Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa

40,47 memiliki peranan yang cukup. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Afrima, Ismail, Emilia 2011 siswa yang memanfaatkan PIK-KRR yaitu 50. Dan berdasarkan penelitian Anjarwati, Nurhidayati, Rokhanawati 2011 bahwa sekitar 40 orang 83,3 siswa SMU PIRI 1 Yogyakarta belum pernah menggunakan jasa pelayanan dari pusat kesehatan reproduksi remaja.

3. Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa

Berdasarkan data penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.4 maka diketahui nilai α = 0,05 dan p = 0,065 α yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan. Siswa yang berperilaku kesehatan reproduksi baik belum tentu memanfaatkan PIK-KRR dengan baik. Menurut penelitian Desyolmita dan Firman 2013 bahwa hal ini dapat disebabkan oleh persepsi siswa terhadap program PIK-KRR berupa pemahaman tentang pelaksanaan, pelaksana, materi dan kegunaan PIK-KRR. Dan menurut penelitian Afrima, Ismail, Emilia. 2011 disebabkan oleh adanya hambatan pskologis berupa perasaan malu dan takut jika masalahnya diketahui oleh orang lain. Dan berdasarkan penelitian Anjarwati, Nurhidayati, Rokhanawati 2011 bahwa besarnya responden belum memanfaatkan jasa pusat layanan layanan kesehatan reproduksi remaja karena kurangnya sosialisasi program atau belum cukup jumlah unit tersebut. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa karena yang berpengaruh dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa tidak hanya pemanfaatan PIK-KRR. Menurut Teori Piaget bahwa remaja cenderung membangun pengetahuannya dari informasi yang Universitas Sumatera Utara mereka dapat dari media massa, teman sebaya dan orang tua. Remaja menggabungkan pengalaman dan pengamatan mereka untuk membentuk pengetahuan mereka dan menyertakan pemikiran-pemikiran baru yang mereka dapatkan dari sumber informasi karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan Santrock, 2003. Berdasarkan penelitian Dewi, R.N 2010 bahwa sumber informasi remaja tentang kesehatan reproduksi terbanyak dari internet. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutisna 2009 dalam Dewi, R.N, 2010 bahwa sebagian besar remaja menggunakan internet atau media online untuk mendapatkan informasi. Jenis media massa yang dimaksud adalah koran, majalah, buku, televisi, radio, film, pamflet leaflet, VCD DVD dan internet. Menurut roger dan Soemoker dalam Sarwono 2004, menyebutkan bila lingkungan memberikan dukungan positif maka proses adopsi perilaku akan tetap dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik lingkungan, terutama dari kelompok acuan, maka biasanya adopsi tersebut tidak jadi dipertahankan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Harahap 2004 bahwa remaja yang memiliki perilaku kesehatan reproduksi baik dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga berupa adanya dukungan untuk membicarakan kesehatan reproduksi dan lingkungan teman sebaya berupa pembicaraan teman sebaya seperti teman disekolah ataupun teman di luar sekolah yang baik secara kualitas dan kuantitas. Menurut Suryoputro, Ford dan Shaluhiyah 2010 selain faktor lingkungan perilaku kesehatan reproduksi dapat dipengaruhi oleh faktor personal seperti tingkat relijiusitas berupa aktivitas yang berhubungan dengan agama, aktivitas sosial berupa aktivitas individu dalam mengisi waktu luang, gaya hidup berupa pilihan remaja Universitas Sumatera Utara terhadap majalahnovel, jenis pakaian, tontonanacara TV, pengendalian diri, harga diri, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, sikap terhadap seksualitas, dukungan sosial, serta kepercayaan diri yang memiliki perbedaan dari setiap individu. Pentingnya PIK-KRR menurut Desyolmita dan Firman 2013 bahwa PIK- KRR untuk mengakomodir kebutuhan remaja serta mendapatkan informasi secara lengkap tentang kesehatan organ reproduksi serta sopan santun dalam bertingkah laku. PIK-KRR dapat mendidik remaja agar tidak melakukan seks secara bebas dan dapat membicarakan permasalahan reproduksi secara leluasa, dan berterus terang pada orangtua, guru dan orang dewasa lainnya yang lebih memahami tentang kesehatan reproduksi. PIK-KRR menjawab keingintahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi dan siswa untuk memiliki wawasan baru dan lebih bertanggung jawab serta untuk menjaga dirinya karena dibekali pengetahuan kepercayaan diri. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa PIK-KRR memiliki peranan yang penting sebagai sumber informasi yang tepat, benar, lengkap dan sesuai kebutuhan remaja tentang KRR. Keterbatasan Penelitian : Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Metode pengambilan data yang hanya dari kuisioner tanpa didukung dengan wawancara secara terbuka dengan responden menyebabkan data yang didapat tidak mendalam atau kurang spesifik. Universitas Sumatera Utara 2. Dalam pengisisan instrument penelitian kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan tidak dapat diketahui dengan pasti. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hasil penilaian kuesioner. 3. Dalam penelitian ini tidak mengukur faktor yang mempengaruhi pemanfaatan PIK-KRR dan perilaku kesehatan reproduksi remaja. 4. Dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling jadi siswa yang memanfaatkan PIK-KRR tidak terambil semua. Universitas Sumatera Utara 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perilaku kesehatan reproduksi siswa diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebesar 244 orang 90,4. 2. Pemanfaatan PIK-KRR diperoleh bahwa mayoritas responden tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik yaitu sebesar 210 orang 77,8 3. Hubungan pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan yaitu diketahuinya p = 0,065 α dengan tingkat kepercayaan 95 yang artinya bahwa tidak ada hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa.

B. Saran

1. Bagi PIK-KRR

a. Disarankan guru pembimbing PIK-KRR memberikan penyuluhan materi kesehatan reproduksi remaja melalui kegiatan yang menarik siswa seperti bedah buku, bedah film, out bound dan melalui media seperti leaflet, poster, majalah sekolah ataupun media sosial seperti website khusus PIK-KRR untuk meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi remaja ke arah yang lebih baik. b. Diharapkan guru pembimbing PIK-KRR untuk memperkenalkan keberadaan PIK-KRR dengan melakukan promosi dan sosialisasi melalui kegiatan yang menarik siswa seperti bedah buku, bedah film, out bound, dsb dan melalui Universitas Sumatera Utara