Saifuddin Azwar 2005 mengatakan bahwa sikap adalah suatu respon evaluatif. Sedangkan Mar’at 1981 mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut.
Banyak sekali pengertian sikap menurut beberapa ahli yang ada. Hal ini dimungkinkan karena sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam
lapangan psikologi khususnya psikologi sosial. Bahkan ada ahli yang berpendapat bahwa psikologi sosial menempatkan sikap sebagai problem sentralnya
Crutchfield, dalam Walgito, 1990. Dari bermacam-macam pendapat tersebut, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa sikap adalah suatu kumpulan pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek yang relatif menetap, yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan
dasar untuk membuat kecenderungan berperilaku atau merespon obyek tersebut dengan cara tertentu.
B. Komponen Sikap
Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu :
1. Komponen Kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan tentang obyek. 2.
Komponen Afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang emosional atau penilaian terhadap obyek. Rasa
senang merupakan hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3. Komponen Konatif, yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap obyek. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan
bertindak seseorang terhadap obyek sikap Shaver, Kelly, G., 1977; Zanden, and James W. Vander, 1977; Mar’at, 1981; Sears, dkk., 1988;
Walgito, 1990; Azwar, 2005.
C. Ciri-ciri Sikap
Sherif dan Sherif dalam Walgito, 1984 mengungkapkan bahwa sikap merupakan suatu pendorong yang menimbulkan tingkah laku tertentu yang
memiliki ciri-ciri, yaitu : 1.
Sikap bukan merupakan suatu yang dibawa sejak lahir. Sikap terbentuk dalam perkembangan individu. Oleh karena itu, sikap dapat dipelajari dan
dapat berubah walau mempunyai kecenderungan agak tetap. Dalam hal ini faktor pengalaman penting dalam pembentukan dan perubahan sikap.
2. Dapat berlangsung lama maupun sebentar. Jika sikap sudah tertanam
menjadi salah satu nilai dalam kehidupan seseorang, maka akan memerlukan waktu yang relatif lama untuk mengalami perubahan.
3. Selalu ada hubungan yang positif atau negatif antara subyek dengan
obyek, melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap obyek. Proses ini menimbulkan sikap tertentu pada individu.
4. Dapat meliputi satu obyek dan meliputi sekumpulan obyek
kecenderungan untuk menggeneralisasikan obyek sikap. 5.
Mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Jadi sikap terhadap obyek tertentu selalu ada perasaan yang menyertai dan mempunyai motivasi
untuk bertindak tertentu terhadap obyek yang dihadapi individu.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Azwar 2005
mengatakan ada enam faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu: 1.
Pengalaman pribadi Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan
penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Pengalaman pribadi tersebut akan menjadi dasar
pembentukan sikap apabila mempunyai kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi gerak-tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi
kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3.
Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang kuat yang dapat memudarkan dominasi
kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. 4.
Media massa Sebagai sarana komunikasi, media massa mempunyai pengaruh
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula bertahan
lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari emosi adalah prasangka. Misalnya prasangka rasialis dalam bentuk perusakan toko-toko milik Cina,
dan penjarahan yang pernah terjadi. Hal ini terjadi karena didasari oleh faktor emosi yang berawal dari frustasi ketidakberdayaan menyamai atau
melawan dominasi orang Cina di bidang ekonomi.
E. Definisi dan Batasan Remaja