Bentuk Penulisan Tafsir Analisis metodologi tafsir alfatihah kerja achmad chodjim aplikasi metodologi kajian tafsir islah gusmian

kesempatan, Chodjim menjelaskan kaitan ayat dengan cara bercerita dan percakapan antara satu tokoh dengan sahabatnya. 12 Tabel VI Gaya Penulisan Alfatihah Gaya Penulisan Tafsir Tafsir Alfatihah Gaya Bahasa Populer

4. Bentuk Penulisan Tafsir

Bentuk penulisan tafsir adalah mekanisme penulisan yang menyangkut aturan teknis dalam penyusunan keredaksian sebuah literatur tafsir. Aturan yang dimaksud adalah tata cara mengutip sumber, penulisan catatan kaki, penyebutan buku-buku yang dijadikan rujukan, serta hal-hal lain yang menyangkut konstruksi keredeksionalan. Dalam kaitan ini, ada dua hal pokok yang dianalisis: a bentuk penulisan ilmiah dan b bentuk penulisan non-ilmiah. a Bentuk penulisan ilmiah adalah suatu penulisan tafsir yang sangat ketat dalam memperlakukan mekanisme penyusunan redaksionalnya. Dalam bentuk ini, kalimat maupun pengertian yang didapat dari beberapa literatur lain diberi catatan kaki ataupun catatan perut untuk menunjukkan pada pembaca sumber asli pengertian yang dirujuk tersebut. Judul, buku, tempat, tahun, penerbit, serta nomor halaman buku menjadi penting untuk dituturkan dalam bentuk penulisan ilmiah ini. b Bentuk penulisan non-ilmiah adalah bentuk penulisan tafsir yang tidak menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang mensyaratkan adanya: footnote, 12 Ahmad Chodjim, Alfatihah, h. 214 dan 90. 51 endnote , maupun catatan perut, dalam memberikan penjelasan atas literatur yang dirujuk. Meskipun tidak menggunakan bentuk penulisan ilmiah, bukan berarti sebuah karya tafsir lalu diklaim, dari segi isi, tidak ilmiah. Kategori ilmiah dalam pengertian ini tidak ada kaitannya dengan isi. 13 Kesimpulan: Meski dalam Alfatihah ada catatan kaki, tapi tidak seketat karya ilmiah. Seperti saat mengutip sebuah hadis, Chodjim dalam catatan kakinya hanya menyebut hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi tertentu tanpa menyebut nama kitab perawi tersebut, jilid berapa, nama penerbit, tahun penerbitan, dan halamannya. 14 Begitu juga ketika dia merujuk kepada suatu karya tafsir. Dia hanya menulis ”Thabataba’i dalam Mengungkap Rahasia Alquran menyebutkan bahwa kata menyentuh bisa diartikan memahami”. 15 Dalam footnote tersebut, jelas ia tidak mencantumkan di halaman berapa kalimat itu berada. Tabel VII Bentuk Penulisan Alfatihah Bentuk Penulisan Tafsir Tafsir Alfatihah Bentuk Penulisan Non-Ilmiah

5. Sifat Mufasir