Tinjauan Teoretik TINJAUAN PUSTAKA

mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan para karyawan agar mereka bersemangat dalam bekerja dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki oleh orana-orang tersebut. Mengingat hal tersebut sangat penting karena jika dikaitkan dengan kehidupan organisasional, yang menjadi sasaran utama pemberian motivasi oleh para manajer adalah kepada bawahan yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi Manulang, 2001: 78. Ada beberapa definisi tentang motivasi yang diuraikan oleh para ahli, antara lain: 1. Menurut Anoraga 1992: 77: Yang dimaksud dengan motivasi adalah kemampuan kerja karyawan yang timbul karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil interaksi keseluruhan dan kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial di mana kekuatannya tergantung dari proses pengitegrasian tersebut. 2. Menurut Terry 1962: 98: Yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu. b. Arti penting motivasi Motivasi merupakan kemampuan kerja karyawan yang timbul karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan dari kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial 12 dimana kekuatannya tergantung dari proses pengintegrasian tersebut Anoraga, 1990: 77. Oleh karena itu motivasi kerja yang tinggi dari setiap karyawan sangat diperlukan guna peningkatan produktivitas. Orang yang memiliki motivasi tinggi dan mau bekerja keras karena mereka melihat pekerjaan bukan hanya sekedar sumber penghasilan akan tetapi juga sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, kesempatan untuk membuat sesuatu yang berarti bagi orang lain. Pekerjaan juga menumbuhkan harga diri dan merupakan suatu rantai proses belajar-mengajar serta berfungsi sebagai tempat untuk menempa manusia yang berkualitas dan mampu bekerja produktif. Oleh karena itu untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi pimpinan harus dapat memotivasi karyawannya agar dapat bekerja dengan penuh semangat dan berkualitas. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu antara lain Nitisemito, 1992: 160: 1. Gaji yang cukup 2. Mempertahankan kebutuhan rohani 3. Menciptakan suasana yang santai 4. Memperhatikan harga diri karyawan 5. Menempatkan posisi karyawan pada posisi yang tepat 6. Memberikan kesempatan untuk maju 13 7. Perasaan aman menghadapi masa depan Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Wakijosumidjo, 1991: 192, sebagai proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang, yang dipengaruhi beberapa faktor, yakni:  Faktor intern: • Pembebanan • Pengalaman masa lampau • pengetahuan  Faktor ekstern:  Lingkungan kerja  Pemimpin dan kepemimpinan d. Unsur penggerak motivasi Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh motivatornya. Motivator yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi tenaga kerja yang bersangkutan. Seperti dikutip oleh Siswanto 1997: 245, mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi sebagai berikut: 1. Prestasi achievement Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu “kebutuhan” dapat mendorongnya mencapai sasaran. 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Penghargaan recognition Penghargaan pengakuan atas suatu prestasi akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari pada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah. 3. Tantangan challenge Dengan adanya tantangan yang dihadapi, merupakan motivator kuat bagi manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi motivator, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Dengan munculnya tantangan demi tantangan akan menumbuhkan gairah untuk mengatasinya. 4. Tanggung jawab responsibility Rasa ikut serta memiliki yang ada dalam diri karyawan, akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab. 5. Pengembangan development Pengembangan kemampuan seseorang dapat merupakan motivator terkuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. Apalagi jika pengembangan perusahaan dikaitkan dengan prestasi atau produktivitas tenaga kerja. 6. Keterlibatan involvement Keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan merupakan motivator yang cukup kuat untuk tenaga kerja. Rasa ikut terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, 15 rasa dihargai yang merupakan tantangan yang harus dijawab melalui peran serta berprestasi untuk mengembangkan usaha maupun pengembangan pribadi. 7. Kesempatan opportunity Adanya kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, akan merupakan motivator yang cukup kuat bagi karyawan. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk maju, tidak akan merupakan motivator untuk berprestasi atau bekerja produktif. e. Teori motivasi Motivasi sebagai konsep manajemen banyak menarik perhatian para ahli. Motivasi juga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan berorganisasi, terutama bagi setiap unsur pimpinan, sebab seorang pemimpin dikatakan berhasil dalam menggerakkan orang lain apabila mampu menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya. Oleh karena itu setiap pemimpin perlu memahami apa arti hakekat motivasi, teori motivasi, faktor yang berpengaruh dalam motivasi dan mengetahui kelompok bawahan yang perlu dimotivasi. Berbagai teori tentang motivasi, diantaranya adalah sebagai berikut Ranupandojo, 1984: 197: 1. Teori kepuasan Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada di dalam individu yang menyebabkan mereka 16 bertingkah laku tertentu. Setiap individu mempunyai kebutuhan yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivasi untuk memenuhinya. 2. Teori proses Teori proses menekankan pada pendekatan bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi. Dasar dari teori proses tentang motivasi ini adalah adanya pengharapan expectacy yaitu apa yang dipercayai oleh para individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka. Adapun teori-teori yang tergolong dalam teori proses antara lain: • Teori pengharapan Teori pengharapan menyatakan bahwa perilaku kerja dapat dijelaskan dengan kenyataan para karyawan menentukan terlebih dahulu apa perilaku mereka yang dapat dijalankan dan nilai yang diperkirakan sebagai hasil-hasil alternatif dari perilakunya. • Teori keadilan Teori keadilan mengemukakan bahwa orang akan selalu cenderung membandingkan antara masukan-masukan yang mereka berikan pada pekerjaannya dalam bentuk pengalaman, latihan dan usaha, dengan hasil-hasil penghargaan-penghargaan yang mereka terima. Seperti halnya mereka membandingkan balas jasa yang diterima 17 karyawan lain dengan yang diterima dirinya sendiri untuk jenis pekerjaan yang sama. • Teori penguatan Teori penguatan ini menjelaskan tentang bagaimana konsekuensi perilaku di masa lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam suatu siklus proses belajar. Teori ini berpandangan bahwa individu bertingkah laku tertentu karena di masa lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu akan berhubungan dengan hasil-hasil yang menyenangkan dan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat yang tidak menyenangkan. Karena pada umumnya individu lebih suka akibat yang menyenangkan, mereka umumnya akan mengulang perilaku yang akan mengakibatkan konsekuensi yang menyenangkan. f. Model motivasi Menurut Ranupandojo 2000: 201, terdapat tiga model motivasi yaitu: 1. Model tradisional Pada model ini aspek yang sangat penting dari pekerjaan para manajer adalah bagaimana cara membuat para karyawan dapat menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. Secara tradisional para manajer mendorong atau memotivasi karyawan 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut dengan cara memberikan upah atau gaji yang makin meningkat. Artinya, apabila mereka rajin bekerja dan aktif, maka upahnya akan dinaikkan. Motivasi ini didasarkan atas anggapan bahwa para karyawan sebenarnya adalah pemalas dan bisa didorong hanya dengan imbalan keuangan. Para karyawan diharapkan bersedia menerima wewenang manajer dengan imbalan upah yang tinggi, menjalankan sistem kerja yang efisien dengan dirancang oleh para manajer. Di samping itu para manajer harus bisa memotivasi para karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka merasa penting dan berguna. 2. Model hubungan manusia Model ini lebih menekankan dan menganggap penting adanya faktor-faktor “kontak sosial” yang dialami para karyawan dalam bekerja, dari pada faktor imbalan sebagaimana dikemukakan oleh model tradisional. Menurut pencetus model ini, para manajer dapat memotivasi karyawan dengan cara memenuhi kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa penting dan berguna. 3. Model sumber daya manusia Dalam model ini bahwa pada umumnya para karyawan akan memperoleh kepuasan karena prestasi yang tinggi. Jadi para karyawan bisa diberi tanggung jawab yang lebih luas untuk 19 mengambil keputusan dan melaksanakan tugas-tugas mereka, karena mereka sudah memiliki dorongan untuk bekerja dengan baik dan kemungkinan besar bisa mencapai tujuan organisasi dengan cara mereka sendiri. Dengan penerapan model ini tugas manajer bukanlah menyuap para karyawan dengan upah yang tinggi untuk mau bekerja, tetapi adalah untuk mengembangkan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan organisasi dan anggota-anggota organisasi, dimana setiap karyawan menyumbangkan tenaga dan pikiran sesuai dengan kepentingan dan kemampuan mereka. g. Jenis-jenis motivasi Terdapat dua jenis motivasi dengan proses yang berbeda dalam mempengaruhi seseorang, antara lain sebagai berikut Ranupandojo, 1984: 200: 1. Motivasi positif Adalah proses untuk mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang diinginkan dengan cara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan “hadiah” yang mungkin dapat berwujud tambahan uang, penghargaan, dan sebagainya. 2. Motivasi negatif Adalah proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan. Teknik dasar yang 20 digunakan adalah melalui pemberian ancaman. Pada jenis ini apabila seseorang tidak melakukan sesuatu yang diinginkan, akan memberitahu bahwa ia mungkin akan kehilangan sesuatu, bisa kehilangan pengakuan, uang, atau mungkin jabatan. Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Dari berbagai penelitian, menunjukkan bahwa penggunaan “ancaman” motivasi negatif, seringkali memberikan hasil yang lebih banyak, berupa peningkatan produktivitas dalam jangka pendek, tetapi penggunaan motivasi positif akan berhasil dalam jangka panjang. h. Bentuk-bentuk motivasi Setiap perusahaan dalam memberikan motivasi para karyawannya tentu berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada gaya, selera dan tekanan. Secara umum bentuk motivasi yang sering dianut oleh perusahaan meliputi empat unsur utama Wahjosumidjo, 199: 82. 1. Kompensasi bentuk uang Kompensasi yang diberikan kepada karyawan biasanya berbentuk uang, karena uang sungguh-sungguh diperlukan bagi kelangsungan hidup. Maka rasa takut kehilangan pekerjaan dan sumber uang merupakan motivator kerja yang sangat efektif. Sebenarnya pemberian kompensasi bentuk uang sebagai 21 motivasi kerja para karyawan mempunyai pengaruh perilaku positif dan negatif. Pengaruh perilaku positif yaitu menguntungkan perusahaan dan juga mempengaruhi karyawan pada semua tingkat pendapatan. Sedangkan pengaruh negatif, jika dipandang dari sudut perusahaan dan cenderung terbatas hanya pada para karyawan yang pendapatannya tidak lebih dari tingkat standar kehidupan yang layak dan cenderung menganggap kompensasi bentuk uang tidak seimbang. 2. Pengarahan dan pengendalian Yang dimaksud dengan pengarahan yaitu menentukan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus tidak dikerjakan oleh karyawan. Sedangkan pengendalian dimaksudkan untuk menentukan bahwa karyawan harus mengerjakan hal-hal yang telah diinstruksikan. Pengarahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara peningkatan mutu melalui seleksi dan pelatihan yang lebih baik serta merencanakan kembali proses pengarahan dan pengendalian agar dapat digunakan secara efektif dan selektif, sehingga tujuan motivasi karyawan dapat terwujud. 3. Penetapan pola kerja yang efektif Reaksi terhadap kebosanan kerja menimbulkan penghambat dalam pencapaian produktivitas kerja. Maka cara pengaturan pekerjaan harus diperhatikan. Pola kerja yang tidak sesuai 22 dengan porsi dan komposisi merupakan masalah bagi karyawan. Maka harus ada penyesuaian yang efektif dari pola kerja pada kebutuhan karyawan yang meningkat. 4. Kebijakan Kebijakan merupakan suatu tindakan yang diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan para karyawan. Dengan kata lain kebijakan adalah usaha untuk membuat karyawan bahagia. Usaha manajemen yang paling banyak untuk membahagiakan karyawan adalah pelatihan penyeliaan atau bagian dari padanya yang berupa kursus-kursus singkat tentang tata laku manajerial dan sebagainya. 3. Pengalaman Kerja Kenyataan menunjukkan bahwa ada kecenderungan makin lama karyawan bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan. Sebaliknya makin singkat masa kerja karyawan, makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman kerja banyak memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja yang dimiliki akan makin rendah tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan. Jadi pengalaman kerja merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para karyawan. 23 Dalam rangka penempatan tenaga kerja, seorang manajer harus terlebih dahulu mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin sangat berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan. Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan adalah pengalaman kerja. Dengan pengalaman kerja, seseorang akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga produktivitas kerja semakin baik pula. Secara umum perusahaan cenderung untuk memilih dan menarik karyawan yang sudah memiliki pengalaman Susilo Martoyo, 1992: 48. Salah satu keuntungan perusahaan dalam menggunakan karyawan yang berpengalaman adalah waktu pelatihan dapat dipersingkat, biaya pelatihan relatif kecil, dan pelatihan tidak perlu terlalu ketat. Walaupun demikian, tidaklah dapat diartikan bahwa orang yang berpengalaman hasil kerjanya akan selalu lebih baik dibandingkan dengan mereka yang belum punya pengalaman sama sekali. Hal ini sangat tergantung pada situasi dan lingkungan di mana karyawan tersebut bekerja. 4. Iklim Kerja Iklim kerja diartikan sebagai keadaan atau suasana lingkungan perusahaan dimana seorang karyawan bekerja. Dengan suasanakeadaan kerja yang nyaman akan menimbulkan semangat dan rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam setiap karyawan. Dengan demikian produktivitas kerja akan cenderung mengalami peningkatan. Selain itu, dengan iklim kerja yang baik rasa kekeluargaan dalam sebuah perusahaan juga akan terjalin lebih baik, sehingga memungkinkan komunikasi antar karyawan akan lebih lancar. Di samping hal di atas, maka juga perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi iklim kerja suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah Rosyidi, 1982: 123: a. Hubungan antar karyawan b. Hubungan antar pimpinan dan karyawan c. Suhu serta lingkungan kerja d. Penerangan e. Fasilitas-fasilitas perusahaan, dan sebagainya

B. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitiannya Diar Sumeta 2001, meneliti hubungan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan: hubungan jumlah jam kerja terhadap produktivitas kerja karyawan; hubungan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. Dengan menggunakan Korelasi Product Moment dan tingkat signifikan 5 disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan positif dan tidak signifikan antara motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan; 2. Ada hubungan positif dan signifikan antara jumlah jam kerja terhadap produktivitas kerja karyawan; 3. Ada hubungan negatif dan tidak signifikan antara pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja karyawan; 4. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja, jumlah jam kerja, dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Edi Prasetyo 2001, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan; 2. Mengetahui hubungan antara motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. Dari analisisnya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan dan ada hubungan yang positif antara motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan eprints.ums.ac.id.1511Edi_Prasetyo.

C. Kerangka Berpikir

1. Produktivitas kerja merupakan sebuah konsep yang menggambarkan hasil jumlah barang dan jasa yang diproduksi dengan sumber jumlah tenaga kerja, modal, tanah, dan energi yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Motivasi kerja merupakan kemampuan kerja karyawan yang timbul karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan dari kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial dimana kekuatannya tergantung dari proses pengintegrasian tersebut. Dengan demikian diduga bahwa, dengan motivasi kerja yang tinggi akan mendukung produktivitas kerja yang tinggi, begitu juga sebaliknya, dengan motivasi kerja yang rendah produktivitas kerja pun akan mengalami penurunan. 2. Produktivitas kerja merupakan sebuah konsep yang menggambarkan hasil jumlah barang dan jasa yang diproduksi dengan sumber jumlah tenaga kerja, modal, tanah, dan energi yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang berhubungan dengan lama waktu seorang karyawan bekerja dalam bidang yang sama, baik ditempat kerja maupun diluar tempat kerja saat ini. Dengan semakin lama seorang karyawan bekerja maka semakin banyak pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian diduga bahwa, dengan pengalaman kerja yang baik akan mendukung produktivitas kerja yang tinggi, begitu juga sebaliknya, dengan pengalaman kerja yang kurang produktivitas kerja pun akan mengalami penurunan. 3. Produktivitas kerja merupakan sebuah konsep yang menggambarkan hasil jumlah barang dan jasa yang diproduksi dengan sumber jumlah tenaga kerja, modal, tanah, dan energi yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Iklim kerja merupakan keadaan atau suasana lingkungan perusahaan dimana seorang karyawan bekerja. Dengan adanya iklim kerja yang baik karyawan akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Dengan demikian diduga bahwa, dengan iklim kerja yang baik mendukung produktivitas kerja yang tinggi, begitu juga sebaliknya dengan iklim kerja yang buruk produktivitas kerja pun akan mengalami penurunan. 27 Dari uraian di atas, maka berikut ini digunakan model penelitian:

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka teoretik yang disajikan dalam penelitian ini, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif dan signifikan motivasi kerja dengan produktivitas kerja. 2. Ada hubungan positif dan signifikan pengalaman kerja dengan produktivitas kerja. 3. Ada hubungan positif dan signifikan iklim kerja dengan produktivitas kerja. 4. Ada hubungan positif dan signifikan motivasi kerja, pengalaman kerja, dan iklim kerja dengan produktivitas kerja. Motivasi Pengalaman Iklim Kerja Produktivitas Kerja 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang berhubungan dengan motivasi kerja, pengalaman kerja, iklim kerja, dan produktivitas kerja karyawan di Perusahaan Gerabah Kasongan Bantul, sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku untuk perusahaan yang bersangkutan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Gerabah Kasongan Bantul. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2009.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah karyawan Perusahaan Gerabah Kasongan Bantul. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah motivasi kerja, pengalaman kerja, iklim kerja, dan produktivitas kerja karyawan. 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Motivasi Kerja Motivasi kerja merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kebutuhan yang terjadi pada diri seseorang, sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Pengukuran variabel motivasi kerja didasarkan pengukuran skala likert. Masing-masing pertanyaan akan disediakan 5 lima pilihan jawaban, dan masing-masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.1 Skor Item Variabel Motivasi Kerja Jawaban Pilihan Positif Negatif Sangat Setuju SS 5 1 Setuju S 4 2 Ragu-Ragu RR 3 3 Tidak Setuju TS 2 4 Sangat Tidak Setuju STS 1 5 2. Variabel Pengalaman Kerja Pengalaman kerja merupakan jangka waktu bekerja yang teleh ditempuh sesuai dengan keahlian dan ketrampilan seseorang dalam menjalankan pekerjaannyaprofesinya. Pengukuran pengalaman kerja didasarkan pada lama waktu tahun pekerjakaryawan bekerja pada bidang yang sama ditempat kerja dan diluar tempat kerja saat ini. Misalnya, seorang karyawan telah bekerja selama 6 tahun di perusahaan gerabah B, dan 30

Dokumen yang terkait

PENGARUH DISIPLIN KERJA, TINGKAT ABSENSI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (Kasus pada Perusahaan Pengaruh Disiplin Kerja, Tingkat Absensi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja (Kasus pada Perusahaan Batik Brotoseno Sragen)

2 15 16

PENGARUH DISIPLIN KERJA, TINGKAT ABSENSI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA Pengaruh Disiplin Kerja, Tingkat Absensi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja (Kasus pada Perusahaan Batik Brotoseno Sragen).

0 3 14

PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Pengaruh Kompensasi, Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV. Sugeng Mulya.

0 5 13

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN DAYA TAHAN STRES DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN DAYA TAHAN STRES DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA.

0 0 16

Hubungan antara motivasi kerja, disiplin kerja, dan pengalaman kerja dengan produktivitas kerja karyawan : studi kasus pada Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro Banjar Asri, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta.

0 0 155

Hubungan antara motivasi kerja, disiplin kerja dan keterampilan kerja dengan produktivitas kerja karyawan : studi kasus pada Perusahaan Konveksi Mondrian Klaten.

0 1 160

Hubungan antara pengalaman kerja, motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan : studi kasus pada CV Karya Baru Klaten.

0 0 135

Hubungan antara motivasi kerja, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja : studi kasus perusahaan tenun Santa Maria Boro Kulon Progo.

0 0 122

Hubungan motivasi kerja, pengalaman kerja, dan iklim kerja dengan produktivitas kerja karyawan studi kasus pada perusahaan gerabah Kasongan Bantul

0 1 146

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA, PENGALAMAN KERJA DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

0 0 100