Sumber 5 : Coelli T. J., 1996, “A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis
DEA computer Program” CEPA Working Papers, University Of New England.
2.3.6 Scale Efficiency dan Pure Technical Efficiency
Beberapa penelitian membagi Technical Efficiency TE scores yang didapatkan dari CRS DEA kedalam 2 komponen yaitu Scale Efficiency dan Pure
Technical Efficiency , sedangkan output VRS DEA hanya berupa nilai Pure
Technical Efficiency dan tidak mengandung nilai Scale Efficiency dapat
ditunjukan dengan menghubungkan CRS DEA dan VRS DEA dengan data yang sama.
Sebuah DMU yang menaikan atau menurunkan skala operasinya dari skala operasi yang optimal, akan menyebabkan turunnya efisiensi. Dengan penggunaan
model VRS, DMU tersebut akan dihitung tanpa memperhatikan skala operasinya. Perbedaan efisiensi hasil perhitungan DMU tersebut oleh model VRS dan CRS
itulah yang disebut Scale Inefficiency skala ketidakefisienan. Dapat dilihat dalam ilustrasi gb 2.6 berikut :
X
1
y
Gambar 2.5 Ilustrasi output slack
B D
B
’
C A
A
’
X
2
y
Sumber 6 : Coelli T. J., 1996, “A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis
DEA computer Program” CEPA Working Papers, University Of New England.
Pada gambar 2.6 diterapkan dua macam model yaitu CRS dan VRS pada empat buah DMU yang hanya mempunyai sebuah input dan sebuah output. Jika
dilakukan pengukuran berorientasi input maka technical inefficiency ketidakefisienan teknis = 1 – efisiensi teknis yang dihasilkan oleh CRS sebesar
P-P
c
, sedangkan oleh VRS hanya P-P
v
Sedangkan untuk perhitungannya lebih disukai untuk dikonversikan kedalam kebalikannya, yaitu skala efisiensi SE yang merupakan perbandingan
antara efisiensi yang dihasilkan CRS terhadap efisiensi yang dihasilkan VRS. . Perbedaan ini menghasilkan hal yang
disebut dengan skala ketidakefisienan dan ikut terkandung dalam hasil CRS sehingga efisiensi yang dihasilkan tidak sebesar pada hasil VRS yang hanya
mengandung efisiensi teknis murni saja efisiensi teknis VRS ≥ CRS. Oleh
karena itu, untuk penerapan DEA pada DMU yang tidak beroperasi pada skala optimal, lebih baik digunakan model asumsi Variabel Return to Scale VRS.
Gambar 2.6 Ilustrasi skala ketidakefisienan
A VRS
CRS
P P
V
P
C
Y R
P
X R
P
Pada tabel 2.2 contoh dari hasil CRS, VRS dan scale efficiency
Tabel 2.2 Scale Efficiency DMU
CRS Q VRS Q
Scale Q 1
0.500 1.00
0.500 2
0.800 0.900
0.889
Pada tabel 2.2 dapat kita lihat bahwa TE dapat dibagi menjadi Pure Technical Efficiency dan scale efficiency
. Scale efficiency adalah rasio antara TE CRS dan TE VRS kolom 4 dapat dihitung dengan membagi kolom 2 dengan
kolom 3. Scale Efficiency
VRS TEknis
Efisiensi CRS
Teknis Eficiency
_ _
_ _
= .……………………………….2.36
atau jika dilihat dari gambar 2.5, scale efficiency adalah :
v P
. A
c P
. A
P .
A v
P .
A P
. A
c P
. A
SE =
= ………………………………………………...2.37
Untuk DMU 2 memiliki technical efficiency CRS sebesar 80 dan technical efficiency
VRS sebesar 90 dan scale efficiency 88.9. apabila output CRS DEA dan VRS DEA sama, dengan kata lain scale efficiency sama dengan 1,
maka DMU tersebut dikatakan telah beroperasi secara optimal.
2.3.7 Pembatasan Bobot Weight Restriction