untuk mengubah pengetahuan, maka teknik dan media baca adalah yang paling tepat.
C. Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan
tentang Pencegahan Keputihan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Hipotesis penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra 2011 dimana rata-rata pengetahuan siswa tentang HIV AIDS sebelum diberikan pendidikan kesehatan
adalah 6,25 sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, rata-rata pengetahuan siswa meningkat menjadi 7, 59 dan perbedaan nilai mean antara
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan adalah 1,34 dengan standar deviasi 0,12. Hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kesehatan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Vyronica
2012 yang dalam penelitiannya itu juga menyatakan bahwa
terdapat perbedaan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Health Belief Model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan yang di dasarkan pada kepercayaan atau persepsi yang dimiliki seseorang
berkaitan dengan kerentanannya terhadap penyakit dan merupakan model kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan
Bensley, 2008; Maulana, 2009. Model ini juga merupakan model yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku pencegahan penyakit Anies, 2006.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan. Meningkatnya pengetahuan responden diharapkan dapat menimbulkan
kesadaran dan terjadi perilaku pencegahan penyakit dalam kehidupan sehari- hari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto 2012 menunjukkan bahwa
adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja perempuan di SMA Negeri
1 Jatinom. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan dapat mengubah perilaku kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti
sampai ke tingkat perubahan perilaku, hanya menilai sampai ke perubahan tingkat pengetahuan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan cukup efektif meningkatkan pengetahuan remaja, dapat dilihat dari kenaikan
pengetahuan rata-rata remaja perempuan dari 20,04 menjadi 22,65. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wina 2013 yang
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan. Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared untuk melihat ukuran efektifitas
pendidikan kesehatan yang telah diberikan, didapatkan hasil 0,468 yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah ini
memiliki efektifitas yang besar Pallant, 2007. Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor
yaitu; karakteristik sasaranpartisipan seperti jumlah, status sosial ekonomi, umur, dan jenis kelamin; waktu dan tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik
yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktek partisipan Nursalam 2008. Metode
pendidikan kesehatan pada penelitian ini adalah ceramah disertai tanya jawab. Berdasarkan analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan keputihan. Purwono
2011 juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah efektif terhadap peningkatan
pengetahuan remaja perempuan tentang stress. Pernyataan ini juga sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kustriyani 2009 dalam
penelitiannya yang mengatakan bahwa metode ceramah cocok diberikan pada remaja yang berpendidikan cukup tinggi, karena metode ini baik untuk sasaran
responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah, tanya jawab juga dapat membuat remaja menjadi lebih terbuka dalam memberikan
pertanyaan sehingga memperluas wawasan mereka untuk menggali pengetahuan dan bertukar pendapat. Hal ini membuktikan bahwa banyak
penelitian yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
Remaja menyadari
keterbatasan pikiran
mereka, keterampilan
menyelesaikan masalah sering memperbaiki pikiran mereka, karena mereka mulai mencari semua kemungkinan penyelesaian masalah dan menjadi lebih
tahu bahwa penyelesaian masalah dapat lebih dari satu. Untuk membentuk identitas, remaja menaruh perhatian besar pada bagaimana orang lain
memandang mereka, mencari pengalaman mereka yang lalu, bereksperimen dengan berbagai peranan, bertindak sesuai dengan perasaan, dan
mengungkapkan kepercayaan dan pendapat mereka. Perubahan kognitif remaja
mempunyai implikasi penting dalam pengajaran dan kurikulum. Remaja dapat mengerti betul konsep abstrak, dan dapat melihat serta menginterpretasikan
masalah-masalah dalam bidang sosial dan bahwa kemampuan kognitif remaja masih dalam proses perkembangan Bastable, 2002.
Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi tingkatannya melampaui pemikiran saat masih kanak-kanak awal. Mereka sanggup berfikir
secara abstrak dan melakukan penalaran logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika dibandingkan dengan silogistis. Anak remaja dapat
mengonsepsikan dan menginternalisasikan gagasan, mendebat berbagai pendapat, memahami sebab dan akibat, memahami penjelasan yang kompleks,
dan merespons petunjuk yang rumit dengan cepat. Anak remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab penyakit,
pengaruh variabel attas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit
sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat atau prognosis suatu
penyakit. Mereka juga mampu mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak untuk mempraktekkannya atau mulai terlibat dalam perilaku
beresiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan Bastable, 2002.
Remaja cenderung memberontak terhadap nasehat apapun dari orang dewasa yang mereka anggap otoriter Bastable, 2002, oleh karena itu dalam
memberikan pendidikan kesehatan sebaiknya tidak menggunakan bahasa yang
bersifat otoriter, metode ceramah yang bersifat diskusi dan tanya jawab akan lebih memudahkan mereka dalam menerima informasi.
Metode ceramah bukan merupakan metode yang paling efektif. Saputra 2011 melaporkan dalam penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan dengan
metode curah pendapat memiliki nilai efektifitas 100, sedangkan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dengan audio visual memiliki
nilai efektivitas 93,75 dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV AIDS pada siswa SMAN 4 Tangerang Selatan. Hal ini membuktikan bahwa metode
curah pendapat lebih efektif dibandingkan metode ceramah, namun, tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan karena meskipun metode curah
pendapat dapat meningkatkan pengetahuan responden lebih banyak, metode ceramah memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari metode curang
pendapat. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan dengan
metode ceramah dan tanya jawab dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pengetahuan remaja perempuan tentang kesehatan reproduksi
khususnya pencegahan keputihan.
D. Keterbatasan Penelitian