15
Selain kelima asas tersebut di atas, UUPK juga merumuskan tujuan perlindungan konsumen, yang dirumuskan pada Pasal 3 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, terdapat 6 enam tujuan dilakukannya perlindungan konsumen, yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri; 2.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa:
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen; 4.
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi; 5.
Membutuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha; 6.
Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, dan
keselamatan konsumen.
16
C. Pihak-Pihak Dalam Hukum Perlindungan Konsumen 1. Konsumen
Kata konsumen berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yakni consumer, atau dalam bahasa Belanda, konsument. Konsumen secara harfiah adalah
orang yang melakukan, membelanjakan, atau menggunakan pemakai atau pembutuh.
4
Jika didasakan pada obyek barang danatau jasa, maka terdapat tiga pengertian konsumen, yaitu konsumen dalam arti umum, konsumen
antara, dan konsumen akhir. Konsumen dalam arti umum adalah setiap orang yang mendapatkan barang danatau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Sedangkan konsumen antara adalah pemakai atau pengguna barang danatau jasa dengan tujuan untuk memproduksi barang danatau jasa lain; atau
mendapatkan barang danatau jasa itu dengan tujuan dijual kembali. Mereka yang disebut konsumen antara ini tidak lain adalah pengusaha, baik pengusaha
perorangan ataupun pengusaha swasta ataupun pengusaha publik antara lain terdiri dari penyedia dana investor, pembuat produk akhir yang digunakan
konsumen akhir produsen, atau penyedia atau penjual produk akhir supllier, distributor, atau pedagang. Dan konsumen akhir adalah pemakai atau
pengguna barang danatau jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, keluarga atau rumah tangganya. Mereka pada dasarnya adalah orang
alami natuurlijk person dan menggunakan produk konsumen tidak untuk diperdagangkan danatau tujuan komersial.
4
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Grafindo Persada, 2004, hlm. 4 dan 8.
17
Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2 mendefinisikan konsumen sebaagai berikut :
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi dari UUPK itu sendiri sesuai dengan pengertian bahwa
konsumen adalah end userpengguna terakhir, tanpa si konsumen harus merupakan pembeli dari barang danatau jasa tersebut.
Istilah pemakai, pengguna dan atau pemanfaat juga mempunyai pengaturan penggunaannya masing-masing, yakni sebagai berikut :
5
a. Istilah pemakai digunakan untuk pemakaian produk konsumen yang
mengandung elektroniklistrik, misalnya lemari, meja tulis, dan lain sebagainya.
b. Istilah pengguna digunakan untuk pemakai produk konsumen yang
mengandung elektronik, misalnya setrika listrik, dan lain sebagainya; c.
Istilah pemanfaat digunakan untuk pemakai produk konsumen yang berupa jasa-jasa, misalnya transportasi, posdan telekomunikasi, dan perbankan.
2. Pelaku Usaha
Pelaku usaha merupakan istilah yuridis dari produsen. Istilah produsen bersal dari bahasa Belanda yakni producent, dari bahasa Inggris producer
5
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit Media, 2007, hlm. 13.
18
yang artinya adalah penghasil. Batasan mengenai apa yang dimaksud dengan pelaku usaha dapat dilihat pada Pasal 1 angka 3 UUPK yaitu :
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Selanjutnya, dalam penjelasan pasal tersebut dijelaskan bahwa pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian tersebut di atas adalah perusahaan,
korporasi, Badan Usaha Milik Negara BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.
Kemudian, menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI, pelaku usaha tersebut terbagi ke dalam tiga kelompok besar pelaku usaha ekonomi,
yakni sebagai berikut :
6
a. Pihak investor, yakni penyedia dana untuk digunakan oleh pelaku usaha
atau konsumen seperti bank, lembaga keuangan non-bank, dan para penyedia dana lainnya;
b. Pihak produsen, yakni pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang
danatau jasa dari barang danatau jasa-jasa yang lain seperti penyelenggara jasa kesehatan, pabrik sandang, pengembang perumahan, dan sebagainya;
c. Pihak distributor, yakni pelaku usaha yang mengedarkan atau
memperdagangkan barang danatau jasa tersebut kepada masyarakat seperti warung, toko, kedai, supermarket, pedagang kaki lima, dan lain-lain.
6
Az. Nasution. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit Media, 2007, hlm. 18