BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sikap
Sikap, seperti halnya dengan pengertian-pengertian lain, terdapat beberapa pendapat diantara para ahli. Tentunya ahli yang satu dengan ahli yang lainnya
memberikan definisi dengan batasan-batasan yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa penertian sikap menurut beberapa ahli.
Louis Thurstone dalam Edwards, 1957 mengatakan bahwa sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam
hubungannya dengan obyek-obyek psikologis. Afeksi positif yang dimaksud adalah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif yang dimaksud adalah afeksi yang
tidak menyenangkan. Thurstone melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.
G.W. Allport dalam Marie, Jahoda, and Neil Warren, 1966; White, 1982 ; Mar’at, 1982; Sears, dkk., 1988 mengatakan bahwa sikap adalah keadaan mental
dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan
situasi yang berkaitan dengannya. Allport dalam Hall dan Lindzey, 1993 mengatakan bahwa sikap adalah
predisposisi, yang mungkin juga bersifat khas yang bisa memulai atau
mengarahkan tingkah laku dan merupakan hasil dari faktor-faktor genetik dan belajar.
Newcomb dalam walgito, 1990; Mar’at, 1981 mengatakan bahwa sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya
berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas. Krech dan Crutchfield dalam Jahoda, Marie, and Neil Warren, 1966
mengatakan bahwa sikap adalah organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia
individu. Rokeach dalam Walgito, 1990 juga memberikan pendapatnya mengenai
sikap. Ia mendefinisikan sikap sebagai predisposing untuk merespon, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan
predisposisi untuk berbuat atau berperilaku. Myers dalam Walgito, 1990 mengatakan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan ke arah beberapa obyek; meliputi kepercayaan seseorang, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap obyek.
Gerungan dalam Walgito, 1990 mengatakan bahwa, pengertian mengenai attitude itu dapat kita terjemahkan dengan kata sikap terhadap obyek
tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, yang disertai dengan kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi.
Jadi attitude itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal.
Saifuddin Azwar 2005 mengatakan bahwa sikap adalah suatu respon evaluatif. Sedangkan Mar’at 1981 mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut.
Banyak sekali pengertian sikap menurut beberapa ahli yang ada. Hal ini dimungkinkan karena sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam
lapangan psikologi khususnya psikologi sosial. Bahkan ada ahli yang berpendapat bahwa psikologi sosial menempatkan sikap sebagai problem sentralnya
Crutchfield, dalam Walgito, 1990. Dari bermacam-macam pendapat tersebut, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa sikap adalah suatu kumpulan pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek yang relatif menetap, yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan
dasar untuk membuat kecenderungan berperilaku atau merespon obyek tersebut dengan cara tertentu.
B. Komponen Sikap