hal ini bukan satu-satunya alasan Yanti dalam Hariyanti, 2004; dan Kompas, 9 Agustus 2004.
Hingga saat ini penyebab seseorang menjadi waria masih terus dipelajari. Teori yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1 teori bawaan; 2
hasil didikan lingkungan; 3 konsumsi beberapa zat kimia, dan terdapat bukti tentang sejumlah polutan yang memberikan efek sama. Teori yang semakin sering
dibicarakan dan diyakini kebenarannya saat ini adalah teori pertama, yaitu sehubungan dengan kondisi hormonal dan otak janin dalam kandungan Faiz,
2002; dan Kompas, 9 Agustus 2004.
J. Perbedaan Waria dan Homoseksualitas
Waria memang identik dengan homoseksual. Keduanya memang dapat digolongkan sebagai penyimpangan seksual yang menyukai seseorang dengan
jenis kelamin yang sama. Namun sebenarnya waria dan homoseksual merupakan dua fenomena yang terpisah.
Homoseksual adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama, atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama. Homoseksual ini dapat mencakup
segenap jajaran tingkah laku dari seksualitas seperti masturbasi timbal balik, memasukkan penis dalam mulut orang lain lalu menggesek-gesekkannya dengan
bibir serta lidah untuk membangkitkan orgasme fellatio, atau persenggamaan dubur anal intercousel sampai pada hasrat terhadap lawan jenis yang ditekan
kuat-kuat Chaplin, 2000.
Freud menjelaskan
bahwa homoseksual adalah individu yang mengalami
ketertarikan hanya dengan mereka yang memiliki jenis kelamin yang sama dan timbul hasrat seksual. Sedangkan orang dengan jenis kelamin yang berlawanan
tidak lagi memberikan daya tarik seksual, bahkan dalam beberapa kasus yang ekstrim dapat menimbulkan kebencian yang mendalam Freud, 2002.
Kaum waria merupakan laki-laki yang berpenampilan seperti wanita. Mereka merasa terjebak dalam tubuh yang salah. Mereka memperoleh kesenangan
dan kenikmatan dengan memainkan peran sosial lawan jenisnya, yaitu perempuan sehingga secara fisik mereka berusaha mengadakan perubahan sesuai dengan
karakteristik khas seorang perempuan seperti bentuk tubuh yang sintal dan suara yang lembut Supratiknya, 1995.
Batasan tegas antara waria dengan homoseksual biasanya diungkapkan lewat pakaian. Seorang homoseksual tidak perlu menyatakan dirinya dengan
berpakaian wanita karena mereka tidak menganggap dirinya sebagai wanita. Sedangkan waria memiliki dorongan psikis menjadi seorang wanita sehingga
mereka terdorong untuk berpenampilan layaknya seorang wanita Koeswinarno, 1996; dan Faiz, 2002.
Atmojo dalam P. Esty dan Sugoto, 1998 mengatakan bahwa ada perbedaan yang hakiki antara homoseksual dengan waria, yaitu :
a. Homoseksual tidak terganggu dengan keadaan fisiknya;
b. Waria merasa bahwa alat kelaminnya, juga ciri-ciri fisiknya tidak pada
tempatnya dan mereka ingin mengubah ciri-ciri fisiknya sesuai dengan jiwanya.
Jadi waria berbeda dengan homoseksual, walaupun pada batas-batas tertentu keduanya masih dapat digolongkan sebagai penyimpangan seksual.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara waria dan homoseksual, yaitu homoseksual tidak terganggu dengan keadaan fisiknya, sedangkan waria merasa
bahwa alat kelamin dan ciri-ciri fisiknya tidak pada tempatnya sehingga mereka mempunyai keinginan untuk mengubah ciri-ciri fisiknya sesuai dengan jiwanya.
Selain itu, seorang homoseksual tidak perlu menyatakan dirinya dengan berpakaian wanita karena mereka tidak menganggap dirinya wanita, sedangkan
waria memiliki dorongan psikis bahwa dirinya adalah seorang wanita sehingga mereka terdorong untuk berpenampilan layaknya seorang wanita. Seorang laki-
laki yang berpenampilan kewanitaan tidak bisa disebut sebagai waria jika di dalam dirinya tidak ada dorongan untuk menjadi wanita.
K. Dinamika Sikap Remaja terhadap Kaum Waria