dapat berpengaruh pada sistem perbankan nasional karena BI rate sebagai tingkat panduan bunga ke depan tentunya akan direspon oleh sistem perbankan dengan
melakukan penyesuaian terhadap tingkat bunga yang akan ditawarkan kepada nasabah. Kenaikan tingkat suku bunga perbankan tersebut, dapat berdampak negatif
terhadap fungsi intermediasi yang mulai bergairah dan kenaikan kredit macet. Gejolak suku bunga dan inflasi menjadi dua faktor penting yang
mempengaruhi aktifitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit, tetapi juga membuat resiko kredit macet menjadi besar.
4.4.4 Suku Bunga Kredit Konsumsi SBKK
Berdasarkan hasil estimasi, permintaan kredit konsumsi dipengaruhi oleh tingkat bunga kredit konsumsi dengan pengaruh negatif yang nyata signifikan.
Artinya: bila tingkat bunga kredit konsumsi rendah maka permintaan akan kredit konsumsi akan meningkat; sebaliknya, jika tingkat bunga kredit konsumsi tinggi
maka permintaan akan kredit konsumsi akan cenderung menurun. Pada model permintaan kredit konsumsi PKK ditunjukkan bahwa nilai
taksiran koefisien tingkat bunga kredit konsumsi SBKK adalah negatif 0.037741. Hal ini sesuai dengan teori, dimana penurunan tingkat bunga kredit konsumsi akan
meningkatkan permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara. Dengan ilustrasi bahwa permintaan kredit konsumsi sebagai produkbarang
yang diminta dan tingkat bunga kredit sebagai harga, maka dalam membahas permintaan suatu barang yang berkaitan dengan harga diperoleh hasil bahwa semakin
Andayani Hadi : Analisis Permintaan Kredit Konsumsi Pada Perbankan di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008
rendah harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang yang diminta; sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah barang
yang diminta. Miller dan Meiners 2000 menambahkan bahwa kaidah permintaan dapat dinyatakan dalam cara berikut:
- Pada harga tinggi, lebih sedikit barang yang akan diminta ketimbang pada harga
rendah, asalkan hal-hal lain sama, atau dengan cara lain; -
Pada harga rendah, lebih banyak barang yang akan diminta ketimbang pada harga tinggi asalkan hal-hal lain sama.
Jadi, kaidah permintaan mengatakan bahwa kuantitas yang diminta untuk suatu barang berhubungan terbalik dengan harganya, asalkan hal-hal lain sama pada setiap
tingkat harga. Hasil analisis konsisten dengan kondisi riil yang ditunjukkan pada tabel 4.1,
yaitu permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara untuk tahun 1991–2005. Pada waktu tingkat bunga kredit konsumsi rendah, permintaan kredit konsumsi naik. Hal
ini ditunjukkan pada tahun 1994 sampai tahun 1997, tingkat bunga kredit konsumsi rendah, yaitu masing-masing sebesar 18,22 persen, 19,68 persen, 19,49 persen dan
21,96 persen menghasilkan permintaan kredit konsumsi meningkat, yaitu masing- masing sebesar Rp 642,536 miliar, Rp 870,583 miliar, 1,028,358 miliar dan
1,179,280 miliar. Pada tahun 1998 dan tahun 1999, tingkat bunga kredit konsumsi naik menjadi
34,93 persen tahun 1998 dan 28,78 persen tahun 1999 mengakibatkan permintaan kredit konsumsi turun dibandingkan tahun 1997. Permintaan kredit tahun 1998
Andayani Hadi : Analisis Permintaan Kredit Konsumsi Pada Perbankan di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008
sebesar Rp 950,455 miliar atau turun sebesar 19.40 persen dari tahun 1997. Tahun 1999 permintaan kredit sebesar Rp 851,367 miliar atau turun sebesar 10.43 persen
dari tahun 1998 atau turun 29.83 persen dari tahun 1997. Daya beli masyarakat akan mengalami penurunan akibat kenaikan bbm
Bahan bakar minyak pada Oktober 2005 lalu, belum sepenuhnya pulih. Meskipun demikian, laju inflasi yang lebih terkendali, dan ekspektasi konsumen yang masih
menunjukkan optimisme terhadap perbaikan penghasilan 6 bulan ke depan, serta tawaran kredit rumah dan kendaraan bermotor dengan bunga tetap fix rate selam 1-
3 tahun pertama mampu mendobrak kembali pertumbuhan kredit konsumsi dan penjualan kendaraan bermotor yang sempat mengalami penurunan selama tahun
2006. proses pemulihan kendaraan bermotor dan pertumbuhan kredit konsumsi ini justru terjadi pada situasi dimana situasi kredit suku bunga konsumsi hanya
mengalami penurunan yang sangat terbatas. Kenaikan kontribusi pendapatan bunga kredit tidak lepas dari peranan kredit
konsumsi yang bersama-sama dengan kredit modal kerja telah menjadi motor penggerak utama pertumbuhan kredit perbankan.
Andayani Hadi : Analisis Permintaan Kredit Konsumsi Pada Perbankan di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Bank Indonesia, 2007
4.4.5 Permintaan kredit konsumsi tahun sebelumnya