Penentuan sifat fisik dan mekanik dari material Perhitungan Keausan pada Bantalan.

σ b = 3 50 944189,795 313600 784000 1 2 , 10 + + = 166,61 Nmm 2 Maka tegangan lentur yang terjadi adalah 166,61 Nmm 2 .

3.3 Penentuan sifat fisik dan mekanik dari material

Brass adalah material yang di gunakan untuk bantalan luncur pada lori di PTPN III. Sifat Fisis dan mekanis dari bahan Machine Design Databook, 2004 dapat dilihat pada tabel 3.1: Tabel 3.1. Sifat Fisis dan Mekanis Material Brass No Sifat Fisis Nilai 1 Modulus Elastisitas E 106 GPa 2 Possion Ratio 0.324 3 Density 8,55 gcm 3 4 Yield Strenght 210 MPa 5 Ultimate Tensile Streght 372,48 MPa 6 Hardness Number 54 - 142 BHN

3.4. Perhitungan Gaya pada Bantalan

Lori berfungsi mengangkut buah dari Loading Ramp kedalam rebusan yang bermuatan 8 lori, kapasitas satu lori 2,5 ton dan berat lori 1,5 ton, yang bergerak diatas rel. Bantalan yang digunakan lori adalah bantalan luncur journal bearing. Konstruksi poros lori lori dapat dilihat pada gambar 3.2. sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 3.2. Konstruksi Poros Lori Universitas Sumatera Utara d=50 D=75 69 Analisa yang dilakukan terhadap kegagalan bantalan luncur adalah keausan akibat gesekan. Studi kasus dilakukan pada bantalan poros roda lori yang materialnya dari brass gambar 3.3, karena komponen ini sangat rentan dengan kerusakan disebabkan selama pabrik beroperasi lori pengangkut selalu digunakan. Data teknis komponen struktur bantalan poros lori data investigasi lapangan adalah sebagai berikut : Gambar 3.3. Konstruksi Bantalan Poros Lori Setelah melakukan pengukuran terhadap bantalan, poros dan roda lori, baik ukuran sebelum beroperasi maupun ukuran setelah beroperasi dan terjadi kegagalan, diperoleh data-data seperti pada tabel 3.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2. Data-data Poros dan Bantalan No Nama Ukuran Baru Bekas 1 Diameter roda 24 mm 23,5 mm 2 Diameter poros 50 mm 49,25 mm 3 Diameter luar bantalan 75 mm 75 mm 4 Diameter dalam bantalan 50 mm Hor = 50,1 mm Ver = 54,5 mm 5 Panjang bantalan 69 mm 69,1 mm 6 Jarak bantalan 0,82 m 7 Jarak rel 0,6 m 8 Jarak tempuh lori sekali jalan 115 m 9 Jarak sumbu poros 0,91 m 10 Berat lori dan muatan 4 ton 11 Jumlah jalan perhari 6 kali bolak balik 12 Lama pemakaian bantalan. 1 tahun 13 Bahan bantalan Brass 14 Jumlah bantalan tiap lori 4 buah 15 Daerah penipisan bantalan Pada bagian atas Sumber : Pengamatan dan pengukuran di lapanganpabrik

3.4.1 Beban yang Terjadi pada Poros dan Bantalan

Beban yang terjadi pada poros gambar 3.4 akibat berat lori dan muatan dapat dijelaskan sebagai berikut: Beban total W t : W t = Berat lori + muatan W t = 1,5 ton + 2,5 ton W t = 4 ton x 9,8 ms 2 W t = 39200 N Universitas Sumatera Utara Pada lori terdapat dua poros, jadi beban pada poros W adalah: W = W t 2 W = 39200 2 W = 19600 N Beban tiap bantalan W b = Wt 4 W b = 39200 N 4 W b = 9800 N Gambar 3.4. Ilustrasi pembebanan poros

3.4.2 Analisa Gaya Geser Momen pada Bantalan Poros Lori

Menurut Nash 1972 pembebanan, gaya geser dan momen yang terjadi pada poros dan bantalan dapat diihat pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6. Gambar 3.5. Pembebanan pada poros F Wb w Universitas Sumatera Utara Gambar 3.6. Distribusi gaya pada poros dan bantalan Diagram benda bebas dari segmen kiri dengan jarak x 80 mm: Gambar 3.7. Diagram benda bebas untuk x 80 mm + ΣFy = 0 + ΣM = 0 N 00 8 9 2 19600 2 W − = = = V N.mm 00x 8 9 x 2 W M − = − = Untuk: x1 = →M1 = 0 x2 = 50 mm →M2 = –9800 50 = – 490000 N.mm x3 = 75 mm →M3 = –9800 75 = – 735000 N.mm Universitas Sumatera Utara 80 x 2 W x 2 W M = − − + 40W M = + 40W M − = N.mm 84000 7 M − = Diagram benda bebas dari segmen kiri dengan jarak x 410 mm: Gambar 3.8. Diagram benda bebas untuk x 410 mm + ΣFy = 0; V 2 W 2 W = − + − V = + ΣM = 0;

3.4.3 Kecepatan lori

Lori ditarik oleh capstand dengan putaran motor 1455 rpm dan penurunan putaran ke roller 60 : 1. Putaran roller = 60 1455rpm = 24,25 rpm Karena diameter roller adalah 0,24 m, maka kecepatan tangensial roller adalah: Vr = 60 . . r n d π = 60 25 , 24 . 24 , . rpm m π = 0,3047 ms Jadi kecepatan gerak lori = kecepatan tangensial roller yang menarik lori = 0,3 ms. Universitas Sumatera Utara Putaran poros = putaran roda = = 23,8853 rpm dimana: V r = kecepatan tangensial roda = kecepatan lori = 0,3 ms D r = diameter roda = 0,24 m Waktu yang ditempuh oleh lori untuk satu kali operasi sejauh 115 m bolak balik adalah: t = ms 0,3 m 115 kecepatan jarak = = 383,34 s Maka waktu yang dibutuhkan lori untuk bolak balik adalah: 2 x t = 766,68 s. Sliding distance s yaitu jarak yang ditempuh selama gesekan. Dimana: ω = kecepatan sudut poros rads r p = jari-jari poros m t = waktu tempuh s n p = putaran poros = potaran roda rpm Jadi: = 23,95874 m t 60 . r π 2 r t ω s p n = = 383,34s 60 rpm 5 m23,8853 0,025 2. ω.r.t s π = = m π0.24 ms 600.3 π.D 60.V r r = = p n Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Koefisien Gesekan Material

Koefisien gesekan dapat kita lihat pada tabel 3.3. berikut: Tabel 3.3. Koefisien Gesekan Material Material 1 Material 2 Coefficient Of Friction DRY Greasy Static Sliding Static Sliding Aluminum Aluminum 1,05-1,35 1,4 0,3 Aluminum Mild Steel 0,61 0,47 Brake Material Cast Iron 0,4 Brass Cast Iron 0,3 Brick Wood 0,6 Bronze Cast Iron 0,22 Bronze Steel 0,16 Cadmium Cadmium 0,5 0,05 Cadmium Mild Steel 0,46 Cast Iron Cast Iron 1,1 0,15 0,07 Cast Iron Oak 0,49 0,075 Chromium Chromium 0,41 0,34 Sumber : http:www.roymech.co.ukUseful_TablesTribologyco_of_frict.htm Koefisien diambil berdasarkan material yang diteliti yaitu koefisien gesekan brass material 1 terhadap cast iron material 2. Berdasarkan tabel 3.3 koefisien gesekan µ antara brass dan cast iron adalah = 0,3.

3.4.5. Gaya gesek pada bantalan dengan dinding poros F

gesek Kekasaran permukaan antara bidang kontak dinding poros dengan bushing bantalan merupakan penghambat gerakan poros, gaya penghambat pada bushing bantalan poros ini dinamakan gaya gesek F gesek . Menurut Stolarski 1990: F gesek = µ x W b ............................................... 3.5 Maka : F gesek = 0.3 x 9800 N = 2940 N Universitas Sumatera Utara Dimana : W b = Beban bantalan N µ = Koefisien gesekan

3.5. Perhitungan Keausan pada Bantalan.

Keausan terjadi karena adanya gesekan antara permukaan suatu material. Untuk lebih mempermudah kita mengerti tentang terjadinya gesekan dan keausan pada bantalan luncur atau yang biasa disebutkan sebagai mekanisme tribology yang telah dijelaskan pada bab 2, perhatikan gambar 3.10. Pada gambar tersebut dijelaskan secara sistematis bagaimana terjadinya gesekan material yang terjadi antara permukaan bantalan dengan material lain yang dalam hal ini dimaksudkan dengan poros. Terjadinya gesekan antara kedua permukaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya perpindahan material yang aus chips yang terjadi diantara kedua permukaan material yang bersentuhan. Bila kita melihat suatu permukaan material dengan bantuan mikroskop elektron dengan pembesaran tertentu, dapat kita lihat bagaimana keadaan mikrostuktur permukaannya. Hampir tidak ada permukaan mikrostruktur suatu material yang benar-benar rata setelah proses permesinan berlangsung, walaupun itu telah melewati berbagai proses perataan permesinan lapping, honing dan lainnya. Dalam hal ini, keausan terjadi pada permukaan diameter dalam bantalan tepat nya pada bagian atas. Gambar 3.9. Mekanisme gesekan dipermukaan bantalan. Shallow asperity contact Deep asperity contact Hard material Soft material Uloaded asperity Concentration of deformation at deep asperity contact Sliding Wear material Universitas Sumatera Utara Untuk memprediksi terjadinya aus pada permukaan bantalan dapat digunakan persamaan hukum keausan Archard, persamaan 2.11 yaitu: V = K A r L = K L H W Dimana : V = Volume keausan m 3 L = Jarak lintas meluncur = Sliding distance s yaitu jarak yang ditempuh selama gesekan m W = Beban N K = Koefisien keausan 10 -4 untuk abrasive wear 3 body H = Kekerasan material Pascal, Nm 2 Kekerasan bahan bantalan luncur yaitu baja brass adalah berkisar 54-142 BHN Tabel 3.4, maka diambil rata-ratanya yaitu 98 BHN Brinell Hardness Number. 1 BHN = 1 kgfmm 2 = 9,8 Mpa. Maka 98 BHN = 98 x 9,8 = 960,4 Mpa. Sedangkan nilai K diambil untuk abrasive wear pada 3 body, didapat dari gambar 3.10. Norton, 2006 berikut. Gambar 3.10. Wear Coefficient K Universitas Sumatera Utara 8 9,604x10 9800 Dimana : V = Volume keausan m 3 L = Jarak lintas meluncur = 23.95874 m W = Beban = W b = 9800 N K = Koefisien keausan, 10 -4 untuk abrasive wear 3 body H = Kekerasan material = 960,4 Mpa = 8 9,604x10 Pascal Maka, volome keausan yang terjadi adalah : V = K L H W = 10 -4 x 23,95874 x = 244,47 x 10 -10 m 3 = 24,447 mm 3 Keausan bantalan yang terjadi sebesar 24,447 mm 3 untuk setiap lori berjalan sejauh 115 m. Dari volume keausan tersebut kita dapat memperoleh pertambahan besar diameter dalam bantalan setelah satu kali operasi sebagai berikut: Dimana: d x =diameter dalam setelah operasi d = diameter dalam sebelum operasi = 50 mm l b = panjang bantalan = 69 mm Jadi: 2 2 x 50 d − = 0,451 = 50,0045 mm Setelah mendapatkan pertambahan diameter dalam bantalan maka kita dapat memperoleh ketebalan diameter bantalan yang berkurang setiap kali jalan sebagai berikut; 4 .69 50 πd mm 24,447 2 2 x 3 − = π69 4 24,447 50 d 2 2 x = − 50 451 , d 2 x + = 4 . d πd Vol 2 2 x l − = Universitas Sumatera Utara 2 50 50,0045 − = = 0,00225 mmoperasi Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, lori berjalan 6 kali bolak balik dalam satu hari, maka diameter dalam bantalan akan berkurang sebesar: t = 0,00225 mmoperasi 6 operasihari = 0,0135 mmhari. 2 d d x − = t Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

4.1. Masalah yang Terjadi

Aus terjadi karena gesekan antara dua permukaan benda dan menyebabkan perpindahan material serta pengurangan dimensi pada benda tersebut. Defenisi keausan dan mekanisme keausan telah dijelaskan pada bab 2 dan keausan yang terjadi pada bantalan luncur Gambar 4.1 telah dijelaskan pada bab 3. Laju pengurangan material yang terjadi pada diameter dalam bantalan terjadi pada bagian atas yang mendapat beban gambar 3.5. Penyebab utama terjadi keausan bantalan adalah akibat gasekan dua material yang berkontak langsung tanpa bahan pelumas sebagai pembatas. Hal ini menyebabkan material yang lunak bantalan akan terkikis oleh material yang keras poros. Keausan yang terjadi sebesar 24,447 mm 3 setiap lori beroperasi. Atau sebesar 24,447 mm 3 x 6 = 146,68 mm 3 hari. Sehingga dalam waktu tertentu maka permukaan dalam bantalan akan habis karena aus. Keausan yang terjadi pada bantalan Gambar 4.1 mengakibatkan kelonggaran poros lori yang begitu besar sehingga mengakibatkan lori tersebut anjlok atau keluar dari rel, hal ini mengakibatkan terganggunya proses produksi pabrik. Gambar 4.1. Keausan yang terjadi pada bantalan Penipisan tebal bantalan Bagian yang aus pada bantalan Universitas Sumatera Utara