1 Sei Rampah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah : a. Kuesioner, yang berisi data karakteristik siswi dan pertanyaan tentang umur

menarche, umur menarche ibu, status gizi, pola makan dan aktivitas fisik. b. Timbangan analog dan meteran.

c. Tabel Frekuensi Makanan. 3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan komputer melalui tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis data yang dilakukan adalah :

3.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

3.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas ( umur menarche ibu, status gizi, aktivitas fisik, pola makan) dan variabel


(47)

32

terikat umur menarche, dengan menghitung ratio prevalence (umur menarche ibu, status gizi, aktivitas fisik, pola makan). Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Pengukuran ratio prevalence dengan menggunakan rumus : RP = A / (A+B) : C / (C+D)

Keterangan :

A : Subjek dengan faktor resiko yang mengalami menarche dini B : Subjek dengan faktor resiko yang tidak mengalami menarche dini C : Subjek tanpa resiko yang mengalami menarche dini

D : Subjek tanpa faktor resiko yang tidak mengalami menarche dini

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

3.7 Definisi Operasional

3.7.1 Menarche adalah haid atau menstruasi yang pertama kali.

3.7.2 Umur rata-rata menarche adalah rata-rata umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016

3.7.3 Umur menarche adalah umur pertama menstruasi dari siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016, melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, yang dapat dikategorikan sebagai (Wiknjosastro, 2008) :

1. Dini : < 12 tahun 2. Normal : ≥ 12 tahun

3.7.4 Pola makan adalah kebiasaan siswi dalam mengonsumsi makanan berdasarkan jenis makanan, frekuensi makan, dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun


(48)

33

2016, dengan wawancara menggunakan tabel frekuensi makan, dengan kategori (Saragih, 2014).

1. Buruk : Bila skor yang diperoleh ≥ 72

2. Baik : Bila skor yang diperoleh < 72 Pemberian Skor dilakukan dengan cara :

- Frekuensi makan ≥ 1 kali/hari diberi skor 3

- Frekuensi makan 1 – 5 kali/minggu diberi skor 2

- Frekuensi makan ≤ 2 kali/bulan diberi skor 1

- Frekuensi makan tidak pernah diberi skor 0

3.7.5 Status gizi adalah keadaan gizi individu pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2), dapat dikategorikan atas (Almatsier, 2010) :

1. Kurus bila IMT ≤18,5 kg/m2

2. Normal bila IMT 18,6 - 25,0 kg/m2 3. Obesitas bila IMT >25,0 kg/m2.

Untuk analisa statistik, maka status gizi dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Obesitas bila IMT > 25 kg/m2 2. Tidak obesitas bila IMT ≤ 25 kg/m2

3.7.6 Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah setiap hari dengan Wawancara terstruktur (Kuesioner) sumber FAO 2001, yang dapat dikategorikan sebagai (Riskesdas, 2013) :

1. Tidak Cukup (Ringan) jika PAL = < 1.70


(49)

34

3.7.8 Umur menarche ibu adalah umur pertama menstruasi ibu yang masih hidup dari siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016, yang dapat dikategorikan sebagai :

1. Dini : < 12 tahun 2. Normal : ≥ 12 tahun


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah. SMP Negeri 1 Sei Rampah awalnya adalah SMP Swasta Sei Rampah yang berdiri tahun 1955 berlokasi di jalan Stasiun Kampung Keling Kec. Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P.D dan K No. 105/SK/B/III/65-66, tanggal 29 Februari 1966. 1 Januari 1966 SMP Swasta Sei Rampah di negerikan menjadi SMP Negeri 1 Sei Rampah.

SMP Negeri 1 Sei Rampah merupakan sebuah sekolah yang bergerak di bidang pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. SMP Negeri 1 Sei Rampah berstatus sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Pada Tahun 2015-2016 Jumlah siswi kelas VII dan VIII yang berjumlah 414 orang, yang terdiri dari siswi kelas VII sebanyak 206 orang dan kelas VIII sebanyak 208 orang.

SMP Negeri 1 Sei Rampah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, yang dibantu oleh 3 wakil kepala sekolah, 1 guru bimbingan konseling, 50 orang guru pengajar, serta 4 orang tata usaha. Sekolah ini memiliki beberapa fasilitas yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara lain : ruang belajar, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, Laboratorium IPA, lapangan olahraga, 1 Musholla, dan 3 kantin sekolah.


(51)

36

4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Umur Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan umur pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswi

SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Umur Siswi Frekuensi Proporsi (%)

11 3 2,6

12 20 17,5

13 55 48,2

14 36 31,7

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada kelompok umur 13 tahun yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), umur 14 tahun sebanyak 36 orang (31,7%), umur 12 tahun sebanyak 20 orang (17,5%), dan paling sedikit pada kelompok umur 11 tahun sebanyak 3 orang (2,6%).

4.2.2 Suku

Distribusi proporsi responden berdasarkan suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Suku Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Suku Frekuensi Proporsi(%)

Jawa 55 48,2

Batak 32 28,1

Melayu 10 8,8

Padang 10 8,8

Banjar 7 6,1

Jumlah 114 100,0


(52)

37

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada suku jawa yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), Batak sebanyak 32 orang (28,1%), melayu dan padang sebanyak 10 orang (8,8%), dan paling sedikit pada suku Banjar sebanyak 7 orang (6,1%).

4.2.3 Umur Menarche Siswi

Penelitian yang dilakukan terhadap 114 siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, diperoleh proporsi umur menarche. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Umur Menarche Frekuensi Proporsi (%)

10 5 4,4

11 32 28,1

12 47 41,2

13 30 26,3

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur menarche di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada kelompok umur 12 tahun yaitu sebanyak 47 orang (41,2%), umur 11 tahun sebanyak 32 orang (28,1%), umur 13 tahun sebanyak 30 orang (26,3%), dan paling sedikit pada kelompok umur 10 tahun sebanyak 5 orang (4,4%).

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 setelah dikategorikan

Umur Menarche Frekuensi Proporsi (%)

Dini 37 32,5

Normal 77 67,5


(53)

38

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur menarche setelah dikategorikan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada umur menarche normal yaitu sebanyak 77 orang (67,5%), dan paling sedikit pada umur menarche dini sebanyak 37 orang (32,5%).

4.2.4 Umur Rata-Rata Menarche

Tabel 4.5 Rata – Rata Umur Menarche siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Variabel Min Max Mean

Umur Menarche 10 13 11,89

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan program komputer, maka didapat rata-rata umur menarche siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 11,89 tahun dengan umur terendah 10 tahun dan umur tertinggi 13 tahun. 4.2.5 Pola Makan Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan pola makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Pola makan Frekuensi Proporsi (%)

Buruk 75 65,8

Baik 39 34,2

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan pola makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pola makan buruk yaitu 75 orang (65,8%), dan paling sedikit pola makan baik yaitu 39 orang (34,2%).


(54)

39

4.2.6 Status Gizi Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan status gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Status Gizi Frekuensi Proporsi (%)

Obesitas 14 12,3

Tidak Obesitas 100 87,7

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada status gizi tidak obesitas yaitu sebanyak 100 orang (87,7%), dan yang paling sedikit pada status gizi obesitas yaitu 14 orang (12,3%).

4.2.7 Aktifitas Fisik Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan aktifitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan aktivitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Aktivitas fisik Frekuensi Proporsi (%)

Tidak Cukup 40 35,1

Cukup 74 64,9

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak aktivitas fisik tidak cukup yaitu 74 orang (64,9%), dan paling sedikit aktivitas fisik cukup yaitu 40 orang (35,1%).


(55)

40

4.2.8 Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu

Distribusi proporsi responden berdasarkan umur menarche ibu di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu

Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 setelah dikategorikan

Umur Menarche Frekuensi Proporsi (%)

Dini 23 20,2

Normal 91 79,8

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan umur Menarche ibu pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 setelah dikategorikan, paling banyak pada kelompok umur normal yaitu 91 orang (79,8%), dan paling sedikit pada kelompok umur dini yaitu 23 orang (20,2%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche

Hubungan pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.10

4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Pola Makan

Menarche Dini

Menarche Normal

Total p RP

(95% CI)

f % f % f %

Buruk 30 40,0 45 60,0 75 100 0,017 2,229

(1,087-4,606)

Baik 7 17,9 32 82,1 39 100


(56)

41

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai pola makan buruk sebanyak 30 orang (40,0%), sedangkan siswi yang mempunyai pola makan baik sebanyak 7 orang (17,9%). Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai pola makan buruk sebanyak 45 orang (60,0%), sedangkan pada siswi yang mempunyai pola makan baik sebanyak 32 orang (82,1%).

RP siswi yang mempunyai pola makan buruk dibandingkan dengan siswi yang mempunyai pola makan baik terhadap umur menarche adalah 2,229 dengan 95 % CI (1,087-4,606), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1,artinya pola makan buruk merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,017. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

4.3.2 Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche

Hubungan status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.11

4.11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Status Gizi

Menarche Dini

Menarche Normal

Total p RP

(95% CI)

f % f % f %

Obesitas 9 64,3 5 35,7 114 100 0,007 2,296

(1,391-3,790) Tidak

Obesitas


(57)

42

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui hubungan status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 yang menunjukkan pada status gizi obes 64,3% mengalami menarche dini dan 35,7% pada umur menarche normal. Pada status gizi tidak obes 28,0% mengalami menarche pada umur dini sedangkan 72% pada umur normal.

RP siswi dengan status gizi obesitas dibandingkan dengan siswi berstatus gizi tidak obesitas dihubungkan dengan kejadian menarche pada siswi adalah 2,296 dengan 95 % CI (1,391-3,790), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1, artinya status gizi obes merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,007. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.


(58)

43

4.3.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche

Hubungan aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.12

4.12 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Aktivisik Fisik Menarche Dini Menarche Normal

Total P RP

95% CI)

Tidak Cukup 0 0,0 0 0,0 0 00

0,003

2,176 1,294-3,660)

Cukup 17 23,0 57 77,0 74 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi dengan siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup sebanyak 20 orang (50,0%), sedangkan aktivitas fisik cukup sebanyak 17 orang (23,0%). Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup sebanyak 20 orang (50,0%), sedangkan pada siswi dengan aktivitas fisik cukup sebanyak 57 orang (77,0%).

RP siswi dengan aktivitas fisik cukup dibandingkan dengan siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup terhadap umur menarche adalah 2,176 dengan 95 % CI (1,294-3,660), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayan mencakup angka 1, artinya aktifitas fisik tidak cukup merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,003. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara


(59)

44

aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

4.3.4 Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche

Hubungan Umur Menarche Ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.13

4.13 Tabulasi Silang Hubungan Umur Menarche Ibu Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Umur Menarche Ibu Menarche Dini Menarche Normal

Total P RP

95% CI)

Dini 8 8,3 1,7 3 00 0,0001 ,748

(2,380-5,904) Normal 9 0,9 2 9,1 1 00

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini sebanyak 18 orang (78,3%), sedangkan siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal sebanyak 19 orang (20,9%). Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini sebanyak 5 orang (21,7 %), sedangkan pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal sebanyak 72 orang (79,1%).

RP Ibu yang mempunyai umur menarche dini dibandingkan dengan Ibu yang mempunyai umur menarche normal terhadap umur menarche siswi adalah 3,478 dengan 95 % CI (2,380-5,904), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval


(60)

45

kepercayaan mencakup 1 artinya ibu dengan umur menarche dini merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,0001. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.


(61)

46 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Proporsi Umur Responden

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Responden Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.1 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada kelompok umur 13 tahun yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), umur 14 tahun sebanyak 36 orang (31,7%), umur 12 tahun sebanyak 20 orang (17,5%), dan paling sedikit pada kelompok umur 11 tahun sebanyak 3 orang (2,6%).

Penelitian ini dilakukan pada anak SMP kelas VII dan VIII. Biasanya umur anak SMP berkisar dari umur 12 sampai dengan 15 tahun. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa. Batasan Remaja menurut WHO yaitu usia 12 sampai 24 tahun, Depkes RI 10 sampai 19 tahun dan belum menikah, BKKBN usia 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009).


(62)

47

5.1.2 Proporsi Suku

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada suku jawa yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), Batak sebanyak 32 orang (28,1%), melayu dan padang sebanyak 10 orang (8,8%), dan paling sedikit pada suku Banjar sebanyak 7 orang (6,1%).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kab. Serdang Bedagai Tahun 2014 dengan jumlah penduduk 63,995 jiwa terdapat distribusi proporsi suku yaitu suku Jawa sebesar 61,68 %, Batak sebesar 11,41 %, Melayu sebesar 8, 19%. Dengan demikian mayoritas suku yang paling banyak dikabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Sei Rampah adalah Suku Jawa.


(63)

48

5.1.3 Proporsi Umur Menarche

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.3 diatas dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi umur menarche pada siswi SMP Negeri 1Sei Rampah tahun 2016. Proporsi yang terbesar pada umur 12 tahun sebesar 41,2% dan proporsi terendah pada umur 10 tahun sebesar 4,4%.

Awal pubertas seorang remaja ditandai oleh menarche. Menarche merupakan menstruasi pertama sekali yang dialami oleh seorang remaja. Umur menarche pada remaja rata – rata terjadi pada umur12 tahun. Namun, dewasa ini banyak remaja putri yang mengalami menarche dini < 12 tahun, menarche nornal

≥ 12 tahun (Wiknjosastro, 2008).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.


(64)

49

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Maka dipandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial.

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.

Sekolah merupakan salah satu tempat seorang remaja mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan. Dalam hal ini, peran serta yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah berkaitan dengan sistem kesehatan reproduksi pada remaja adalah dengan cara memberikan promosi kesehatan dan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, agar remaja putri mengetahui dampak yang ditimbulkan dari menarche dini.


(65)

50

5.1.4 Proporsi Umur Menarche Setelah Dikategorikan

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Menarche Setelah Dikategorikan Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi kejadian menarche normal pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 67,5%, sedangkan kejadian menarche dini adalah 32,5%.

Semakin dini seorang remaja mendapatkan menarche, maka faktor resiko untuk mengalami penyakit keganasan seperti kanker payudara, kanker serviks, mioma uteri, dan kista ovarium akan semakin tinggi (Proverawati, 2009). Umur menarche yang semakin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat mengalami kehidupan seksual sehingga kemungkinan remaja untuk hamil dan menjadi seorang ibu di usia muda semakin besar. Hal ini berkaitan dengan budaya nikah muda di masyarakat. Selain itu menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara dan mioma uteri (Helm, C.W. 2010).


(66)

51

5.1.5 Umur Rata-Rata Menarche

Gambar 5.5 Diagram Bar Umur Rata-rata Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.5 didapat bahwa rata-rata umur menarche siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 11,89 tahun dengan umur terendah 10 tahun sebanyak 5 orang (4,4%), dan umur tertinggi 13 tahun sebanyak 30 orang (26,3%). Penelitian yang dilakukan Amanda (2014), menunjukkan rata – rata umur menarche siswi SMP Harapan 1 dan 2 Medan adalah 11,11 ± 0,80 tahun, dengan distribusi kejadian menarche dini sebanyak 79 orang (60,3%), dan distribusi proporsi menarche normal sebanyak 52 orang (39,7%).

Menarche merupakan menstruasi untuk yang pertama kalinya yang dialami seorang wanita yang sering dikaitkan sebagai tanda – tanda pubertas pada wanita yang akan memberikan kemungkinan untuk terjadinya fertilitas. Menarche merupakan puncak dari perubahan – perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang timbul akibat terjadinya serangkaian interaksi antara beberapa kelenjar


(67)

52

didalam tubuh yang merupakan ciri biologi dan kematangan seksual (Santrock,2002).

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi umur menarche seorang remaja, antara lain faktor genetik, psikologis , status gizi, pola makan, dan aktifitas fisik. Peristiwa menarche dini merupakan faktor resiko dari beberapa penyakit keganasan, diantaranya kanker payudara, kanker ovarium, mioma uteri ( proverawati, 2009).

5.1.6 Proporsi Berdasarkan Pola Makan

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.6 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan pola makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, pada pola makan buruk adalah 65,8%, dan paling sedikit pola makan baik adalah 34,2%.

Sekolah merupakan tempat pendidikan normatif dan akademik. Salah satu bentuk pendidikan normatif adalah perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat ini dapat ditumbuhkan kepada siswi dalam berbagai cara, diantaranya perilaku


(68)

53

memilih makanan yang bergizi dan berguna bagi tubuh. Selain itu, sekolah memiliki fasilitas pelayanan kantin sekolah.

Secara fisik, kantin sekolah hanya berupa ruangan kecil yang berfungsi sebagai penyedia makanan pilihan yang diizinkan oleh sekolah. Disinilah peran sekolah dalam mengatur dan memanajemen kantin sehingga kantin sekolah tidak hanya sebatas fisik saja. Keberadaan kantin di sekolah, tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum warga sekolah semata, namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik warga sekolah tentang kesehatan, dan kebersihan.

Kebanyakan pola konsumsi makan seorang remaja lebih suka pada makanan yang cepat saji, makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, bakso, coklat, bersantan, dan minuman yang bersoda. Frekuensi dari pola makan seseorang adalah adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Frekuensi makan, terkait dengan variasi makanan diperkirakan dapat mengurangi resiko terhadap penyakit. Namun, pola makan yang buruk bagi seorang remaja menjadi faktor resiko terjadinya menarche dini.

Media juga memberi pengaruh terhadap minat seorang remaja dalam memilih dan mengkonsumsi makanan. Remaja yang menonton TV cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori dari makanan tinggi lemak, tinggi gula, minuman bersoda, dan lebih sedikit mengonsumsi buah dan sayur. Jenis makanan dan minuman yang diiklankan antara lain jenis makanan manis (permen dan coklat), snack, minuman soda, sereal, dan fast food yang mengandung tinggi energi, natrium, lemak, dan gula, serta rendah kandungan zat gizi lainnya, atau disebut junk food. Oleh karena itu pengaturan mengenai media, terutama media


(69)

54

massa seprti televisi perlu diawasi oleh pemerintah. Anak – anak memiliki kemampuan kognitif yang terbatas dan sangat mudah berpikir bahwa makanan dan minuman yang berada di iklan adalah makanan dan minuman sehat.

Tanpa regulasi pemerintah dan intervensi dari orang tua, anak – anak akan tetap salah paham terhadap pemahamannya yang dapat berakibat terbentuknya pola makan yang salah. Anak – anak sering membawa kebiasaan pola makan yang tidak sehat hingga dewasa tanpa memikirkan risiko terhadap berkembangnya komplikasi penyakit dan gangguan kesehatan.

5.1.7 Proporsi Berdasarkan Status Gizi

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.7 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak


(70)

55

status gizi tidak obes adalah 87,7%, dan yang paling sedikit yaitu status gizi obes adalah 12,3 %.

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat – zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi 3 kategorik : status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2010).

Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja. Remaja yang mendapat menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada umur yang sama. Sebaliknya, pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan daripada yang sudah menstruasi pada umur yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki Indeks Massa Tubuh lebih kecil pada umur yang sama (Soetjiningsih, 2004).


(71)

56

5.1.8 Proporsi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 5.8 di atas dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada aktivitas fisik tidak cukup adalah 64,9%, dan paling sedikit pada aktivitas fisik cukup adalah 35,1%.

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot – otot rangka sebagai salah satu pengeluaran tenaga meliputi pekerjaan , waktu senggang, dan aktivitas sehari – haari. Aktifitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang, dan berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan jika dilakukan secara teratur (Sharkey, 2003).

Semakin Berat seseorang melakukan aktifitas fisik maka akan semakin lama mendapatkan umur menarche. Sebab aktifitas fisik yang cukup menghambat


(72)

57

produksi hormon esterogen, sehingga menghambat kematangan endometrium (manuaba, 2010).

5.1.9 Proporsi Berdasarkan Umur Menarche Ibu

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.9 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan umur Menarche ibu pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 paling banyak pada kelompok umur menarche normal adalah 79,8%, dan paling sedikit pada kelompok umur menarche dini 20,2%.

Umur menarche ibu berperan penting sebagai faktor penentu umur menarche remaja putri. Menurunnya umur menarche menandakan adanya perbaikan faktor – faktor yang berhubungan dengan kesehatan dimana kondisi ini tampak pada umur menarche anak yang lebih cepat dari ibunya. Umur menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya (Luigi, 2010). Penelitian yang dilakukan Putri


(73)

58

(2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan umur menarche ibu (umur menstruasi pertama ibu) dengan umur menarche pada anak.

Umur menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor keturunan (genetik). Pengaruh faktor genetik pada umur menarche dibuktikan dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa umur menarche ibu dapat memprediksi umur menarche pada anak perempuannya (Karapanou, 2010). 5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche

Gambar 5.10 Diagram Bar Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.10 di atas dapat diketahui bahwa hubungan pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 yang menunjukkan pada pola makan buruk 40,0% mengalami menarche pada umur dini sedangkan 60,0% pada umur normal. Pada pola makan baik 17,9% mengalami menarche pada umur dini sedangkan 82,1% pada umur normal.


(74)

59

RP siswi yang mempunyai pola makan buruk dibandingkan dengan siswi yang mempunyai pola makan baik terhadap umur menarche adalah 2,229 dengan 95 % CI (1,087-4,606), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1,artinya pola makan buruk merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,017. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

Kualitas asupan makanan mempengaruhi umur menarche. Hormon leptin adalah hormon yang berhubungan menimbulkan rasa kenyang dihasilkan oleh sel lemak yang mungkin dapat menjadi penghubung antara berat badan dan pubertas. Lemak tubuh merupakan determinan yang penting dalam sistem reproduksi karena lemak tubuh berhubungan dengan produksi hormon estrogen.

Konsumsi lemak yang tinggi menyebabkan tingginya kadar leptin dan estrogen dalam tubuh. Leptin serta hormon yang disekresikan dijaringan adiposa lainnya memiliki efek yang signifikan terhadap proses reproduksi. Hormon ini berperan sebagai perantara antara jaringan adiposa dan sistem reproduski untuk mensuplai dan mengatur energi yang dibutuhkan untuk reproduksi normal. Leptin memiliki peranan penting dalam berbagai tingkatan perkembangan dari berbagai

organ reproduksi seperti ovarium, endometrium, embrio, dan plasenta ( proverawati, 2009).


(75)

60

Penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2014), terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian menarche pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 dengan p= 0,042.

5.2.2 Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche

Gambar 5.11 Diagram Bar Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat bahwa hubungan status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 yang menunjukkan pada status gizi obes 64,3% mengalami menarche dini dan 35,7% pada umur menarche normal. Pada status gizi tidak obes 28,0% mengalami menarche pada umur dini sedangkan 72% pada umur normal.


(76)

61

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,007. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

RP siswi dengan status gizi obes dibandingkan dengan siswi berstatus gizi tidak obes dihubungkan dengan kejadian menarche pada siswi adalah 2,296 dengan 95 % CI (1,391-3,790), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1, artinya status gizi obes merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini

Hal ini sesuai dengan penelitian Sylvia (2012) pada remaja putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung dengan desain penelitian cross sectional dan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p yang didapatkan adalah 0,001. Hal ini berarti p < 0,05, maka ini menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna yang signifikan antara status gizi dengan umur menarche.

Hasil penelitian Amanda (2014) pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan, dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan umur menarche.

Dalam penelitian Aishah (2011) menyatakan bahwa remaja yang memiliki IMT yang lebih tinggi cenderung mendapatkan menstruasi pertamanya terlebih dahulu. Maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki status gizi lebih akan mengalami menarche di umur yang lebih cepat dibanding mereka yang


(77)

62

memiliki status gizi kurang, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang mereka punya menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda. Mereka yang memiliki status gizi lebih atau diatas normal akan mendapat menarche di umur yang cepat, sedangkan mereka yang memiliki status gizi kurang atau dibawah normal mengalami menarche di umur yang lebih lambat. Lalu, mereka dengan status gizi yang normal mengalami menarche di umur yang juga normal.

5.2.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche

Gambar 5.12 Diagram Bar Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.12 dapat dilihat bahwa hubungan aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Tahun 2016 adalah bahwa siswi dengan aktifitas fisik tidak cukup yang mengalami menarche dini sebanyak 50% dan yang mengalami menarche normal sebanyak 50%. Sedangkan, siswi dengan aktifitas fisik cukup yang mengalami menarche dini sebanyak 23%, dan yang mengalami menarche normal sebanyak 77%.


(78)

63

RP siswi dengan aktivitas fisik cukup dibandingkan dengan siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup terhadap umur menarche adalah 2,176 dengan 95 % CI (1,294-3,660), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayan mencakup angka 1, artinya aktifitas fisik tidak cukup merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,003. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fidrin (2014), yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan umur menarche (p = 0,65).

5.2.4 Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche

Gambar 5.13 Diagram Bar Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016


(79)

64

Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi menarche dini terjadi pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini yaitu 78,3%, dan terendah pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal yaitu 20,9%. Proporsi tertinggi menarche normal terjadi pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal yaitu 79,1% dan terendah pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini 21,7%.

RP Ibu yang mempunyai umur menarche dini dibandingkan dengan Ibu yang mempunyai umur menarche normal terhadap umur menarche siswi adalah 3,478 dengan 95 % CI (2,380-5,904), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup 1 artinya ibu dengan umur menarche dini merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,0001. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amalia (2012) pada remaja putri di SMPN 155 Jakarta. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,459 (p > 0,05), ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan umur menarche responden.


(80)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dengan judul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah :

1. Distribusi umur responden pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada umur 13 tahun.

2. Distribusi proporsi Suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada suku jawa.

3. Distribusi proporsi umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada umur menarche normal.

4. Umur rata – rata menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 11,89 tahun dengan umur terendah 10 tahun dan umur tertinggi 13 tahun.

5. Distribusi proporsi pola makan siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada pola makan buruk.

6. Distribusi proporsi status gizi siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, tertinggi pada status gizi tidak obes.

7. Distribusi proporsi aktivitas fisik siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, tertinggi pada aktivitas fisik cukup.

8. Distribusi proporsi umur Menarche ibu pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi yaitu pada umur menarche ibu normal .


(81)

66

9. Terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

10. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

11. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

12. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

6.2 Saran

Saran pada penelitian ini adalah :

1. Diharapkan kepada siswi yang mengalami menarche dini untuk menerapkan pola makan gizi seimbang salah satunya dengan cara lebih banyak mengkonsumsi protein nabati seperti tahu tempe dibandingkan dengan protein hewani, serta mengurangi makanan sumber lemak seperti ayam goreng cepat saji, KFC, bakso, coklat, dan makanan gorengan. 2. Diharapkan kepada siswi untuk melakukan olahraga secara teratur agar

memiliki indeks massa tubuh ideal sehingga tidak memperbesar faktor resiko untuk menderita penyakit keganasan setelah mengalami menarche dini.

3. Diharapkan kepada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah yang mengalami menarche dini untuk menjaga pola hidup sehat sehigga faktor resiko


(82)

67

penyakit kanker payudara, kanker ovarium, mioma uteri, dan menopause bisa diperkecil.

4. Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat memberikan penyuluhan kepada siswi tentang masalah kesehatan reproduksi khususnya tentang menstruasi, membuat kantin sekolah sehat.

5. Diharapkan kepada pemerintah serta pihak multimedia untuk melakukan pembatasan terhadap iklan makanan olahan maupun makanan cepat saji yang tidak baik bagi kesehatan karena kandungan lemak, protein, karbohidrat yang tinggi pada makanan tersebut namun rendah serat, dan dapat menggantinya dengan iklan layanan masyarakat tentang pola makan gizi seimbang.


(83)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pubertas

Pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan, yang terjadi karena adanya aktivasi hormon gonadotropin pada hipofisis, dan juga hormon steroid terkait seks, yang menimbulkan perubahan dan karakteristik seksual pada manusia, secara primer dan sekunder. Secara klinis, pubertas dimulai dengan timbulnya ciri – ciri kelamin sekunder dan berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pada perempuan, pubertas terjadi kira – kira pada umur 8 – 14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun (Lestari, TW. dkk. 2014).

Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri – ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis. Pubertas pada wanita dimulai dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi mantap dan teratur. Dengan demikian, puberstas dapat diartikan sebagai tahap ketika seorang remaja, memasuki masa kematangan seksual dan ketika organ reproduksi mulai berfungsi (Widyastuti, Y. dkk. 2009).

Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia, pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini dirangsang oleh peningkatan FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu kepekaan reseptor LH sehingga terjadi peningkatan LH yang mempercepat perkembangan folikel yang menghasilkan estrogen (Guyton AC, Hall JE.2007).


(84)

7

2.2 Menstruasi

2.2.1 Defenisi Menstruasi

Menstruasi merupakan siklus yang kompleks meliputi psikologis, pancaindra, korteks serebri, hipofisis (ovarial aksis), dan endorgan (uterus-endometrium,dan alat seks sekunder). (Manuaba, Ida.dkk. 2009). Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan yang terjadi secara periodik kecuali pada saat kehamilan (Proverawati A, Maisaroh. 2009).

Menstruasi pertama sekali yang dialami seorang remaja putri disebut menarche yang terjadi rata – rata pada usia 12 tahun. Namun dewasa ini banyak dari remaja putri yang mengalami menarche dini (<12 tahun) dan ada juga yang mengalami keterlambatan usia menarche (>14 tahun) yang disebabkan oleh berbagai faktor (Norwitz E, Jhon Schorge. 2008).

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

Faktor – faktor yang memegang peranan penting dalam proses terjadinya menstruasi, (Kusmiran E. 2011) yaitu :

a. Faktor hormonal

Proses terjadinya menstruasi pada seorang wanita dipengaruhi oleh empat hormon, antara lain : Follice Stimulating Hormone (FSH) dan Luteneizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium.


(85)

8

b. Faktor enzim

Enzim hidrolik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

c. Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri – arteri, vena – vena dan hubungan diantara keduanya.

d. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan menstruasi. 2.2.3 Fisiologi menstruasi

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikelurkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel – folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun perkembangannya dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang dan menghasilkan estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.

Produksi hormon LH maupun FSH berada dibawah pengaruh releasing hormon yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Poduksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel yang mengandung estrogen tersebut.


(86)

9

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentulkah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (leutropic hormones, suatu hormon gonadotrofik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium (Saryono. 2008).

2.2.4 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah lamanya atau jarak waktu mulainya menstruasi sampai ke menstruasi selanjutnya. Panjang siklus haid yang normal ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup beragam antara 21 – 35 hari. Lama menstruasi setiap wanita cenderung bervariasi namun biasanya antara 3 – 7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 25 – 60 cc/ siklus, dimulai dengan perdarahan sedikit diikuti hari kedua dan ketiga banyak , selanjutnya sedikit dan berhenti (Manuaba, Ida.dkk 2010).

Pengaturan siklus menstruasi ditentukan oleh faktor psikologis dan umpan balik (feedback loop) estrogen dan progesteron. Long feedback loop adalah .umpan balik steroid hormon terhadap hipotalamus dan hipofisis. Short feedback loop langsung ke hipofisis untuk pengeluaran gonadotropin. Ultrashort feedback loop adalah pengaturan pengeluaran sendiri releasing hormone factor (Sri, Kusuma, dkk. 2010).


(87)

10

Siklus utama menstruasi dibedakan dalam 4 tahap (Syaifuddin. 2009), yaitu :

a. Stadium menstruasi atau desquamasi

Pada masa ini, endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan , hanya lapisan tipis yang tertinggal disebut stratum basale . stadium ini berlangsung selama 2 – 8 hari. Pada stadium ini yang keluar berupa darah dan potongan – potongan endometrium, serta lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku oleh karena adanya fermen (bikatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan – potongan mukosa. Banyaknya perdarahan selama haid ± 50 cc.

b. Stadium post menstruum atau stadium regenerasi

Luka yang terjadi karena endometrium terlepas berangsur – angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yangberasal dari sel epitel kelenjar endometrium. Pada masa ini, tebal endometrium ± 0,5 mm. Stadium ini berlangsung selama 4 hari.

c. Stadium inter menstruum atau proliferasi

Pada stadium ini endometrium tumbuh dan mempunyai ketebalan ± 3,5 mm kelenjar – lelenjarnya tumbuh lebih ceppat daripada jaringan yang lain. Stadium ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 haid pertama.

d. Stadium pra menstruum

Pada stadium ini, endometrium tetap tebal, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku – liku serta mengeluarkan cairan. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang nantinya diperlukan


(88)

11

sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini dilakukan untuk mempersiapkan endometrium dalam menerima sel telur.

Lapisan endpmetrium dapat terlihat yaitu lapisan atas yang padat (strarum kompaktum) yang hanya dapat ditembus oleh saluran – saluran keluar dari kelenjar. Lapisan startum stratum songeosum memiliki banyak lubang – lubang karena terdapat rongga dari kelenjar, sedangkan lapisan bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14 – 28 hari. Jika tidak terjadi kehamilan, maka endometrium dilepas kembali dan perdarahan berulang (siklus berulang kembali).

2.3 Menarche

2.3.1 Definisi Menarche

Menarche adalah menstruasi pertama yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun. Rangsangan pancaindra diblok pubertas inhibitor (nukleus amigdale) melalui stria terminalis, menuju hipotalamus sehingga terhindar dari pubertas prekoks. Hormon estrogen sebelum menarche berfungsi meningkatkan kematangan alat seks sekunder (pembesaran mamae, depositas lemak sesuai pola wanita, pertumbuhan bulu, tumbuh-kembang uterus dan endometrium) ( Sri, Kusuma, dkk. 2010). Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi.

Menarche terjadi akibat peningkatan FSH (foccille stimulating hormone releasing hormone)dan LH (luteinizing hormone-releasing hormone) yang merangsang sel target ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan


(89)

12

dan proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton AC, Hall JE. 2007).

2.3.2 Umur Menarche

Masa remaja merupakan usia diantara masa anak – anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 – 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama kali. Biasanya umur menarche dini < 12 tahun, dan umur menarche normal ≥ 12 tahun (Wiknjosastro, H. 2008).

Menarche mengacu kepada menstruasi pertama hanyalah merupakan salah satu tanda pubertas. Umur menarche semakin lama semakin menurun, dimana umur rata-rata menarche adalah antara 12 sampai 13 tahun, tetapi pada sebagian kecil anak perempuan yang tampaknya normal, menarche terjadi paling cepat pada usia 10 tahun atau paling lambat di usia 16 tahun.

Menurut Bustan (2007), terjadinya menarche dini dapat menjadi suatu faktor resiko terjadinya penyakit keganasan, seperti kanker payudara Namun menurut Proverawati (2009) menarche dini tidak hanya menjadi faktor resiko penyakit kanker payudara tetapi juga sebagai faktor resiko dari kanker serviks dan mioma uteri.

Umur menarche yang semakin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat mengalami kehidupan seksual sehingga kemungkinan remaja untuk hamil


(90)

13

dan menjadi seorang ibu di usia muda semakin besar. Hal ini berkaitan dengan budaya nikah muda di masyarakat. Selain itu menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara dan mioma uteri (Helm, C.W. 2010).

Sebaliknya, menarche yang lambat juga berdampak terhadap lambatnya kematangan fisik, baik hormon maupun organ tubuh yang dapat menyebabkan kegagalan penimbunan mineral pada tulang dan menurunkan kepadatan mineral tulang. Akibat keadaan ini resiko osteoporosis menjadi lebih besar dikemudian hari (Chiang, J.W. 2008).

Dalam keadaan normal, menarche biasanya diawali dengan periode pematangan yang dapat memakan waktu sekitar 2 tahun. Pada awalnya, sebagian besar anak perempuan mengalami menstruasi yang tidak teratur, tetapi setelah ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat menstruasi pada seorang perempuan akan lebih menjadi teratur.

2.3.3 Faktor Penyebab Kejadian Menarche

Kejadian menarche dan menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :

1. Pola Makan

Pada Remaja terjadi proses pematangan seksual , pematangan fisik dan perubahan komposisi tubuh. Periode remaja ini ditandai dengan pertumbuhan yang cepat baik tinggi maupun berat badan sehingga kebutuhan zat gizi yang baik sangat diperlukan. Kebutuhan energi diperlukan remaja untuk kegiatan sehari – hari maupun untuk proses metabolisme tubuh.


(91)

14

Pola konsumsi remaja dewasa ini kaya akan makanan olahan, susu, daging olahan serta makanan cepat saji yang dapat mengganggu proses perkembangan tubuh serta menyebabkan pubertas yang lebih awal. Konsumsi junk food pada remaja berpengaruh terhadap peningkatan gizi remaja. Umumnya makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asamkorbat, kalsium, dam folat (Khomsan, 2004). Remaja putri dengan kelebihan nutrisi (kelebihan lemak dan berat badan), menarche juga terjadi lebih dini. Nutrisi mempunyai pengaruh terhadap kematangan seksual manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon terhadap Luetinizing Hormone (LH), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda – tanda seks sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi. Beberapa studi telah menemukan hubungan antara remaja yang mempunyai indeks massa tubuh yang tinggi dengan kejadian menstruasi yang lebih awal. Kelebihan lemak tubuh mengubah tingkat hormon insulin, leptin serta estrogen. Hormon leptin merupakan hormon yang dihasilkan oleh jaringan lemak sebagai penghubung antara pubertas dan berat badan. Oleh sebab itu, faktor – faktor diyakini bertanggung jawab menghubungkan obesitas sebagai penyebab percepatan umur menarche.

Para remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat menstruasi hal tersebut terbukti pada saat menstruasi, terutama pada fase luteal terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Menurut Ellya (2010), status gizi remaja


(92)

15

wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarche. Pola konsumsi remaja zaman sekarang yang banyak mengkonsumsi protein hewani dan makanan yang mengandung lemak, menjadi salah satu faktor terjadinya menarche dini.

Survey konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam pemantauan status gizi perorangan atau kelompok. Survei ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi, baik pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan. Ada beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang dapat digunakan, antara lain : metode recall 24 jam, metode estimed food records, metode penimbangan makanan, metode dietary history, dan metode frekuensi makanan. Apabila tujuan penelitian hanya untuk mengetahui kebiasaan atau pola konsumsi dari sekelompok masyarakat, maka metode frekuensi makanan yang dapat dilakukan ( Supariasa, IDN. 2008).

Pola makan seorang remaja dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsinya. Semakin banyak seorang remaja mengkonsumsi makanan yang mengandung protein hewani, makanan berlemak, makanan cepat saji, dan minuman yang menggadung soft drink maka akan semakin cepat seorang remaja mendapatkan menarche.

Frekuensi dari pola makan seseorang adalah adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Frekuensi makan, terkait dengan variasi makanan diperkirakan dapat mengurangi resiko terhadap penyakit. Namun, pola makan yang buruk bagi seorang remaja menjadi faktor resiko terjadinya menarche dini.


(93)

16

Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, serta dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan yang sehat yang dapat diterapkan dalam jangka waktu yang lama. Peran dari lingkungan sekolah salah satunya dapat menyediakan kantin yang sehat, serta menggiatkan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan olahraga.

2. Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi 3 kategori yaitu ; status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih (Almatsier. 2010).

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami defisiensi zat – zat yang diperlukan oleh tubuh. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kesehatan semaksimal mungkin. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan (Silvana S. 2008).

Makanan merupakan kebutuhan pokok untuk hidup dan beberapa zat makanan penting sekali bagi kesehatan. Kebutuhan nutrisi individu bervariasi sesuai dengan perbedaan genetik dan metabolik. Nutrisi yang tepat sangat penting bagi pertumbuhan dan kesejahteraan manusia.


(1)

vii

dan Qonita Luthfia yang selalu menemani, memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

12. Teman seperjuangan di peminatan “Epicurious” 2012, teman PBL Kelompok 3 Desa Ajijahe (Keluarga seday), teman LKP Puskesmas Helvetia, serta teman-teman stambuk 2012 terima kasih atas dukungan, doa, semangat, dan kebersamaan selama ini.

13. Sahabat yang selalu mendukung dalam setiap hal :, Sri Apriani, Lanni, Elen, Arika, Kia, Rilla, Zizah, Ayu, Kiki.

14. Seluruh pihak yang telah berjasa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2016

Balqis Fadillah


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Pubertas ... 6

2.2 Menstruasi ... 7

2.2.1 Definisi Menstruasi ... 7

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi ... 7

2.2.3 Fisiologi Menstruasi ... 8

2.2.4 Siklus Menstruasi ... 9

2.3Menarche ... 11

2.3.1 Definisi Menarche……… ... 11

2.3.2 Umur Menarche……….. ... 12

2.3.3 Faktor Penyebab Kejadian Menarche ... 13

2.3.4 Dampak Menarche Dini ……… ... 22

2.3.5 Pencegahan Menarche Dini... 24

2.4 Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1Jenis Penelitian ... 28

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 28

3.2.2 Waktu Penelitian ... 28


(3)

ix

3.3.1 Populasi ... 28

3.3.2 Sampel ... 28

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 30

3.4Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 31

3.5Instrumen Penelitian……… ... 31

3.6Teknik Analisis Data ... 31

3.6.1 Analisis Univariat... 31

3.6.2 Analisis Bivariat ... 32

3.7 Definisi Operasinal... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN………. ... 35

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Analisis Univariat... 36

4.2.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur ... 36

4.2.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Suku ... 36

4.2.3 Distribusi Proporsi Umur Menarche Responden ... ` 37

4.2.4 Umur Rata-Rata Menarche ... 38

4.2.5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan ... 38

4.2.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi.. 39

4.2.7 Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Aktifitas Fisik. 39 4.2.8 Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu ... 40

4.3 Analisis Bivariat ... 40

4.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche ... 40

4.3.2 Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche ... 41

4.3.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche ... 43

4.3.4 Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche ... 44

BAB V PEMBAHASAN……… ... 46

5.1 Analisis Univariat ... 46

5.1.1 Proporsi Umur Responden ... 46

5.1.2 Proporsi Suku ... 47


(4)

5.1.3 Proporsi Umur Menarche ... 48

5.1.4 Proporsi Umur Menarche ... 50

5.1.5 Umur Rata-Rata Menarche ... 51

5.1.6 Proporsi Berdasarkan Pola Makan ... 52

5.1.7 Proporsi Berdasarkan Status Gizi... 54

5.1.8 Proporsi Berdasarkan Aktivitas Fisik ... 56

5.1.9 Proporsi Berdasarkan Umur Menarche Ibu ... 57

5.2 Analisis Bivariat ... 58

5.2.1 Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche ... 58

5.2.2 Hubungan Status Gizi dengan umur Menarche ... 60

5.2.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche ... 62

5.2.4 Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Kuesioner Penelitian LAMPIRAN II Tabel Frekuensi Makanan LAMPIRAN III Surat Izin Penelitian LAMPIRAN IV Surat Selesai Penelitian LAMPIRAN V Master Data

LAMPIRAN VI Output Data


(5)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi

Untuk Aktivitas Ringan ... 20 Tabel 2.2 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi

Untuk Aktivitas Sedang ... 20 Tabel 2.3 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi

Untuk Aktivitas Berat ... 21 Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswi Kelas VII-VIII SMP Negeri 1 Sei

Rampah Tahun 2016 ... 29 Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswi

SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Suku Pada Siswi

SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche

Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur

MenarchePada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

setelah dikategorikan ... 37 Tabel 4.5 Rata – Rata Umur Menarche siswi di SMP Negeri 1 Sei

Rampah Tahun 2016 ... 38 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada

Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 38 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada

Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik

Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche

Ibu Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 40 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan Dengan Umur

Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 40

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi Dengan Umur

Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 41

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Umur

Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 43

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Umur Menarche Ibu Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2016 ... 44


(6)

DATFAR GAMBAR

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Responden Pada

Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 46 Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Pada Siswi SMP

Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 47 Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Menarche Pada

Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 48 Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Menarche Kategorik

Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 50 Gambar 5.5 Diagram BarUmur Rata-rata Menarche Pada Siswi SMP

Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 51 Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan

Pola Makan Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun

2016 ... 52 Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan

Status Gizi Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun

2016 ... 54 Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan

Aktifitas Fisik Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun

2016 ... 56 Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan

Umur Menarche Ibu Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2016 ... 57 Gambar 5.10 Diagram BarHubungan Pola Makan dengan Umur

Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 58

Gambar 5.11 Diagram BarHubungan Status Gizi dengan Umur

Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 60

Gambar 5.12 Diagram BarHubungan Aktifitas Fisik dengan Umur

Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 ... 62

Gambar 5.13 Diagram BarHubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur