Pengertian Metodologi Tafsir METODOLOGI TAFSIR AL-QURAN

BAB II METODOLOGI TAFSIR AL-QURAN

A. Pengertian Metodologi Tafsir

Untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan metodologi tafsir, perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu pengertian semantik dari istilah yang digunakan: metodologi dan tafsir. Dalam kamus Random House Webster’s College Dictionary, 1 metodologi adalah 1 a set or system of methods, principles, and rules in a given discipline. 2 a branch of pedagogics dealing with analysis of subject to be taught and of the method of teaching them. Menurut The New Lexicon Webster’s Dictionary of English Language 2 metodologi adalah 1 a branch of philosophy dealing with the sciense of method or procedure. 2 a system of method and rules applied in a sciense. Lorens Bagus 3 menulis bahwa metodologi berasal dari bahasa Yunani methodos, yang diambil dari bahasa Latin: methodus yang terambil dari kata meta setelah, mengikuti dan hodos jalan. Sedangkan logos berarti kata, ujaran, rasio, dan ilmu. Ada lima pengertian dari metodologi yang ditulis Lorens Bagus: 1 Studi mengenai metode-metode [prosedur, prinsip] yang digunakan dalam dispilin 1 Random House Webster’s College Dictionary New York: Random House, 1999, h. 776. Sedangkan metode adalah procedure, technique, or planned of way doing something; order or system in doing anything; dan orderly or systematic arrangement, sequence, or the like. 2 The New Lexicon Webster’s Dictionary of English Language, vol. I Danbury, CT: Lexicon Publications, INC., 2004, h. 628. Sedangkan metode adalah a way of doing something; a procedure for doing something; orderliness in doing, planning, etc. 3 Lorens Bagus, Kamus Filsafat Jakarta:Gramedi, 1996, h. 648-649. Sedangkan metode, Bagus mengartikannya sebagai jalan atau cara totalitas yang ingin dicapai atau dibangun; cara yang didefinisikan secara jelas dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Lorens Bagus, Kamus Filsafat, h. 644. 17 tertentu. Atau studi tentang metode [prosedur, prinsip] yang digunakan untuk menata ilmu yang teratur tersebut. 2 Prinsip-prinsip dari sistem teratur itu sendiri. 3 Cabang logika yang merumuskan danatau menganalisa prinsip- prinsip yang diperlukan dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan logis dan membentuk konsep-konsep. 4 Prosedur-prosedur yang digunakan dalam suatu disiplin yang memungkinkan diperoleh pengetahuan. 5 kumpulan cara penelitian yang digunakan dalam ilmu tertentu. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan metodologi sebagai ilmu tentang metode atau uraian tentang metode. Sedangkan metode adalah cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan lain sebagainya atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 4 Dalam bahasa Arab 5 , metodologi diterjemahkan dengan manhaj atau minhâj yang berarti jalan yang terang. 6 Adapun kata tafsir atau al-tafsîr adalah bentuk masdar kata benda abstrak dari kata fassara-yufassiru-tafsîran. Kata ini, dalam ilmu sorf berwazan timbangan kata taf’il. Kata ini sudah dipakai sejak abad kelima Hkesebelas M. 7 4 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, h. 652-653. 5 Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer dalam Pandangan Fazlur Rahman Jakarta dan Jambi: Gaung Persada Press dan Sulthan Taha Press, 2007, h. 39. 6 Seperti yang tertulis dalam surat al-Maidah 5 ayat 48: ☯ “….Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang….”. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2008, h. 116. 7 Farid Esack, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan yang Tertindas, terjemahan Watung A. Budiman Bandung: Mizan, 2000, h. 94. Istilah paling awal untuk menunjukan usaha interpretasi tampaknya adalah ma’âni harfiahnya, ‘pemaknaan’. Istilah ini sendiri signifikan dengan asumsi pluralisnya yang implisit. Istilah ini, juga tafsir, dipakai pula untuk penerjemahan Arab dan Yunani atas karya-karya Aristoles, termasuk penjelasan lirik-lirik puisi pra-Islam. Goldfield, seperti yang dikutip Farid Esack, memperlihatkan bagaimana tata nama 18 Secara etimologis, tafsir 8 berarti memperlihatkan makna yang masuk akal dan membuka izhâr al-ma’na al-ma’qûl wa al-kasyf atau menerangkan dan menjelaskan al-i dah wa al-tabyin. 9 Keterangan dan penjelasan itu pada lazimnya dibutuhkan bilamana ada ungkapan atau penyataan yang dirasa belum atau tidak jelas. 10 Menurut al-Zarkasyi, kata tafsir berasal dari kata al-tafsirah yang berarti sedikit air seni dari seorang pasien yang digunakan dokter untuk menganalisa penyakitnya. Kalau tafsîrat adalah metode kedokteran yang dapat mengungkap suatu penyakit dari diri seorang pasien, maka tafsîr dapat mengeluarkan makna yang tersimpan dalam kandungan lafal-lafal atau ayat-ayat al-Quran. Dengan demikian, tafsir adalah ilmu untuk mengetahui pemahaman Kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad dengan menjelaskan makna-makna dan mengeluarkan hukum-hukum serta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. 11 Dari tinjauan makna secara bahasa di atas, setiap ulama memunyai rumusan tersendiri dalam mengartikan kata tafsir secara istilah. Al-Jurjani menyatakan bahwa tafsir adalah menjelaskan makna ayat-ayat al-Quran, baik dari konsep-konsep dalam interpreatsi ini menunjukan keakraban yang lebih besar daripada beberapa dekade sebelum wafatnya Nabi pada 632. Farid Esack, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan yang Tertindas, h. 115. 8 Dalam al-Quran, kata tafsir disebutkan hanya sekali. Yaitu pada surat al-Furqon 25 ayat 33. ﻻو ﻚ ْﻮﺗْﺄ ﺜﻤﺑ ﱠﻻإ ﻚ ْﺄﺟ ﱢﻖ ْﺎﺑ ﺴْ أو اًﺮْﺴْﻔﺗ “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2008, h. 363. 9 Mannâ Khalîl al-Qaththân, Mabâhis fî Ulûm al-Qur`ân Beirut: Mu`assasah ar-Risâlah, 1405 H1985 M, h. 323. 10 Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh; Kajian Masalah Akidah dan Ibadat Jakarta: Paramadina, 2002, h. 85. 11 Al-Zarkasyi, al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qurân Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, 1972, jilid II, h. 3. 19 segi segala persoalan, kisahnya maupun dari segi asbab al-Nuzul-nya dengan lafal penjelasan yang dapat menunjuk makna secara terang. 12 Menurut Abd al- ’Azhim al-Zarqani, tafsir adalah ilmu yang membahas al-Quran dari segi pengertian-pengertiannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan kesanggupan manusia biasa. 13 Menurut as-Suyuthi, tafsir adalah ilmu mengenai turunnya ayat-ayat dan hal ihwalnya, cerita-cerita–sebab turunnya, tertib Makiyah–Madaniyah-nya, muhkâm–mutasyâbihât-nya, nâsikh–mansûkh-nya, khusus–umumnya, muthlaq- muqayyad-nya, mujmal-mufashshal-nya, halal–haramnya, janji-ancamannya, perintah-larangannya, dan mengenai ungkapan-ungkapan dan perumpamaan- perumpamaannya. 14 Berdasarkan pengertian tafsir yang dibuat ulama di atas, dapat diartikan sebuah kesimpulan bahwa tafsir sebagai suatu hasil pemahaman manusia terhadap al-Quran yang dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan tertentu yang dipilih oleh seorang mufasir. Tujuannya untuk memperjelas suatu makna teks ayat-ayat al-Quran. Bila seorang mufasir menggunakan metode dan pendekatan filsafat, maka tafsir yang dihasilkan bercorak filosofis. Bila seorang mufasir menggunakan metode atau pendekatan fikih, maka tafsirannya kental dengan nuansa fikih. Begitu seterusnya. 15 12 Al-Jurjani, Kitâb al-Ta’rifat Beirut: Maktabah Lubnan, Sahatu Riyad al-Suhl, 1965, h. 65. 13 Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manâhil al-‘Irfân fî ‘Ulûm al-Qurân Mesir: Isa al-Babi al- Halabi, t.th., jilid II, h. 3. 14 Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî asy-Syâfiî, Al-Itqân fî Ulûm al-Qur`ân Beirut: Dâr al-Fikr, 1399 H1979 M, Jilid II, h. 174. 15 Abdul Mustaqim, Aliran-aliran Tafsir: dari Periode Klasik hingga Kontemporer Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005, h. 2. 20 Dus, metodologi tafsir 16 adalah ilmu atau uraian tentang cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan menafsir. Atau kajian di sekitar metode-metode tafsir yang berkembang. 17 Atau pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas, dan merefleksikan kandungan al-Qur`an secara apresiatif berdasarkan kerangka konseptual tertentu sehingga menghasilkan suatu karya tafsir yang representatif. 18 Nashruddin Baidan mengartikan metodologi tafsir sebagai pembahasan ilmiah tentang metode-metode penafsiran al-Quran. Dia juga membedakan antara metode tafsir: cara-cara menafsirkan al-Quran dan metodologi tafsir. Sebagai contoh, pembahasan teoritis dan ilmiah mengenai metode muqârin perbandingan disebut analisis metodologis. Sedangkan jika pembahasan itu berkaitan dengan cara menerapkan metode itu terhadap ayat-ayat disebut pembahasan metodik. 19

B. Sejarah Perkembangan Tafsir