Bagaimana FMEA Bekerja Alat-alat Six Sigma Tingkat Lanjut

. 2.3.8.1 Failure Mode and Effect Analyze FMEA FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan failure mode. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan atau kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah ditetapkan atau perubahan- perubahn dalam produk yang menyebabkan terganggunya funsi dari produk itu. Melalui kehilangan mode kegagalan, maka FMEA akan meningkatkan keandalan dari produk dan pelayanan itu. FMEA dapat diterapkan dala semua bidang, baik manufaktur maupun jasa, juga pada semua jenis produk. FMEA mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Mengenali cara-cara dimana suatu proses bias gagal untuk memenuhi persyaratan pelanggan. 2. Memperkirakan resiko dari sebab-sebab yang ada saat ini. 3. Menilai rencana penagawasan untuk sebab-sebab yang ada pada saat ini. 4. Memprioritaskan tindakan-tindakan untuk peningkatan yang harus segera dilaksanakan.

2.3.8.2 Bagaimana FMEA Bekerja

Berikut ini langkah-langkah dan konsep-konsep kunci : a. Mengidentifikasi proses produk atau jasa. b. Mendaftarkan masala-masalah yang dapat muncul failure mode. Ide-ide untuk masalah potensial dapat berasal dari berbagai sumber, meliputi brainstorming, analisa proses dan sebagainya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. . c. Menilai masalah untuk kerumitan severity, Probabilitas kejadian ocurance dan detektabilitas detection. Dengan menggunakan skala 1-10, berikan skor pada masing-masing faktor untuk masalah potensial. Masalah-masalah yang lebih serius mendapatka rangking yang lebih tinggi, demikian juga untuk masalah serius yang sulit dideteksi. Hal ini dapat dinilai atau didasarkan pada data histories. d. Menghitung Risk Priority Number RPN dan tindakan-tindakan prioritas. Dengan menambahkan RPN dari semua masalah, maka diperoleh semua resiko gambaran total untuk semua proses atau produk atau jasa. e. Melakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko. Dengan memfokuskan performa-performa pada masalah potensial yang memliki prioritas tertinggi, maka kemudian dapat memikirkan tindakan-tindakan untuk memgurangi salah sstu atau semua factor = keseriusan severity, kejadian occurance, detektabilitas detection. Pande, 2002 Severity merupakan suatu estimasi atau perkiraan subyektif tentang bagaimana buruknya pengguna akhir akan meraakan akibat dari kegagalan itu. Dengan menggunakan skala 1-10. Rangking dan criteria dari severity dapat dilihat pada tabel 2.2 Occurance adalah suatu perkiraan subyektif tentang probabilitas atau peluang bahw penyebab ini akan terjadi, akan memberikan mode kekgagalan yang memberikan akibat tertentu. Kita dapat menggunakan skala 1-10. Rangking dan kriteria dari occurance dapat kita lihat dari tabel 2.3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. . Tabel 2.2 Severity Table Rangking Kriteria 1 Negligible severity Pengaruh buruk yang dapat diabaikan. Kiat tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini akan berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir mungkin tidak memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini. 2 3 Mild severity Pengaruh yang ringan atau sedikit. Akibat yang ditimbulakan akan bersifat ringan. Pengguna akhir tidak akan merasakan perubahan kinerja. Perbaikan dapat dikerjakan pada saaat pemeliharaan regular regular maintenance. 4 5 6 Moderat severity Pengaruh buruk yang moderat. Pengguna akhirr akan merasakan perubahan kinerja atau penampilan ,namun masi hberada dalam batas toleransi. Perbaikan yang dilakukan tidak aka mahal, jika terjadi downtime hanya dalam waktu singkat. 7 8 High severity Pengaruh buruk yang tinggi. Pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada diluar batas toleransi. Akibatnya akan terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu. Downtime akan berakibat biaya yang sangat mahal, Penurunan kinerja dalam area yang berkaitan dengan peraturan pemerintah, namun tidak berkaitan dengan keamanan atau keselamatan. 9 10 Potential safety problem masalah keselamatan atau keamanan potensial. Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya yang dapat terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu. Bertentangan dengan hokum. Gasperzs 2002 Tabel 2.3 Occurance Table Rangking Kriteria Verbal Tingkat kecacatankegagalan 1 Tidak mungkin bahwa penyebab ini yang menyebabkan mode kegagalan 1 dalam 1.000.000 2 3 Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam 20.000 1 dalam 4.000 4 5 6 Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam 1.000 1 dalam 400 1 dalam 80 7 8 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam 40 1 dalam 20 9 10 Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi 1 dalam 8 1 dalam 2 Gaperzs 2002 Detection merupakan suatu perkiraan subyektif tentang bagaimana efektifitas dari mode deteksi pencegahan untuk menghilangkan mode kegagalan potensial. Kita menggunakan skala 1-10. Rangking dan criteria dari detection dapat kita lihat pada tabel 2.4 berikut ini : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. . Tabel 2.4 Detection Table Rangking Kriteria Verbal Tingkat kejadian penyebab 1 Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Spesifikasi akan dapat memenuhi secara konsisten 1 dalam 1.000.000 2 3 Kemungkinan kecil bahwa spesifikasi tidak akan terpenuhi 1 dalam 20.000 1 dalam 40.000 4 5 6 Kemungkinan bersifat moderat. Metode pencegahan atau deteksi masih memungkinkan, kadang-kadang spesifikasi itu tidak dipenuhi. 1 dalam 1.000 1 dalam 400 1 dalam 80 7 8 Kemungkinan bahwa spesifikasi produk tidak dapat dipenuhi masih tinggi. Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif. 1 dalam 40 1 dalam 20 9 10 Kemungkinan bahwa spesifikasi produk tidak dapat dipenuhi sangat tinggi. Metode pencegahan atau deteksi tidak efektif. 1 dalam 8 1 dalam 2 Gasperzs 2002

2.4 Ukuran-ukuran Berbasis Peluang

Berikut ini beberapa acara menghitung ukuran-ukuran berbasis peluang defect.  Defect per Opportunity , atau DPO. Menunjukkan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok. Sebagai contoh, jika DPO sebesar 0,05 berarti peluang untuk memiliki defect dalam sebuah kategori adalah 5 .  Defect per Million Opportunity , atau DPMO. Kebanyakan ukuran-ukuran defectI diterjemahkan dalam format DPMO, yang mengidikasikan berapa banyak defect yang akan muncul dalam satu juta peluang.  Ukuran Sigma adalah cara untuk mendapatkan angka dengan menggunakan ukuran defect – biasanya DPMO – dengan mengunakan tabel konversi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.