27
c. Pelaku  usaha  yang  tidak  dapat  menyediakan  fasilitas  jaminan  purna  jual,
baik dalam bentuk suku cadang maupun pemeliharaannya, serta pemberian jaminan  atau  garansi  yang  telah  ditetapkan  sebelumnya;  juga  berlaku
terhadap pelaku usaha yang memperdagangkan barang danatau jasa. 2.
Sanksi Pidana Pokok Sanksi  pidana  pokok  adalah  sanksi  yang  dapat  dikenakan  dan  dijatuhkan
oleh  pengadilan  atas  tuntutan  jaksa  penuntut  umum  terhadap  pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Ketentuan mengenai  sanksi pidana dalam
UUPK  diatur  dalam  Pasal  62,  undang-undang  ini  juga  mengatur  bahwa ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dapat diberlakukam
dalam upaya penyelenggaraan perlindungan konsumen. 3.
Sanksi Pidana Tambahan Undang-undamg  Nomor  8  Tahun  1999  tentang  Perlindungan  Konsumen
memungkinkan  diberikannya  sanksi  pidana  tambahan  di  luar  sanksi  pidana pokok. Hal tersebut seperti yang dicantumkan dalam Pasal 63 UUPK. Sanksi-
sanksi pidana tambahan yang dapat dijatuhkan berupa: a.
Perampasan barang tertentu; b.
Pengumuman keputusan hakim; c.
Pembayaran ganti rugi; d.
Perintah  penghentian  kegiatan  tertentu  yang  menyebabkan  timbulnya kerugian konsumen;
e. Kewajibam penarikan barang dari peredaran;
f. Pencabutan izin usaha.
28
BAB III OBAT TRADISIONAL SHEN LONG GINGSENG POWDER OLEH BPOM
A.
Obat Tradisional Impor 1.
Pengertian Obat Tradisional Impor
Obat  tradisional  adalah  ramuan  bahan  alami  yang  belum  dimurnikan, berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral, yang digunakan untuk pengobatan
pada pelayanan kesehatan tradisional, misalnya jamu adalah yang merupakan kesehatan  tradisional  ramuan  yang  berasal  dari  tumbuh-tumbuhan.  Obat
tradisional  sudah  sejak  lama  digunakan  secara  luas  di  Indonesia.  Dalam perkembangan  pelayanan  kesehatan  formal,  peran  obat  tradisional  sebagai
yang  belum  pernah  dinilai  secara  ilmiah  baik  mengenai  efektivitas  maupun keamanannya.
1
Obat  tradisional  oleh  Menteri  Kesehatan  diklasifikasikan  sebagai  jamu, obat  herbal  terstandar,  dan  fitofarmaka.  Jamu  ialah  obat  tardisioanl  yang
didasarkan pada pendekatan warisan turun temurun atau pendekatan empirik. Sedangkan  obat  herbal  terstandar  adalah  obat  tradisional  yang  didasarkan
pada  pendekatan  ilmiah  melalui  uji  pra-klinik.  Selain  itu,  fitofarmaka merupakan  obat  tradisional  yang  didasarkan  pada  pendekatan  ilmiah  yang
1
Midian  Sirait,  Analisa  dan  Evaluasi  Hukum  tentang  Perlindungan  dan  Pengawasan  Terhadap Pemakaian Obat Tradisional, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995 hlm. 20
telah  diuji  melalui  uji  pra-klinik  dan  uji  klinik.
2
Sedangkan  obat  tradisional impor  yaitu  jamu  atau  herbal  yang  yang  dibuat  dibuat  dan  didatangkan  dari
luar negeri. Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum, dan
dapat  ditempelkan  pada  permukaan  kulit  tetapi  tidak  tersedia  dalam  bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk tersebut obat tradisional dapat berbentuk
bubuk yang menyerupai obat modern, seperti kapsul, dan tablet. Ketersediaan obat tradisonal dalam berbagai bentuk ini perlu dibina dan perlu diawasi oleh
pemerintah supaya tidak terjadi pencemaran dengan bakteri atau bahan alami lainnya. Disamping itu perlu diwaspadai pencampuran obat tradisional dengan
bahan kimia sintesa.
3
2. Peran Label dalam Obat Tradisional Impor
Upaya  melindungi  diri  bagi  konsumen  akan  lebih  maksimal  apabila sebelum  melakukan  suatu  transaksi,  konsumen  telah  mengetahui  seluk  beluk
barang yang akan dibelinya. Pengetahuan mengenai seluk beluk barang sudah tentu  tidak  akan  didapatkan  begitu  saja  oleh  konsumen,  tapi  berdasarkan
informasi yang diberikan oleh pelaku usaha atau sumber lainnya.
2
Departemen  Kesehatan,  Kebijakan  Obat  Tradisional,  Jakarta  :  Departemen  Kesehatan, 2007,hlm. 11.
3
Midian  Sirait,  Analisa  dan  Evaluasi  Hukum  tentang  Perlindungan  danPengawasan  Terhadap Pemakaian Obat Tradisional, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995 hlm. 22.
Label merupakan informasi yang bersifat wajib.
4
Label merupakan media bagi  konsumen  untuk  mendapatkan  informasi  mengenai  barang  yang  akan
dikonsumsinya.  Informasi  yang  diberikan  pelaku  usaha  dalam  suatu  label harus  dapat  menjelaskan  segala  sesuatu  yang  relevan  bagi  kepentingan
konsumen  terhadap  suatu  barang,  kegunaan  dan  penggunaan  suatu  barang, kelebihan dan kekurangannya, atau keuntungan dan kerugian bagi konsumen
harus  dapat  ditangkap  oleh  konsumen  setelah  membaca  label  tersebut.  Oleh karena itu label harus jelas dan dimengerti oleh konsumen.
Tujuan  mencantumkan  label  bagi  konsumen  merupakan  sarana  untuk mewujudkan  hak-hak  konsumen,  khususnya  hak  untuk  mendapatkan
informasi  dan  hak  untuk  memilih.
5
Label  sebagai  informasi  bagi  konsumen harus  benar,  jelas  dan  jujur.  Secara  umum,  konsumen  tidak  mengetahui  dan
tidak  mengerti  metode  penyiapan,  proses  produksi,  pengawetan  dan pengemasan  produk-produk  yang  dikonsumsinya.  Di  dalam  beberapa
peraturan  perundang-undangan  disebut  dengan  berbagai  istilah  antara  lain penandaan, label atau etiket.
Di  dalam  Pasal  30  ayat  1  UU  No.  7  Tahun  1996  Tentang  Pangan disebutkan  bahwa  setiap  orang  yang  memproduksi  atau  memasukkan  ke
dalam  wilayah  Indonesia  pangan  yang  dikemas  untuk  diperdagangkan  wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.
4
Az.  Nasution,    Hukum  Perlindungan  Konsumen  Suatu  Pengantar,  Jakarta:  Diadit  Media, 2007, hlm. 59.
5
Yusuf Shofie,  Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2003, hlm. 152.