1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan berjalannya waktu, dilihat dari kondisi masyarakat dan di zaman globalisasi saat ini, kebutuhan seseorang semakin meningkat dan
bervariasi, ini dikarenakan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan selera konsumsi yang selalu berubah-ubah. Hal tersebut menciptakan kesadaran
seseorang dalam memilih produk yang berkualitas dengan lebih teliti dan cermat. Pelanggan yang pintar pastinya selalu membandingkan kondisi suatu
produk dengan produk lain yang sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain untuk mendapatkan produk yang bermutu. Apabila mutu suatu produk yang
diinginkan tidak terpenuhi dengan baik maka mereka akan mengkonsumsi produk lain yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumsi.
Tantangan global yang dihadapi dunia di era globalisasi saat ini tidak dapat dihindari baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Hal ini menuntut
seluruh pelaku bisnis untuk mempersiapkan diri agar mampu bertahan survive dalam menghadapi kondisi persaingan yang semakin ketat diantara
pelaku bisnis nasional maupun internasional Psomas, 2009:128. Kondisi tersebut menyadarkan perusahaan akan pentingnya mutu dan
usaha untuk meningkatkan daya saing dengan cara melakukan perbaikan secara konsisten dan terus menerus agar dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan dan pasar. Mutu itu sendiri merupakan keseluruhan corak dan
2
karakteristik dari produk ataupun jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi Heizer Render,
2010:190. Menurut Simmons 1999:2, “Salah satu kunci sukses agar dapat
bersaing di pasar global adalah kemampuan untuk memenuhi atau melampaui standar-standar yang berlaku. Peningkatan kompetisi global telah
menimbulkan pengharapan konsumen yang semakin besar berkaitan dengan kualitas”. Cara lain untuk menghadapi persaingan adalah menjalin hubungan
yang baik dengan konsumen. Loyalitas konsumen sangat berperan agar perusahaan tetap dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, sangat penting bagi
perusahaan untuk memperoleh suatu jaminan kualitas yang menandakan perusahaan memenuhi standar kualitas yang baik agar dapat membuat
konsumen tetap loyal pada produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan Astri, 2011:1.
Untuk menjamin adanya keseragaman dalam kualitas, maka perlu dibentuk standar-standar yang sama pula. Dengan cara ini maka apa yang
dianggap sebagai produk yang berkualitas di suatu negara juga akan dapat diterima di negara lainnya.
Ini merupakan aspek penting dalam liberalisasi perdagangan, sekarang yang menjadi acuannya jelas yaitu ISO 9001:2008 yang merupakan seri-seri
dari ISO 9000 yang diakui secara global, yang merupakan standar layanan internasional Pardede, 2009:3. ISO 9001 merupakan standar internasional
yang mengatur sistem manajemen mutu Quality Management System dan
3
sering disebut sebagai ISO 9001: QMS. Adapun 2008 menunjukkan tahun revisi, sedangkan ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen mutu hasil revisi
tahun 2008. Sistem tersebut merupakan revisi terbaru yang diterbitkan bulan Desember tahun 2008. Organisasi pengelola standar internasional ini adalah
International Organization for Standardization, bermarkas di Genewa Swiss, didirikan pada 23 Februari 1947, dan beranggotakan 147 negara di mana
setiap negara diwakili oleh badan standarisasi nasional. Badan standar yang dimaksud tersebut di Indonesia dikenal sebagai Komite Akreditasi Nasional
Setyawan, 2008:1. Standar dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 menitikberatkan
pada efektivitas proses pengembangan berkelanjutan dengan pilar utama pola berpikir PDCA planmerencanakan, domelaksanakan, controlmengawasi,
actmenindaklanjuti. Pada setiap proses senantiasa melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, melakukan evaluasi
dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai, dan monitoring pelaksanaannya agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang
terjadi di organisasi Setyawan, 2008:3. Syafrizal 2008:23 menyebut terdapat enam proses bisnis dalam
prosedur ISO 9001:2008 yang wajib ditetapkan dan terdokumentasi, yaitu: 1 pengendalian dokumen; 2 pengendalian rekaman; 3 pengendalian produk
yang tidak sesuai; 4 audit internal; 5 tindakan koreksi; 6 tindakan pencegahan. Jadi, untuk setiap bidang kegiatan mulai dari tahap perencanaan
4
sampai kepada evaluasi harus mengikuti prosedur dalam melaksanakan pekerjaaannya, agar semua kegiatan dapat dipantau dengan baik.
Dalam praktiknya, aktivitas perusahaan yang efektif dan efisien dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Pemenuhan kepuasan konsumen atas
produk yang diberikan oleh perusahaan akan berdampak positif pada loyalitas konsumen dan meningkatkan penjualan perusahaan yang akhirnya juga akan
meningkatkan laba profit perusahaan Astri, 2011:2. Aspek finansial adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
penerapan sistem manajemen mutu ISO 9000. Penerapan ISO 9000 harus menjadi stimulus untuk perbaikan proses operasi dan sistem kerja. Perolehan
sertifikat ISO harus diikuti efisiensi biaya operasi dan overhead cost secara signifikan karena dengan terdokumentasi setiap aktivitas organisasi, setiap
proses operasi adalah proses yang bernilai tambah sekaligus mereduksi proses tak bernilai tambah yang tidak efisien dan tidak efektif Pardede, 2009:3.
Perolehan dan penerapan sertifikat ISO dapat memicu perolehan pendapatan perusahaan yang lebih tinggi karena terjadinya proses
improvement dalam sistem kerja dan sistem operasi. Menurut penelitian yang dilakukan PT. Sucofindo dan PUSTAN Departemen Perindustrian dan
Perdagangan tahun 1998, dengan responden 150 perusahaan di Indonesia yang telah memperoleh sertifikat ISO 9000, ditemukan fakta perolehan
sertifikat ISO 9000 memicu terjadinya beberapa dalam beberapa parameter operasi antara lain: peningkatan dokumentasi, peningkatan proses, hubungan
kerja yang lebih antar unit kerja, fokus kepada pelanggan, mengurangi
5
scraprework, peningkatan produktivitas, concern terhadap kualitas pelanggan, peningkatan penjualan, alat promosi yang efektif, mengurangi
komplain pelanggan dan peningkatan share pasar Pardede, 2009:4. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001 membawa dampak yang sangat baik bagi perusahaan yang diantaranya peningkatan kualitas pelanggan, peningkatan
penjualan, dan efisiensi biaya yang akan berdampak pada peningkatan profit dalam jangka panjang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan Pardede,
2009:4. Selain itu juga dengan memperoleh sertifikat ISO 9001, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pendapatan perusahaan, melalui
peningkatan nilai penjualan produk yang berkualitas dan memiliki harga yang kompetitif, dimana setelah memperoleh sertifikat ISO, tingkat penjualan
perusahaan dapat lebih meningkat atau menurun. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmar
dan Pujiati 2003 dengan mengambil sampel 38 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 16 perusahaan memperoleh sertifikat tahun
1995, 12 perusahaan memperoleh sertifikat tahun 1996, 9 perusahaan memperoleh sertifikat tahun 1997, dan hanya 1 perusahaan memperoleh
sertifikat tahun 1998. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga variabel yaitu ROA, gross profit margin, dan sales growth. Dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gross profit margin antara satu tahun sebelumnya dan tiga tahun sesudah sertifikasi ISO seri 9000
pada perusahaan manufaktur di BEJ.
6
Namun penelitian yang dilakukan Cendrawati dan Melinda 2011 dengan sampel 30 perusahaan untuk kelompok ISO maupun kelompok Non-
ISO dan 15 perusahaan untuk sampel kelompok ISO baru menghasilkan kesimpulan bahwa sertifikasi ISO 9000 tidak berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan ROI. Untuk membuktikan sekali lagi mengenai pengaruh sertifikasi ISO
terhadap profitabilitas dan sales growth, maka penelitian kali ini mencoba mengkaji dan menguji pengaruh adanya sertifikasi ISO versi terbaru yaitu
ISO 9001:2008. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan
Sales Growth Sebelum dan Sesudah Bersertifikasi ISO 9001:2008 Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia ”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cendrawati dan Melinda Haryanto 2011. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Variabel dependen yang digunakan peneliti sebelumnya hanya berupa
rasio return on investments, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti lebih mengembangkan pada permasalahan profitabilitas dan sales growth.
2. Sampel yang digunakan peneliti sebelumnya yaitu perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia BEI periode 1999-2007 yang belum
dan telah memperoleh sertifikat ISO 9000, sedangkan pada penelitian kali
7
ini peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2007-2012 yang belum dan telah
memperoleh sertifikat ISO 9001:2008. 3. Versi ISO yang digunakan peneliti sebelumnya adalah ISO seri 9000 versi
lama, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti menggunakan ISO seri 9001 versi tahun 2008.
B. Perumusan Masalah