9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan melibatkan penggunaan dana. Dana dapat diperoleh dari sumber intern maupun ekstern perusahaan yang
tentunya tidak terlepas dari peran manajer keuangan. Dana yang diterima dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan
sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan retained
earnings. Dana dari sumber ekstern perusahaan, yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan
obligasi, kredit dari bank. Upaya perolehan dan penggunaan dana, manajer keuangan akan terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pengendalian
penggunaan dana. Penggunaan dana berasal dari sumber intern atau ekstern merupakan alternatif yang memerlukan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Alternatif yang dipilih sebaiknya memberikan implikasi yang baik pada struktur modal perusahaan.
Modal dalam struktur perusahaan, baik badan usaha swasta atau negara, akan signifikan terhadap kebijakan-kebijakan struktural kelembagaan di samping
mekanisme dan fungsi operasional. Modal berfungsi tidak hanya sebagai unsur pada faktor produksi, namun juga sebagai manifestasi pertumbuhan dan pertambahan atas
aset-aset perusahaan yang terkait langsung dengan fungsi kepemilikan serta fungsi-
Universitas Sumatera Utara
10 fungsi lain sebagai hak Mudawam, 2008:2. Peran aktif dari manajemen diperlukan
dalam pencapaian tujuan perusahaan yang dalam pelaksanaannya menemui berbagai benturan kepentingan baik antara pihak intern maupun antara intern dengan ekstern
lingkungan perusahaan guna mengupayakan pertumbuhan perusahaan yang kontinyu dan berkesinambungan.
Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka
panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa Sjahrial, 2007:213. Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan
sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga perusahaan. Tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian
terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan.
Struktur modal perlu diperhatikan karena bauran pendanaan financing mix mempengaruhi nilai perusahaan secara langsung Lukas 1999:267. Hal ini
memotivasi manajemen perusahaan untuk mencari suatu struktur modal yang optimal untuk perusahaannya. Struktur modal yang optimal dapat diartikan
sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata sehingga memaksimalkan nilai
perusahaan. Struktur modal yang optimal dapat berubah sewaktu-waktu, perubahan ini dapat mempengaruhi tingkat risiko dan biaya dari setiap jenis
modal, yang pada gilirannya mengubah biaya modal rata-rata tertimbang. Lebih lanjut, perubahan ini juga mempengaruhi keputusan penganggaran modal yang
akhirnya, mempengaruhi harga saham perusahaan Brigham, 2001:5. Penentuan komposisi struktur modal optimal bukan hal yang mudah dan bukan merupakan
Universitas Sumatera Utara
11
ilmu pasti. Maka terdapat perbedaan struktur modal antar perusahaan sekalipun bergerak dalam bidang industri yang sama.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pada
umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi memiliki tingkat hutang yang relatif kecil Lukas, 1999:274. Hal ini dikarenakan
tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan.
Perusahaan besar yang sudah well established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal disbanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan
akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zelia Maria Silva dan Marcia
Cristina Rego mengenai penyesuaian tingkat hutang terhadap perusahaan Portugis yang go public membuktikan bahwa strukutr aktiva dan ukuran perusahaan lebih
relevan menentukan tingkat hutang optimal daripada profitabilitas. Risiko bisnis adalah risiko di mana perusahaan tidak dapat menutup biaya
operasionalnya Sundjaja, 2002:243. Umumnya semakin besar “pengaruh operasi” perusahaan dengan “penggunaan biaya tetap” akan semakin tinggi risiko
bisnisnya. Tingkat risiko bisnis dianggap telah tertentu. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai strukutr modal dengan “pengaruh” yang
lebih rendah daripada perusahaan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang rendah.
Struktur aktiva adalah perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan long term debt dengan total aktiva total asset Arief Susetyo, 2006. Aktiva
Universitas Sumatera Utara
12
dapat digunakan sebagai agunan hutang, karenanya perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar
Sartono, 2004:248. Beberapa hal yang menyebabkan melemahnya pertumbuhan sektor
manufaktur: pertama, upaya untuk membangkitkan sektor ini memerlukan adanya peningkatan permintaan untuk barang-barang industri sedangkan konsumen
domestik masih berada pada tahap awal untuk hal ini. Kedua, masih sangat sedikitnya perusahaan yang mengambil insiatif mengembangkan kapasitas
produksi yang ada melalui investasi. Ketiga, masih lemahnya fungsi intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan di tahun 2006 justru lebih banyak
ditopang oleh pertumbuhan kredit konsumtif, bukannya kredit investasi atau modal kerja. Kemudian, masalah buruh juga menjadi salah satu faktor
terkendalanya pertumbuhan sektor manufaktur. Perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang mengenai pesangon yang ditanggung. Bank
Indonesia dalam upayanya mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan justru berakibat pada melonjaknya suku bunga kredit yang menyulitkan
sektor riil mendapatkan akses kredit moda kerja. Kondisi ini secara langsung menekan penjualan di industri automotive dan property nasional. Berikut
disajikan tabel pertumbuhan industri 2005-2008: Tabel 1.1
Pertumbuhan Industri Indonesia Periode 2005-2008
No. Cabang Industri
Pertumbuhan 2005
2006 2007
2008 1.
Makanan,minuman dan tembakau
2,75 7,22
5,05 3,43
2. Tekstil, barang kulit dan
alas kaki 1,31
1,23 3,68
0,43 3.
Barang kayu dan hasil 0,92 0,66
1,74 1,15
Universitas Sumatera Utara
13
hutan 4.
Kertas dan barang cetakan 2,39
2,09 5,79
0,74 5.
Pupuk, kimia dan barang dari karet
8,77 4,48
5,69 3,85
6. Semen dan bahan galian
non logam 3,81
0,53 3,40
0,06 7.
Logam dasar, besi dan baja 3,70
4,73 1,69
3,2 8.
Alat angkut, mesin dan peralatan
12,38 7,55
9,73 14,53
9. Barang lainnya
2,61 3,62
2,82 14,53
Sumber: Laporan Pengembangan Sektor Industri Tahun 2008 Pada Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2007, untuk beberapa
cabang industri mengalami peningkatan persentase pertumbuhan, hal ini dipercaya karena upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas makro ekonomi di tahun
tersebut dinilai cukup berhasil. Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun perlu
memperhatikan struktur modal karena bauran pendanaan financing mix mempengaruhi nilai perusahaan secara langsung Atmaja, 1999:267. Struktur
modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa Hadianto 2007. Beberapa hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal
di antaranya adalah profitabilitas profitability, ukuran perusahaan firm size, risiko bisnis business risk, dan struktur aktiva asset tangibility, Atmaja,
1999:273. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Zelia dan Marcia pada tahun 2009 mengenai penyesuaian tingkat hutang pada perusahaan Portugis yang go public
membuktikan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan lebih relevan menentukan tingkat hutang optimal daripada profitabilitas. Risiko bisnis adalah
Universitas Sumatera Utara
14
risiko di mana perusahaan tidak dapat menutup biaya operasionalnya Sundjaja, 2002:243.
Bursa Efek Indonesia memiliki 20 sub sektor untuk sektor manufaktur. Penelitian kali ini mengambil 9 sub sektor sebagai sampel. Berikut tabulasi untuk
rata-rata TDAR, Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility dari 9 sub sektor tersebut untuk periode 2005-2008.
Tabel 1.2 Rata-rata TDAR, Profitability, Firm Size,
Business Risk dan Asset Tangibility Periode 2005-2008
No. Sub Sektor
TDAR Profitability
Firm Size
BRISK Rp.
Asset Tangibility
1. Adhesive
30,40 3,72
4,95 5152,90
19,75 2.
Apparel 50,89
1,21 12,31
23314,19 38,42
3. Automotive
32,97 2,73
13,53 274771,35
27,64 4.
Cable 20,78
3,14 13,80
31816,07 36,57
5. Cement
27,91 10,52
15,60 632566,2
64,83 6.
Fabricated 24,29
0,09 12,44
7845,95 38,06
7. Foods
35,48 0,76
13,75 69453
44,78 8.
Metal 36,47
4,08 12,65
79990,43 24,25
9. Textil
35,90 1,44
12,78 29458,93
66,61 Sumber:
www.idx.co.id , 27 Maret 2010, diolah
Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa sub sektor apparel, fabricated dan textile mengalami penurunan profitabilitas yang serius hingga mencapai angka
minus pada periode 2005-2008. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal pada Sektor
Manufaktur di BEI Periode 2005-2008.”
Universitas Sumatera Utara
15
B. Perumusan Masalah