31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji
1. Pengumpulan bahan dan pembuatan serbuk simplisia
Tahap  awal  pembuatan  fraksi  etil  asetat  daun  jambu  biji  yaitu pengumpulan  daun    jambu  biji  yang  diperoleh  dari  Minomartani,  Sleman.
Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan Juni 2013 dari pohon yang sama untuk mendapatkan  hasil  yang  seragam.  Dipilih  daun  yang  masih  segar,  utuh  dan
berwarna  hijau  untuk  menghindari  kemungkinan  kerusakan  atau  berkurangnya kandungan kimia  yang diakibatkan adanya serangan hama.
Kemudian  dilakukan  sortasi  basah,  yaitu  dengan  mencuci  daun menggunakan air mengalir untuk menghilangkan pengotor seperti serangga, debu,
tanah,  dan  bahan-bahan  asing  lainnya  yang  dapat  mengganggu  perolehan  hasil penelitian.  Daun  yang  telah  disortasi  kemudian  di  jemur  dibawah  sinar  matahari
dengan  ditutupi  kain  hitam  agar  tidak  terkena  sinar  matahari  langsung  yang kemungkinan dapat merusak aktivitas senyawa pada daun. Kemudian dimasukkan
ke  dalam
oven
pada  suhu  30°-40°C  untuk  mendapatkan  daun  yang  benar-benar kering.  Pengeringan  ini  dilakukan  untuk  mengurangi  kandungan  air  dalam  daun
sehingga  mencegah  tumbuhnya  jamur,  mikroba  atau  pembusukan  daun  karena terjadinya  reaksi  enzimatis.  Daun  yang  sudah  kering  ditandakan  dengan  daun
dapat  dipatahkan  dengan  mudah.  Setelah  proses  pengeringan  dilakukan  sortasi kering  untuk  memastikan  tidak  ada  pengotor  yang  tertinggal.  Simplisia  kering
kemudian  diserbuk  dengan
grinder
sehingga  didapatkan  ukuran  partikel  yang
lebih  kecil.  Dengan  ukuran  partikel  yang  lebih  kecil  diharapkanluas  permukaan kontak dengan cairan penyari lebih besar sehingga didapatkan hasil yang optimal
saat  proses  ekstraksi.  Kemudian  didapatkan  serbuk  kering  halus,  berwarna  hijau dan berbau khas.
2. Pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji
Serbuk  simplisia  kemudian  diekstraksi  dengan  metode  maserasi menggunakan  pelarut  etanol  70  dengan  perbandingan  1:10  pada  suhu  ruang
selama 72 jam dengan beberapa kali penggojogan. Digunakan pelarut etanol 70 karena sebagian besar komponen dari daun jambu biji larut dalam pelarut organik,
antara  lain  polifenol,  karoten,  flavonoid  dan  tanin  Mitsui,  1998,  sehingga diperkirakan daun jambu biji memiliki kemampuan sebagai
sunscreen
. Maserasi  dilakukan  dengan  cara  merendam  serbuk  simplisia  dengan
cairan penyari yang sesuai. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke  dalam  rongga  sel  yang  mengandung  zat  aktif.  Adanya  perbedaan  konsentrasi
antara  larutan  di  dalam  dan  di  luar  sel  akan  menyebabkan  zat  aktif  terlarut. Larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar dan digantikan oleh cairan
penyari  dengan  konsentrasi  rendah  proses  difusi.  Peristiwa  tersebut  diulang hingga  terjadi  kesetimbangan  konsentrasi  antara  larutan  di  luar  sel  dan  di  dalam
sel. Dilakukan proses remaserasi sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil
ekstraksi  yang  lebih  optimal.  Proses  dilanjutkan  dengan  menguapkan  pelarut menggunakan
vacuum  rotary  evaporator
dengan  tekanan  rendah  untuk mempercepat  proses  penguapan  hingga  didapat  300  mL  ekstrak  dari  3000  mL
larutan  yang  dimaserasi.  Ekstrak  yang  didapat  berwarna  hijau  kecoklatan Lampiran 1a.
Dilakukan proses fraksinasi untuk mendapatkan ekstrak daun jambu biji yang  lebih  murni.  Ekstrak  ditambahkan  dengan  n-heksan  untuk  memisahkan
fraksi  nonpolar  dari  etanol  Lampiran  1b.Fraksi  yang  tidak  larut  n-heksan ditambahkan  dengan  etil  asetat  untuk  memisahkan  senyawa-senyawa  yang
bersifat  semipolar.Kuersetin  termasuk  senyawa  golongan  flavonoid  yang  larut didalam  fraksi  etil  asetat  Lampiran  1c.Untuk  membuktikan  ada  tidaknya
kuersetin  didalam  fraksi  etil  asetat  tersebut  dilakukan  uji  KLT  Kromatografi Lapis Tipis Lampiran 1d.
B. Formulasi Krim