Latar Belakang Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

9 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan melibatkan penggunaan dana. Dana dapat diperoleh dari sumber intern maupun ekstern perusahaan yang tentunya tidak terlepas dari peran manajer keuangan. Dana yang diterima dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan retained earnings. Dana dari sumber ekstern perusahaan, yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi, kredit dari bank. Upaya perolehan dan penggunaan dana, manajer keuangan akan terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan dana. Penggunaan dana berasal dari sumber intern atau ekstern merupakan alternatif yang memerlukan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Alternatif yang dipilih sebaiknya memberikan implikasi yang baik pada struktur modal perusahaan. Modal dalam struktur perusahaan, baik badan usaha swasta atau negara, akan signifikan terhadap kebijakan-kebijakan struktural kelembagaan di samping mekanisme dan fungsi operasional. Modal berfungsi tidak hanya sebagai unsur pada faktor produksi, namun juga sebagai manifestasi pertumbuhan dan pertambahan atas aset-aset perusahaan yang terkait langsung dengan fungsi kepemilikan serta fungsi- Universitas Sumatera Utara 10 fungsi lain sebagai hak Mudawam, 2008:2. Peran aktif dari manajemen diperlukan dalam pencapaian tujuan perusahaan yang dalam pelaksanaannya menemui berbagai benturan kepentingan baik antara pihak intern maupun antara intern dengan ekstern lingkungan perusahaan guna mengupayakan pertumbuhan perusahaan yang kontinyu dan berkesinambungan. Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa Sjahrial, 2007:213. Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga perusahaan. Tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan. Struktur modal perlu diperhatikan karena bauran pendanaan financing mix mempengaruhi nilai perusahaan secara langsung Lukas 1999:267. Hal ini memotivasi manajemen perusahaan untuk mencari suatu struktur modal yang optimal untuk perusahaannya. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal yang optimal dapat berubah sewaktu-waktu, perubahan ini dapat mempengaruhi tingkat risiko dan biaya dari setiap jenis modal, yang pada gilirannya mengubah biaya modal rata-rata tertimbang. Lebih lanjut, perubahan ini juga mempengaruhi keputusan penganggaran modal yang akhirnya, mempengaruhi harga saham perusahaan Brigham, 2001:5. Penentuan komposisi struktur modal optimal bukan hal yang mudah dan bukan merupakan Universitas Sumatera Utara 11 ilmu pasti. Maka terdapat perbedaan struktur modal antar perusahaan sekalipun bergerak dalam bidang industri yang sama. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi memiliki tingkat hutang yang relatif kecil Lukas, 1999:274. Hal ini dikarenakan tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Perusahaan besar yang sudah well established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal disbanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zelia Maria Silva dan Marcia Cristina Rego mengenai penyesuaian tingkat hutang terhadap perusahaan Portugis yang go public membuktikan bahwa strukutr aktiva dan ukuran perusahaan lebih relevan menentukan tingkat hutang optimal daripada profitabilitas. Risiko bisnis adalah risiko di mana perusahaan tidak dapat menutup biaya operasionalnya Sundjaja, 2002:243. Umumnya semakin besar “pengaruh operasi” perusahaan dengan “penggunaan biaya tetap” akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Tingkat risiko bisnis dianggap telah tertentu. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai strukutr modal dengan “pengaruh” yang lebih rendah daripada perusahaan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang rendah. Struktur aktiva adalah perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan long term debt dengan total aktiva total asset Arief Susetyo, 2006. Aktiva Universitas Sumatera Utara 12 dapat digunakan sebagai agunan hutang, karenanya perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar Sartono, 2004:248. Beberapa hal yang menyebabkan melemahnya pertumbuhan sektor manufaktur: pertama, upaya untuk membangkitkan sektor ini memerlukan adanya peningkatan permintaan untuk barang-barang industri sedangkan konsumen domestik masih berada pada tahap awal untuk hal ini. Kedua, masih sangat sedikitnya perusahaan yang mengambil insiatif mengembangkan kapasitas produksi yang ada melalui investasi. Ketiga, masih lemahnya fungsi intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan di tahun 2006 justru lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan kredit konsumtif, bukannya kredit investasi atau modal kerja. Kemudian, masalah buruh juga menjadi salah satu faktor terkendalanya pertumbuhan sektor manufaktur. Perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang mengenai pesangon yang ditanggung. Bank Indonesia dalam upayanya mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan justru berakibat pada melonjaknya suku bunga kredit yang menyulitkan sektor riil mendapatkan akses kredit moda kerja. Kondisi ini secara langsung menekan penjualan di industri automotive dan property nasional. Berikut disajikan tabel pertumbuhan industri 2005-2008: Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Indonesia Periode 2005-2008 No. Cabang Industri Pertumbuhan 2005 2006 2007 2008 1. Makanan,minuman dan tembakau 2,75 7,22 5,05 3,43 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 1,31 1,23 3,68 0,43 3. Barang kayu dan hasil 0,92 0,66 1,74 1,15 Universitas Sumatera Utara 13 hutan 4. Kertas dan barang cetakan 2,39 2,09 5,79 0,74 5. Pupuk, kimia dan barang dari karet 8,77 4,48 5,69 3,85 6. Semen dan bahan galian non logam 3,81 0,53 3,40 0,06 7. Logam dasar, besi dan baja 3,70 4,73 1,69 3,2 8. Alat angkut, mesin dan peralatan 12,38 7,55 9,73 14,53 9. Barang lainnya 2,61 3,62 2,82 14,53 Sumber: Laporan Pengembangan Sektor Industri Tahun 2008 Pada Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2007, untuk beberapa cabang industri mengalami peningkatan persentase pertumbuhan, hal ini dipercaya karena upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas makro ekonomi di tahun tersebut dinilai cukup berhasil. Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun perlu memperhatikan struktur modal karena bauran pendanaan financing mix mempengaruhi nilai perusahaan secara langsung Atmaja, 1999:267. Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa Hadianto 2007. Beberapa hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal di antaranya adalah profitabilitas profitability, ukuran perusahaan firm size, risiko bisnis business risk, dan struktur aktiva asset tangibility, Atmaja, 1999:273. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zelia dan Marcia pada tahun 2009 mengenai penyesuaian tingkat hutang pada perusahaan Portugis yang go public membuktikan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan lebih relevan menentukan tingkat hutang optimal daripada profitabilitas. Risiko bisnis adalah Universitas Sumatera Utara 14 risiko di mana perusahaan tidak dapat menutup biaya operasionalnya Sundjaja, 2002:243. Bursa Efek Indonesia memiliki 20 sub sektor untuk sektor manufaktur. Penelitian kali ini mengambil 9 sub sektor sebagai sampel. Berikut tabulasi untuk rata-rata TDAR, Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility dari 9 sub sektor tersebut untuk periode 2005-2008. Tabel 1.2 Rata-rata TDAR, Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Periode 2005-2008 No. Sub Sektor TDAR Profitability Firm Size BRISK Rp. Asset Tangibility 1. Adhesive 30,40 3,72 4,95 5152,90 19,75 2. Apparel 50,89 1,21 12,31 23314,19 38,42 3. Automotive 32,97 2,73 13,53 274771,35 27,64 4. Cable 20,78 3,14 13,80 31816,07 36,57 5. Cement 27,91 10,52 15,60 632566,2 64,83 6. Fabricated 24,29 0,09 12,44 7845,95 38,06 7. Foods 35,48 0,76 13,75 69453 44,78 8. Metal 36,47 4,08 12,65 79990,43 24,25 9. Textil 35,90 1,44 12,78 29458,93 66,61 Sumber: www.idx.co.id , 27 Maret 2010, diolah Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa sub sektor apparel, fabricated dan textile mengalami penurunan profitabilitas yang serius hingga mencapai angka minus pada periode 2005-2008. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal pada Sektor Manufaktur di BEI Periode 2005-2008.” Universitas Sumatera Utara 15

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitability, Size, Business Risk, Asset Structure terhadap Struktur Modal di Jakarta Islamic Index Tahun 2008-2011.

0 3 12

Pengaruh Profitability, Tangibility, Non Debt Tax Shield, Dan Corporate Tax Terhadap Struktur Modal Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

3 15 104

PENGARUH FIRM SIZE, EARNING VOLATILITY, ASSET TANGIBILITY, PROFITABILITY, GROWTH, DAN FIRM AGE TERHADAP LEVERAGE

3 15 80

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 94

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBILITY OF ASSET, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMERGOOD DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 103

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 87

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CHEMICAL DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 77

KATA PENGANTAR - PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CHEMICAL DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 22

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBILITY OF ASSET, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMERGOOD DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22